Rabu, 06 Februari 2013

CABE


Sebelum benua Amerika dikunjungi Columbus, orang Asia, Eropa dan Afrika tidak kenal cabe. Mereka hanya kenal merica, yang asli India. Jadi bisa kita bayangkan betapa hambarnya makanan orang pra-Columbus.

Cabe adalah bentuk globalisasi yang mengalir lewat mulut dan perut. Masakan Minang adalah anak kandung globalisasi. Tanpa cabe dari Columbus, mustahil diperoleh masakan Minang seperti yang kita kenal.

Dalam jurnalnya, Columbus tanggal 15 Jan 1493 menulis adanya "merica hebat" yang ia peroleh saat bertukar hadiah dengan orang-orang Hispniola. Orang Spanyol menyebut cabe Pimiento (bentuk maskulin dari Pimienta = merica) untuk menunjukkan rasanya yang lebih tajam dan keras.

Secara umum ada 2 jenis cabe: Capsicum Frutescens dan Capsicum Anuum. Cabe sekeluarga dengan Terong, Tomat, dan Kentang. Tapi tidak sekeluarga dengan merica. Capsicum Frutenscens adalah cabe pedas. Capsicum Anuum adalah cabe manis keluarga Paprika yang tidak pedas dan biasa dimakan segar.

Cabe kemudian dibawa melintasi Atlantik oleh orang Spanyol dan Portugis. Mereka sendiri tidak suka dan cabe tidak bisa ditanam di iklim Eropa. Orang Portugis membawanya ke Goa, India dan menyebar ke seluruh Asia dari sana, baik lewat manusia maupun lewat burung.

Kenapa burung? Burung memakan cabe. Tapi mereka tidak kepedasan - karena syaraf perasa burung tidak memiliki neuroreceptor yang bereaksi terhadap capsaicin. Hewan lain sangat sensitif terhadap cabe. Di Afrika dekat Taman Nasional, kebun penduduk dipagari tanaman cabe supaya tidak diganggu gajah.

Dalam waktu 50 tahun sejak Columbus, Cabe sudah mencapai India, Asia Tenggara dan China. Lewat Laut dan Jalur Sutera, sampai ke Shichuan.

Bagian cabe paling pedas bukan bijinya, tetapi bagian plasenta tempat biji cabe menempel. Hilangkan bagian itu bila tidak ingin terlalu pedas. Bagaimana menghilangkan kepedasan? Minum Susu/ Yoghurt/ makan coklat. Percuma minum air. Capsaicin tidak larut dalam air tapi dalam minyak/lemak.

Bagian tubuh paling sensitif terhadap pedas cabe adalah mata, hidung, lidah dan kulit. Orang Indian Amerika menggunakan cabe untuk menyiksa tawanan. Polisi Malaysia menggunakannya untuk menyembur demonstran.

Capsaicin 8x lebih kuat daripada merica. Rasa pedas secara refleks menyebar dari lidah ke leher, wajah dan dada serta memicu aliran endorphine. Endorphine adalah morphine alami yang 18-50x lebih kuat. Endorphine mendorong tubuh bereaksi aktif. Muncul saat melahirkan/ saat orgasme. Itu sebabnya mengapa ada orang jadi kecanduan makan makanan pedas dan cabe, karena tubuh mereka sebenarnya bereaksi terhadap endorphine.

Sesudah masuk usus, capsaicin sangat sedikit diserap. Tapi di "ujung" kembali bereaksi - disebut jaloproctitis. Anus serasa terbakar. Jaloproctitis hanya bisa hilang berdasarkan waktu. Itu sebabnya penderita Wasir harus hati-hati terhadap konsumsi makanan pedas bercabai.

Apakah orang Minangkabau sudah kayak burung sehingga tidak kepedasan makan cabe? Bukan. Mereka yang tahan pedas mungkin karena sinyal di neuroreceptor lama kelamaan ter blokir. Tapi makanan pedes bukan monopoli masakan Minang saja. Masakan Menado, menurut saya bahkan lebih pedas lagi.

Cabe mempunyai kandungan Vitamin C lumayan tinggi. Apakah karena itu maka rumah makan Minang jarang menyediakan sayuran segar di dadalam menu hidangannya?. Entahlah. Tapi sesungguhnya Vitamin C cabe lama kelamaan rusak kalau bereaksi dengan udara. Sementara sebagian besar masakan Minang di rancang untuk tahan lama. Fakta menarik lainnya, bahasa Minang untuk cabe adalah lado. Karenanya Ibu-ibu di Minang ada yang salah mengira bahasa indonesia cabe adalah lada. Padahal cabe dan lada berbeda.

Cabe terpedas di dunia ada di wilayah Timur Laut India. Disebut "bhut jolokia". Pedasnya 400 kali Tabasco sauce. Setelah si pedas dari India, berikutnya "red savina habanero". Kata ini menunjukkan asalnya: Havana. Pernah coba ditanam benihnya di sini, masih gagal. Pedasnya cabe diukur dengan Scoville Rating. Bhut jolokia capai angka 1.075.000 dan Habanero 580.000. Cabe kita sekitar 100.000.


---

Cabe dari India yang bernama Naga Jolokia telah dinobatkan sebagai cabe paling pedas di dunia.  Dan ini diakui oleh Guinness Book of World Records.

Rasa pedas Naga Jolokia mencapai 1 Juta Scoville Scale.  Ini berarti Cabe Naga Jolokia lebih pedas daripada Tabasco, Jalapeno dan Red Habanero (cabe yang terakhir ini adalah "juara bertahan" sebelumnya).  Cabe Thailand (100 000 Scoville Scale) dan Scotch Bonnet (350 000 Scoville Scale) boleh dikata masuk kelas "juara harapan".

Dengan ukuran 1 Juta Scoville ini berarti 1 gram cabe Naga Jolokia dicampur dengan 1000 liter air gula - masih akan terdeteksi rasa pedasnya.

Lalu apa yang akan terjadi kalau anda secara sengaja (atau tidak sengaja) tergigit Naga Jolokia ataupun Scotch Bonnet?  Sudah jelas, minum air tidak akan mempan. Kalau melihat skala Scoville di atas - anda akan lebih dulu mengalami perut pecah karena kembung sebelum rasa pedas sempat hilang.  Jadi apa nih solusi Pertolongan Pertama Pada Kepedasan (PPPK)?  Minum susu.

Mengapa susu?  Karena zat capsaicin yang menyebabkan rasa pedas adalah berbentuk senyawa berbasis minyak.  Karena minyak dan air berlawanan - maka efek pedas yang terjadi tidak akan hilang dengan minum air saja.  Sebaliknya, dengan minum susu - maka capsaicin akan bisa ikut terlarut bersama susu - sehingga reaksi capsaicin dengan reseptor syaraf vanilloid receptor subtype 1 (VR-1) yang menyebabkan rasa pedas membakar - akan bisa berkurang. Salam.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar