Rabu, 06 Februari 2013

Transportasi Jakarta - Sistem Genap Ganjil


Jakarta kemungkinan akan menerapkan sistem genap-ganjil nomor polisi tahun depan, sehingga jumlah kendaraan yang lalu lalang di jalanan Jakarta akan jauh berkurang. Perhitungannya bisa mengurangi sekitar 30-40% kepadatan lalu lintas. Bagaimana menyikapinya? Beli mobil baru atau naik taxi atau angkutan umum ke kantor? Mari kita hitung.

Harga satu mobil standar sekitar Rp 200 juta, setara ongkos taksi senilai Rp. 200 ribu/hari untuk transportasi kekantor selama 4 tahun. Depresiasi harga mobil ± 10jt/ tahun. Anggap saja sewa mobil per tahun vs. bayar taksi. Lagi pula buat apa beli barang yang nilainya turun terus tanpa menambah produktivitas?

Apa yang sebaiknya dilakukan agar pilihan naik taxi lebih masuk akal? Menghapus praktik kartel di bisnis taksi di Jakarta. Tarif dan penyediaan dibuat kompetitif. Saat ini ongkos taksi di Jakarta lebih mahal dibanding Bangkok. Berarti ada mispricing. Dugaan saya disebabkan keberadaan kartel. Mobil pribadi efisiensi penggunaannya jauh di bawah taksi. Sehari taksi bisa melayani puluhan orang dan bergerak 300+ km.

Di dalam mobil anda tidak bisa istirahat atau kerja sambil nyetir. Di dalam taksi anda bahkan bisa tidur atau kerja. Jadi, logika sederhana saya: ketimbang beli mobil kedua untuk melengkapi genap dan ganjil - alternatif logis adalah gunakan taksi.

Tapi tentu saja, jumlah taksi yang ada sekarang mustahil cukup - bila pilihan logis digunakan. Harus ada terobosan. Itu sebabnya kartel taksi harus dihapus dan diberlakukan liberalisasi tarif - agar ada pasokan baru dan kompetisi baru.

Semoga dalam 4 tahun sarana MRT dan Monorail sudah terbangun, sehingga akumulasi ongkos taksi masih di bawah harga mobil baru. Di Bristol, beberapa mobil pribadi dengan persyaratan tertentu - boleh menjadi taksi setelah di atas jam 6 sore. Ini ikut menambah supply.

---

Pernahkah kita menghitung berapa ruang yang habis hanya untuk garasi dan parkir se-Jakarta? Hal itu ikut membuat harga tanah mahal.

Dari buku Jakarta Dalam Angka Edisi 2010: Jumlah Bemo di Jakarta 1146 buah. Bertambah dari posisi 1997 yang 989 buah. Jumlah taksi di DKI Jakarta pada 2009: 24.529 kendaraan, bandingkan dengan jumlah Mobil Penumpang: 2.116.282 kendaraan.

Sepanjang Tahun 2009, pertambahan mobil baru di Jakarta mencapai 564 694 kendaraan. Jadi lebih 1500 mobil baru per-hari. Jadi, jumlah seluruh taksi di Jakarta hanya setara pasokan mobil baru selama 17 hari, Jelas masalahnya di mana.

2,2 Juta Mobil di Jakarta. Bila kita asumsikan makan ruang 15 meter persegi - akan setara luas 6 ribu lapangan bola. Sama dengan itu, ruang setara 6000 lapangan bola itu yang harus tersedia di jalan.

Nah berapa panjang jalan di Jakarta? Seluruh jalan di Jakarta 2009 mencapai panjang 7208 km. Sementara itu 2,2 Juta mobil bila dideretkan mencapai 11 ribu km. Belum termasuk motor.

Luas seluruh jalan di DKI Jakarta per tahun 2009 adalah 51 juta m2. Ruang yang digunakan mobil: 33 Juta m2.

Perkiraan jumlah SIM C di Jakarta yang masih berlaku: sekitar 2 Juta SIM. Jumlah sepeda motor? 7,5 juta (posisi 2009). Jadi jangan heran kalau pungli di jalanan DKI Jakarta merajalela.

7,5 Juta motor di Jakarta makan ruang sekitar 30 Juta m2. Di tambah mobil 33 Juta m2 = 63 Juta m2. Bandingkan 63 juta m2 ruang yang dimakan kendaraan, dengan luas jalan yang hanya 51 juta m2.

Daerah kota di Indonesia, penggunaan ruang tinggal per kapita adalah sekitar 20,73 m2. Jadi ruang 33 juta m2 untuk tempat mobil di Jakarta - cukup untuk ruang tinggal hampir 1,6 Juta orang.

Bila ditambah ruang yang dihabiskan untuk sepeda motor: yaitu 30 juta m2 - berarti ada ruang extra untuk 1,4 juta orang. Jadi, gabungan ruang yang dipakai mobil dan motor di Jakarta - cukup untuk ruang tinggal sekitar 3 juta orang.

Ukuran rata-rata 20,73 m2 tadi untuk per kapita. Jadi tinggal dikalikan jumlah orang yang tinggal. Dengan jumlah penduduk DKI Jakarta sebanyak 8,5 Juta Jiwa (posisi akhir 2009), maka angka 3 Juta Jiwa setara 35% jumlah penduduk.

Ruang 63 Juta m2 untuk menyimpan kendaraan - bila per m2 dihargai Rp. 500 ribu - akan setara Rp. 31,5 Trilyun. Bisa dibayangkan betapa mahalnya ruang yang dikorbankan penduduk DKI Jakarta hanya untuk menyimpan mobil dan motor. Belum ikut menghitung berapa yang harus dikorbankan untuk jalan.

Maka, andai sarana transportasi massal di DKI Jakarta lebih baik - harga tanah tidak perlu setinggi sekarang ini. Kendaraan pribadi membuat biaya hidup di Jakarta lebih mahal, kualitas udara lebih jelek, kualitas hidup lebih buruk.

Ber-inisiatif naik sepeda di Jakarta? Itu bagus, tapi kasihan, mereka ikut tercekik udara kotor. Masih disambar mobil dan motor pula. Dengan gambaran situasi Jakarta yang saya sampaikan diatas - maka pembenahan DKI Jakarta jelas bukan tugas mudah.

Coba pikirkan: 7,5 juta sepeda motor di Jakarta - andai mengisi BBM 1 liter sehari - berapa BBM bersubsidi dikonsumsi dalam setahun? Hitungan bodohnya, sekitar 7,5 Juta sepeda motor yang mengkonsumsi 1 liter/hari, menghabiskan 2,73 Milyar liter BBM.

Di luar pelosok? Orang bisa antri berjam-jam hanya untuk bisa dapat BBM. Biasanya di atas jam 11-12 siang BBM sudah habis. Karena lekas habis, maka orang cenderung menimbun BBM, lalu dijual di pasar gelap. Harga BBM Rp. 7-10 ribu per liter sudah biasa.

Bila di DKI Jakarta konsumsi BBM bisa sebesar itu - bisa dibayangkan betapa cemburunya orang-orang di daerah pelosok yang kesulitan pasokan BBM. Dari semua pembahasan diatas kita bisa melihat, bagaimana mengubah data menjadi informasi. Hanya berdasarkan opini membuat kita mudah tersesat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar