Rabu, 06 Februari 2013

The Science of Dream


Seharusnya mimpi lebih kompleks dari cuma bunga tidur. Mari kita bahas tentang “the science of dream”

Kalau kata Sigmund Freud, kita lebih banyak dibentuk oleh alam bawah sadar kita. Nah, mimpi adalah jembatan ke sana. Tentu pendapat Freud memiliki kelemahan, kebanyakan mimpi tidak bisa kita ingat lebih dari beberapa jam setelah bangun. Dan tiap orang menerjemahkan pengalaman masing-masing secara berbeda-beda. Lalu siapa yang bisa menerjemahkan secara utuh kalau bukan orang itu sendiri? Repotnya, kita juga dipengaruhi secara lingkungan.

Kalau kita mendengar mimpi buang air besar adalah pertanda kesialan, kita terpengaruh. Maka menjadi semakin sulit membedakan mana interpretasi dari diri kita sendiri dan mana yang berasal dari pengaruh lingkungan/eksternal.

Mimpi yang ada di kitab suci - cuma bisa diimani terjadi - tapi tidak bisa diverifikasi. Jadi tidak bisa saya bahas.

Freud sendiri mengidentifikasi beberapa interpretasi mimpi secara empiris, semisal mimpi tentang kereta api pertanda kematian. Atau mimpi tentang tercebur ke air dan diselamatkan - pertanda akan ada perubahan radikal dalam hidup. Itu ada dalam catatan Freud. Tentu saja, saya pun tidak habis pikir: apa hubungannya kereta api dengan kematian?

Tiap orang/bangsa/negeri punya terjemahan berbeda. Di India misalnya, kereta api diasosiasikan dengan kekuatan, terutama kekuatan terkait prokreasi. Dan konsekuensinya unik.

Di jaman dulu, perempuan India yang ingin punya keturunan sering menunggu di pinggir rel datangnya kereta melaju. Lalu? Mereka mengangkat bagian bawah pakaian mereka, seiring kereta yang berlalu melaju cepat. Mereka percaya itu mempermudah beroleh anak.

Nah, bagaimana interpretasi Freud tentang kereta sebagai isyarat bawah sadar tentang kematian - bisa klop dengan interpretasi orang India?

Seksualitas dalam mimpi - itu juga hal yang sangat kompleks. Tiap orang bisa punya interpretasi berbeda-beda. Belum lagi aspek fisiologis tubuh kita bisa punya peran. Produksi sperma yang sudah berlebih - mendorong munculnya "mimpi basah" pada pria.

Perempuan juga punya mimpi bernuansa seksual. Tapi tentu dimensinya berbeda. Perempuan mahluk tactile/ sentuhan bukan visual. Hal yang paling sering tidak disadari laki-laki: tactile VS visual.


Bicara tentang mimpi, rasanya sulit menghindar dari hubungan mimpi dengan kisah penciptaan dalam kepercayaan orang Aborigin Australia. Bagi kaum Aborigin Australia, mimpi dan kenyataan tidak ada batasnya. Dan penciptaan semesta terjadi dalam "ruang" ini. Para dewata dalam konsep penciptaan Aborigin di alam "dreamscape" ini - menciptakan alam semesta dengan cara bernyanyi. Setiap kali dewata bernyanyi, maka muncul lah benda baru yang punya terkait dengan "lagu" yang dinyanyikan. Satu lagu = satu ciptaan.
Lagu tentang penciptaan ini yang kemudian diteruskan oleh orang-orang Aborigin Australia hingga saat ini. Setiap benda ada lagunya. Saat dalam perjalanan, bila orang Aborigin melihat sesuatu - mereka akan menyanyikan lagu tertentu. Jadi seperti penciptaan yang dibalik. Dan lagu mereka semakin banyak dan kompleks. Bahkan ada lagu-lagu tentang benda-benda modern seperti kereta api dan pesawat terbang. Salam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar