Rabu, 06 Februari 2013

TKI - Sang Pahlawan Devisa


Pada suatu malam, sekitar pukul 21.00, saya melihat banyak petugas BNP2TKI di area bagasi di terminal Kedatangan Bandara Soeta. Ada apa? Mereka ternyata sedang mencegat para TKI yang baru kembali ke tanah air. Memungut pajak “reman” rupanya. Kasihan.

Tidakah mereka menyadari bahwa saat ini ada sekitar 4 juta TKI di luar negeri. Mereka mengirim uang ke tanah air senilai $6,7 Milyar (Rp 67T)/tahun. Jika termasuk TKI illegal jumlahnya lebih dari 5 juta dengan remitansi per tahun mencapai Rp100T. TKI illegal di Malaysia saja menurut perkiraan ada sekitar 800-900 ribu orang.

Itu baru pengiriman formal remittance lewat jalur bank. Ada kiriman cukup besar juga lewat jalur informal: dibawa tunai.

Nilai kiriman TKI yang Rp. 67T itu lebih besar daripada laba bersih seluruh BUMN Publik (Rp. 43,8T) digabung jadi satu.

Dalam perspektif lain: Rp. 67T kiriman TKI adalah sebesar 2,5 kali laba bersih Pertamina dan PLN digabungkan jadi satu.

Jadi, bila kita memandang secara utuh, TKI adalah industri dengan dampak ekonomi dan sosial sangat besar. Melampaui BUMN.

Dengan dampak ekonomi dan sosial sedemikian besar, maka jelas Tenaga Kerja Indonesia sangat layak dilindungi.

Jadi, mereka pemeras TKI - berada pada posisi sama dengan anggota parlemen pemeras Direksi BUMN. Mereka lintah darat.

Dampak ekonomi TKI jadi lebih terasa karena mereka mengirim uang ke daerah. Uang $100 di Kebumen atau Padang Panjang lebih berasa daripada $100 di Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar