Rabu, 06 Februari 2013

GULA & PERBUDAKAN


"Sugar - A Bitter Sweet History" ditulis oleh Elizabeth Abbott. Terbit pertama kali tahun 2008. Duckworth Publishing. Saya sampaikan ringkasannya.

Selama ribuan tahun orang-orang Polynesia dan penghuni sekitar Papua mengenal tumbuhan keluarga rumput, yang mereka sebut tongkat dewa.Tanaman "tongkat dewa" inilah tumbuhan tebu. Lewat proses panjang, tanaman ini sampai di India, sebelum terus ke Barat.

Orang Polinesia mengunyah-ngunyah batang tebu untuk beroleh rasa manis. Di China, tanaman tebu dan rasa manisnya dianggap "obat kuat."

Bagaimana dengan orang Eropa? Lama sekali mereka baru kenal tebu. Untuk rasa manis mereka mengandalkan madu yang harganya amat mahal. Secara sejarah madu punya tempat khusus di Timur Tengah dan Eropa, terkait agama Yahudi, Kristen dan Islam yang mengagungkan madu.

Hingga sekarang, madu masih jadi pemanis paling digemari di Timur Tengah. Osama bin Laden berbisnis madu untuk 2 hal. Pertama sebagai sumber income dan kedua sebagai jaringan untuk menyelundupkan senjata. Petugas pabean malas memeriksa kiriman sarang lebah.

Dalam legenda Polynesia, dua orang nelayan yaitu To-Kabwana dan To-Karvuvu menjala ikan, namun cuma mendapati batang tebu pada jala. Malas melemparkan kembali batang-batang tebu itu ke laut, mereka mengubur batang tebu itu yang lalu tumbuh dan menjelma menjadi wanita. Wanita itu yang kemudian menikah dengan salah satu nelayan tadi dab menjadi nenek moyang umat manusia dan menyebarkan bertanam tebu.

Sebelum mencapai India, secara terpisah tebu dikembangkan di kepulauan Indonesia. Tanaman ini hanya bisa tumbuh di daerah tropis. Di India sendiri kitab Veda sudah menyebut tentang gula tebu, sementara Kautilya (325 SM) menyebut 5 macam gula diantaranya khanda. Dari kata khanda ini kemudian dikenal kata "Candy".

Dari India gula tebu menyebar ke Cina di sekitar tahun 286 SM. bersama Buddhisme. Dalam tradisi Buddha, tebu dianggap berkhasiat dan direkomendasikan. Di aliran Mahayana Cina: Buddha dikenal dengan sebutan Raja Tebu. Di luar tradisi Buddhist, di China tebu dikonsumsi dalam acara penghormatan nenek moyang pada perayaan Dewa Dapur naik ke langit.

Di abad ke-6, tebu hibrida India (yang telah berbeda dengan tebu Polynesia) mencapai Persia dan orang mulai mengenal gula dari tebu di sana. Mereka telah mengenal proses penampungan cairan hasil pelumatan batang-bayang tebu yang lalu direbus hingga tersisa Kristal-kristal gula.

Dari Persia, tebu meluas hingga mencapai Mesir di abad ke 8. Dari sana disebar pelaut Arab ke Laut Tengah danmencapai Afrika. Di abad ke-15, tanaman tebu telah meluas ditanam di Madeira, Canary dan Tanjung Verde, hingga Sao Tome dan Afrika Barat.

Seluruhnya ada 6 jenis tumbuhan tebu. Yang paling umum ditanam: Saccharum Officinarum (gulanya tukang obat) - atau Tebu Mulia. Mengapa disebut gulanya apoteker? Karena obat jaman dulu umumnya pahit, sehingga harus ditambahi gula - agar pasien mau minum.

Seluruh Tebu adalah keluarga rumput/Graminaea. Saccharum Officinarum batangnya bisa setebal 5-6 cm dengan tinggi 3-4 m saat dewasa. Seperti umumnya keluarga rumput, Tebu berkembang biak secara aseksual dari batang yang ditanam kembali. Warnanya kuning hingga coklat. Karena keluarga rumput, maka tebu juga hanya bisa tumbuh bila banyak air. Dari ditanam hingga siap panen, perlu waktu 12-18 bulan.

Mengapa gula akhirnya digemari? Karena orang dulu kesulitan memisahkan sarang lebah dari madu. Dan sarang lebah mengganggu rasa madu. Gula tebu juga lebih netral, tidak mengganggu rasa asli dari teh, kopi, coklat dan makanan lain. Ini yang tidak bisa ditandingi oleh madu. Selain itu, banyak orang Eropa mengidap alergi serbuk sari bunga yang terbawa oleh lebah dan masuk ke madu. Ini tidak ada di tebu.

Di sekitar tahun 990, gula dari tebu mulai masuk ke Eropa dari Mesir dan sudah dalam bentuk serbuk kristal. Langka dan amat mahal. Karena menguntungkan orang Arab mulai menanam tebu secara besar-besaran dan mulailah awal nasib malang orang Afrika - jadi budak kebun tebu.

Dalam Perang Salib pertama, untuk pertama kalinya orang Eropa melihat tumbuhan tebu. Di Siprus dan Sisilia, orang Eropa mencoba menanam tebu. Saat pulang ke negara masing-masing - kisah tentang tebu dan gula menyebar ke seluruh Eropa. Ordo Knight of Malta jadi Eropa pertama penanam tebu. Dan orang Eropa mulai menggantikan orang Arab dalam menggunakan budak-budak Afrika mengerjakan kebun-kebun Tebu. Ini berlangsung hingga 5 abad.

Tapi bukan cuma budak Afrika. Saat masa Inkuisisi abad ke 15, Portugal pernah mengirim 2000 anak-anak Yahudi usia 2-10 tahun jadi budak tebu. Sebelum itu, kebun-kebun tebu juga menggunakan tenaga budak dari Yunani, Bulgaria, Turki dan Tartar. Dari sini nama bangsa Slav => slave.

Selain kebun tebu perlu banyak tenaga manusia, pabrik gula juga perlu bahan bakar sangat banyak untuk memurnikan cairan tebu. Karena bahan bakar utama saat itu adalah kayu, maka terjadi penggundulan hutan besar-besaran di sekitar pabrik pengolahan tebu => gula

Selain kerja berat di lapangan, kerja di pabrik gula juga sangat berat karena udara sangat panas dari proses berulang-ulang memurnikan air tebu.

Hingga abad ke-13, gula sangat langka. Konon Raja Henry III dari Inggris cuma punya gula tebu 3 pound. Di abad-14 hal ini berubah. Pedagang Venesia mulai mengimpor gula dari Timur Tengah. Di tahun 1319 Nicoletto Basadona datangkan 100 ribu pound gula ke London.

Mengapa Eropa sedemikian perlu gula? Karena obat-obat Eropa jaman dulu aneh-aneh: kotoran dan kencing hewan, kulit ular mati, empedu celeng. Hanya dengan tambahan gula maka orang bisa tahan minum obat. Sebanyak itu obat - maka sebanyak itu pula gula diperlukan, maka penting.

Dulunya, gula hanya bisa dibuat dekat kebun tebu - karena harus diolah dalam 1-2 hari sejak dipanen. Tapi orang Eropa temukan cara membuat gula mentah. Dengan gula mentah, maka proses pemurnian gula bisa dilakukan di tempat lain. Terutama di Eropa Utara yang rimbun pohon untuk bahan bakar. Tapi karena ini hutan-hutan di Eropa Utara lama-lama jadi gundul. Baru bisa pulih setelah dikenal pemanfaatan batu bara pengganti kayu bakar.

Sangat jelas mahalnya ongkos kecintaan manusia pada gula tebu. Terutama ongkos perbudakan dan kerja berat serta rusaknya lingkungan.

---

Sebelumnya kita mengikuti gula mengalir dari timur ke barat, tentang bagaimana tebu dari kepulauan Polynesia, ke Nusantara, selanjutnya ke India lalu ke China dan Timur Tengah, sebelum sampai ke Eropa. Juga bagaimana orang Eropa "jatuh cinta" pada gula setelah Perang Salib, untuk mengkompensasi obat-obatan aneh mereka yang rasanya tak tertahankan. Juga tentunya bagaimana Tebu sebagai tumbuhan tropis punya konsekuensi serius atas kerusakan lingkungan dan perbudakan yang ditimbulkan.

Di bagian 2 ini kita mengikuti bagaimana Tebu menyeberang Atlantik. Tentang bagaimana penduduk Brazil dan Karibia terbentuk dari bisnis tebu. Perjalanan tebu (Asia-Eropa-Amerika) berlawanan dari Cabe (dari Amerika-Eropa-Asia). Intinya tetap sama: perdagangan datang dari perbedaan. Langka-nya gula tebu di Eropa dan monopoli tebu oleh Arab telah mendongkrak harga gula sedemikian tinggi. Gula juga jadi simbol status.

Karena tebu butuh banyak air - muncul teknologi irigasi. Orang Arab mengenal Noria, roda air. Persia mengenal Qanat, irigasi hemat air.

Seolah 'mengejek' orang-irang Eropa - dalam perayaan, penguasa Timur Tengah sering membuat patung dari gula. Sukker Nakkasarli => pematung gula. Di tahun 1040, Sultan Persia pernah membuat pesta yang menghabiskan 80 TON gula yang dibentuk menjadi patung hewan dan tumbuhan.

Tehnik membuat benda-benda dari gula - dipergunakan hingga sekarang. Terutama di industri film yang melibatkan adegan berbahaya. Heran? Kalau anda melihat orang menerjang kaca di film-film, nah kaca itu dibuat dari gula agar tidak berbahaya bagi aktor. Dari jauh susah dibedakan. Demikian pula adegan pukul-pukulan pakai benda serupa beling - itu semua dibuat dari gula yang dicetak jadi seperti gelas, piring, dll.

Kembali ke abad pertengahan. Obsesi Eropa akan tebu menyertai pelaut Genoa usia 40 bernama Christoforo Colombo, nama asli Columbus. Dalam perjalanan ke-2-nya, Columbus membawa serta batang-batang tebu dari kepulauan Canary untuk ditanam di Benua Amerika. Dan berhasil tumbuh. Tapi Columbus dan saudaranya Diego lebih prioritaskan perampasan emas orang Indian ketimbang bertanam tebu yang butuh waktu lebih panjang.

Baru di awal abad-16, dokter bedah Gonzalo de Velosa membuka kebun tebu skala besar pertama di Hispaniola berkongsi dengan Tapia bersaudara. Timbul masalah: tenaga kerja. Orang Indian memang kuat, tapi gampang sakit karena tidak punya kekebalan terhadap orang Eropa yang jorok. Budak Eropa sendiri (terutama orang Slav) harganya mahal dan kalau melarikan diri susah dibedakan dengan orang Eropa lain secara umum.

Pilihan jatuh ke Budak Afrika. Kuat, sehat, dan kalau lari lebih gampang dicari dan ditemukan. Pasar budak juga strategis: Afrika Barat. Ada aliran angin dari Eropa ke Afrika Barat, selanjutnya ikut arus laut ke Karibia, lalu mendorong kapal via Gulfstream kembali ke Eropa. Arus air dan angin ini "Trade Wind" - Dari Eropa bawa besi, ke Afrika ambil budak, sampai di Karibia ambil gula dan rum kembali ke Eropa.

Alasan lain diambilnya budak Afrika adalah karena Karibia dihuni suku-suku Indian ganas dan kanibalistik. Percaya khasiat daging manusia. Supremasi orang Eropa mendorong suku-suku Karibia ingin mencicipi daging orang Eropa dan berharap beroleh "kesaktian" orang Eropa.

Faktor lain yang ikut mendukung: suku-suku di Afrika suka menjuali musuhnya yang kalah perang kepada orang Eropa untuk dijadikan budak. Nah, permusuhan antar suku di Afrika ini yang jadi akar masalah hingga sekarang. Dulu ditindas oleh Arab dan Eropa, sekarang sesama Afrika. Di buku "Nusantara"-nya Bernard M. Vlekke: kebiasaan menjual musuh buat jadi budak juga dilakukan oleh Raja-raja Bali di Nusantara.

Berkat pasokan dari Karibia - konsumsi gula di Eropa meningkat tajam. Pertama di kalangan bangsawan, bukan sekadar teman minum obat lagi. Mengapa Ratu Elizabeth I tidak pernah digambar tersenyum terlihat gigi? Karena di usia 60 giginya rusak dan hitam kebanyakan makan gula.

Dari bangsawan Eropa juga kita kenal istilah "bonbon" (Perancis untuk Permen) dan "Pastilles" dari Giovanni Pastilla - ahli masak dari Italia. Kakek-nenek saya selalu menyebut "bonbon" untuk merujuk istilah permen secara umum. Khas orang dulu.

Perancis masih mending pinter masak, orang Inggris yang masaknya payah - sedemikian tergantung pada gula. Bahkan sup-pun pakai gula. Di Nusantara yang suka mencampur gula ke masakan adalah saudara-saudara di Jawa Tengah. Tapi saya belum tahu alasannya. Ada yang bisa menjelaskan?

Keadaan bertambah parah bersama dengan meluasnya kebiasaan minum kopi, teh dan coklat di Eropa. Kebutuhan akan gula makin menjadi-jadi.

Pelaut Inggris memperkenalkan cara minum teh ala India - pakai gula. Padahal sebelumnya mereka seperti orang Cina - minum teh tanpa gula. Kopi pun akhirnya pakai gula - juga coklat dan es krim (kandungan gula 12-16%). Ketika gula makin merakyat, kebutuhan naik tajam.

Gerakan anti-gula pun muncul - terutama dari dokter Thomas Tryon. Kenapa? Selain tidak sehat, juga karena ia pernah ke kebun tebu di Karibia. Di sana ia melihat penderitaan budak-budak di kebun tebu dan pabrik gula. Juga ada Dr. Thomas Willis yang menemukan hubungan gula dan diabetes.

Tapi pengaruh gula sangat kuat. Di Spanyol, gereja yang "mengharamkan" coklat pada masa puasa menjelang paskah - terpaksa menyerah. Minuman coklat+gula yang disukai wanita dianggap "halal" di masa puasa paskah. Kompromi dicapai karena gereja terancam sepi.

Konsumsi gula Inggris per tahun meningkat. Konsumsi Gula di Inggris per kapita/tahun: 1700 = 4 pound. 1729 = 8 pound. 1789 = 12 pound. 1809 = 18 pound. Sementara konsumsi gula per kapita di Indonesia di tahun 2009 adalah 17 Kg/kapita/tahun. Juara Dunia? Brazil: 58 Kg/kapita/tahun.

---

Sebelum sampai ke nasib budak Afrika di kebun tebu, kita bahas sedikit tentang minuman Rum, hasil fermentasi larutan gula mentah/molasses.

Riwayat Rum muncul bersama dengan gula tebu. Di Nusantara cairan gula tebu yang difermentasi sudah dikenal hampir seusia tumbuhan tebu. Arak di Nusantara hampir serupa dengan rum. Disamping itu juga ada Brem di Bali yang mirip arak. Di beberapa wilayah juga dikenal minuman tuak. Apakah tuak sama dengan Rum? Saya tak tahu persisnya. Perlu pengetahuan khusus mengenai per-tuak-kan…hehe.

Tetapi di Inggris, Rum baru dikenal setelah tahun 1655. Sebelum itu pelaut Inggris dibekali dengan Bir dan Brandy (anggur yang disuling).

1655, Jamaica jatuh ke tangan Inggris bersama dengan kebun tebu dan pabrik gula. Di situ orang Inggris menemukan minuman lokal Rum. Rum adalah cairan gula tebu yang difermentasikan dengan bantuan bakteri dari ragi lokal Jamaica, disuling lalu disimpan setahun.

Sejak mengenal Rum dr Jamaica - minuman itu jadi standard minuman pelaut Inggris yang dibagikan berdasarkan jatah 2 kali sehari. Jatah Rum bagi pelaut Inggris (yang juga diadopsi negara lain) baru berakhir tahun 1970 setelah Great Rum Debate di parlemen Inggris.

Mengapa pelaut minum Rum? Karena Rum punya khasiat membunuh bakteri yang ada dalam air. Penyimpanan air di kapal dulu sering tercemar. Dalam sejarah AL Inggris, Rum digunakan untuk mengawetkan jenazah Admiral Nelson yang tewas di Trafalgar. Maka Rum disebut "Nelson's Blood."

Kebiasaan minum Rum (dan mabuk) menyebar ke seluruh dunia. Tapi sekarang sudah jauh berkurang. Rum cuma jadi bahan pelengkap cake.

---

Selama 4 abad hingga abad 20, setidaknya 13 JUTA orang budak Afrika dikirimkan menyeberang Atlantik. 2 JUTA tewas dalam perjalanan. Dari 11 JUTA yang tiba di benua Amerika, yang dikirim ke kebun tebu dan pabrik gula mencapai 6 JUTA orang, sisanya ke kebun kopi, kapas, dll. Melihat angka 6 Juta dari 11 Juta budak - maka tidak salah kalau disebut bahwa perbudakan Afrika banyak dipicu oleh kecintaan akan gula. 

Budak Afrika berasal dari berbagai latar belakang: petani, nelayan, pemburu, dukun, kepala suku dan bahkan bangsawan. Dijual oleh musuh. Sebelum naik ke kapal, mereka diperiksa dulu. Yang cacat atau penyakitan disisihkan. Juga yang kehilangan jari atau anggota tubuh. Mereka disuruh telanjang, disuruh melompat di tempat, diperiksa sampai ke dalam mulut dan anus. Hanya yang sehat yang dikirim. Mengapa begitu? Karena mortalitas (kematian) tinggi. Hanya yang tetap hidup yang ada harganya di Karibia melalui perjalanan 5 minggu - 3 bulan.

Sekitar 2/3 budak adalah laki-laki. Mereka dijejalkan di bawah dek berjejal-jejal. Budak perempuan dan anak-anak di atas dek diawasi oleh pelaut. Para budak itu dirantai agar tidak berontak/ bunuh diri. Sering harus dipaksa makan. Pernah terjadi 320 tewas dari 700 yang diangkut. 1 dari 10 kapal budak pernah mengalami pemberontakan.

Setelah sampai di Karibia, mereka dibersihkan, dipaksa makan, dicukur dan diminyaki, diberi pakaian agar laku terjual di pasar budak. Pasar budak selalu diserbu pembeli, karena tingkat mortalitas (kematian) di kebun tebu sangat tinggi - sehingga selalu kekurangan tenaga budak. Di tahun pertama saja 2 dari 7 budak tidak mampu bertahan hidup akibat penyakit, kelelahan, ataupun bunuh diri.

Perkebunan di Karibia tebu biasanya terdiri dari kebun, dataran penggembalaan, hutan sumber kayu dan tanah lapang dan rumah budak. Pekerjaan di kebun dimulai dengan menanam: 3 batang tebu ditanam dalam 1 lubang ditutupi kotoran hewan, rumput laut dan sisa pabrik gula. Biasanya 40 budak mengerjakan 3500 lubang/ hari dalam tiap acre (0,4 hektar). Rata-rata perkebunan luasnya 1000 acre / 400 hektar.

Peluang hidup seorang budak pekerja di kebun tebu umumnya sekitar 7 tahun sejak mulai bekerja. Itu sebabnya selalu kekurangan orang. Budak yang mampu bertahan hidup biasanya dipindahtugaskan jadi mandor, ke pabrik gula, atau merawat kuda dan hewan beban. Saat musim tanam selesai - bukan berarti pekerjaan selesai. Mereka membabat hutan untuk suplai kayu bakar ,bercocok tanam dan beternak.

Setelah 12-18 bulan. Tiba waktu panen. Kerja jauh lebih berat, karena masa panen berlangsung 5 bulan dan berlangsung siang-malam. Batang tebu dipotong 1,5 m dipotong, diikat dan langsung dikirim ke penggilingan maksimal dalam 2 hari. Lebih dari itu kadar gula akan turun. Selama masa panen, para budak pekerja harus menghadapi tikus, ular, serangga, serta resiko kesabet parang karena diburu waktu. Di penggilingan, budak wanita lebih banyak, tapi resiko kerja tidak kurang tingginya, terutama saat memasukkan tebu ke mesin giling.

Sering budak kehilangan tangan karena terbawa masuk mesin. Mandor biasanya sudah siap dengan pedang untuk memotong tangan yang tersangkut. Tangan dipotong di tempat agar budak masih bisa selamat. Di Brazil, seorang budak bekas Ratu harus diamputasi kedua tangannya karena ini.

Setelah digiling, air perasan tebu dialirkan ke ruang pendidihan, di mana air gula dididihkan, diaduk dan diputar oleh bagal/ keledai. Dari proses ini, cairan gula berulang-ulang dipanaskan, dibuang ampasnya dan dicampur batu kapur, hingga seperti sirup kental mendidih.

Dalam proses berulang-ulang ini ahli gula mengukur jumlah batu kapur yang diperlukan. Biasanya 50 gr - 1,5 kg per 100 pound tebu. Setelah tercapai kadar yang diharapkan, cairan gula kental ini didinginkan agar terbentuk kristal. Bagian yang mengalir keluar jadi bahan Rum. Bahan Rum ini dikumpulkan dicampur dengan fermentasi endapan pendidihan pertama, disuling dua kali untuk menghasilkan Rum (kira-kira 50% alkohol).

Biasanya yang bekerja membuat Rum adalah budak perempuan, karena lenih kecil resiko mereka menyelundupkan Rum yang sudah jadi. Budak perempuan punya strata tersendiri. Yang paling kasar di lapangan, lalu di pabrik gula, lalu di "Rumah Besar" jadi pembantu. Pembantu di Rumah Besar inilah yang sering merangkap jadi gundik. Dari mereka inilah lahir kaum "Mulatto" separuh Eropa separuh Negro.

Di saat pasokan budak menipis dan harganya naik - maka mulailah perlakuan atas budak diperlunak agar mereka mau beranak-pinak. Budak anak-anak ini disebut pickaninnies (dari Pequenos ninos - Spanyol) mulai bekerja di perkebunan sejak usia 4-5 tahun. Mulai dari dapur. Mereka juga membantu di ladang dan beternak selama orang tua-nya bekerja. Ini juga yang lalu membentuk kelas masyarakat baru di Karibia. Praktek poligami di kalangan budak juga dilakukan, di mana seorang budak laki-laki "dipinjamkan" dan punya keluarga di perkebunan lain.

Budak Afrika di Benua Amerika pun mengembangkan sistem kepercayaan mereka sendiri: gabungan nilai lokal, Afrika dan Santo Katolik. Sifat dasarnya animisme: dikenal nama: Vodun (koloni Perancis), Obeah (koloni Inggris), Santeria (koloni Spanyol) dan Candomble (Brazil). Kepercayaan Vodun ini yang kemudian kita kenal dengan nama Voo Doo di sekitar Haiti, Pusat Tebu dan Industri gula Perancis di Karibia.

Struktur masyarakat jadi unik. Ada Mulatto (Hitam dan Putih), Sambo (Mulatto dengan Hitam), Quadroon (Mulatto dan Putih), Mustee (Quadroon dan Putih). Juga ada Mestizo (Eropa dan Indian), serta kombinasi lain Hitam, Eropa dan Indian. Semuanya ada 128 jenis kombinasi. Tentang Voo Doo (dan Zombie) dll., nanti saya carikan bahannya untuk kita bahas tersendiri. Karena ini fenomena budaya yang menarik.

---

Cerita tentang Tebu, Gula dan Perbudakan memang pahit, tapi itulah komponen sejarah yang membentuk penduduk Karibia dan Brazil. Disebut Creole. 

Orang Eropa yang membuka kebun tebu di Karibia pun lama kelamaan punya ketergantungan terhadap budak mereka, terutama di rumah tangga. Mereka tidak bisa lagi mengurus rumah sendiri. Budak mengerjakan semuanya. Mulai dari mengusir nyamuk hingga membersihkan dan menjaga rumah. Saat ke Eropa pun mereka membawa budak mereka. Hingga ada istilah: "Rich as a Creole" - maksudnya orang kaya baru tapi kampungan dan manja. Dan orang-orang Creole ini dalam beberapa generasi tidak lagi merasa Eropa sebagai negeri asal. Ikatan dengan Karibia telah sedemikian kuat.

Di pertengahan abad 19, Eropa melarang perbudakan. Amerika juga mengikuti setelah Perang Sipil. Teknologi mulai menggantikan budak. Mesin telah banyak membantu, terutama mesin uap dan selanjutnya mesin BBM dan tenaga listrik. Jumlah pekerja pun menyusut. Orang kulit putih pun mulai memerdekakan anak Mulatto mereka, selanjutnya budak-budak mereka.

Di hari Natal 1739, lahir Joseph de Boulogne anak dari Guillaume-Pierre Tavarnier de Boulogne dengan budak perempuannya Nanon, usia 15 tahun. Joseph de Boulogne tumbuh besar. Ayahnya memisahkan diri dan mengirim ia dan ibunya ke Perancis sebelum menikah dengan wanita kulit putih.

Joseph dibesarkan sebagai aristokrat. Ia jadi jago anggar terbaik se-Perancis. Ia mampu berenang menyeberangi S. Seine dengan sebelah tangan. Joseph juga mahir berkuda. Juga pedansa hebat. Bermain biola dengan sangat baik. Ia menjadi pemain biola kerajaan, sebelum jadi Konduktor.

Raja Louis XVI menunjuknya jadi Direktur Opera, tapi diprotes hingga jabatan itu dikosongkan. Joseph membujuk Haydn menulis simfoni "Paris." Filsuf Voltaire membenci Joseph de Boulogne karena ia seorang Mulatto. Saat Revolusi Perancis ia menghilangkan "de" dari namanya.

Ia menjadi anggota Jacobin dan memimpin resimen revolusi berisi orang kulit hitam dan Mulatto. Tapi ia dikhianati, lalu dipenjarakan. Ia diampuni, dibebaskan, dan wafat beberapa tahun kemudian. Di kalangan musisi Perancis ia dikenal dg sebutan "Mozart Hitam."

Kisah Joseph de Boulogne tadi seakan pertanda akan berakhirnya era perbudakan. Seorang keturunan budak akhirnya bisa keluar dari kungkungan perbudakan yang menyesakkan. Manusia ternyata sama dimata Tuhan dan setiap orang tanpa peduli warna kulitnya bisa mencapai prestasi tinggi. Kini perbudakan telah lama hapus dari peradaban manusia, karena tak lagi sesuai dengan “hak azasi manusia modern.” Presiden Obama baru saja dilantik untuk kedua kalinya. Dalam orasi pelantikannya, Obama mengatakan: "Semua manusia sama di depan Tuhan. Tapi, yang lebih penting lagi, mereka semua sama di depan kita."



1 komentar:

  1. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.

    Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.

    Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.

    BalasHapus