Rabu, 06 Februari 2013

SEJARAH


History Is Always Customizable.

Kadangkala sejarah dibikin di tempat lain, lalu dikirimkan ke rumahmu saat engkau masih di dalam rahim ibumu. Saat engkau lahir, sejarah sudah ada di sekelilingmu, seperti hutan yang melingkungi hewan-hewan liar.

Engkau terlahir dalam sejarah, tercebur di dalamnya, tanpa ada pilihan lain. Engkau terlempar ke dalam sejarah. Sejarah adalah sebuah habitat. Manusia terlahir ke dalam sebuah habitat. Ia tak mungkin terlahir ke ruang kosong.

Manusia tak selamanya hidup dalam takdir sejarah. Begitu menginjak dewasa, dia pelan-pelan berusaha menciptakan sejarahnya sendiri. Semula sejarah diterima oleh manusia sebagai warisan, kemudian ia ubah hingga sejauh mungkin sesuai dengan keinginannya.

Kemampuan manusia melakukan "kustomisasi" atas sejarah tentu berbeda-beda. Tergantung pada banyak sebab. Ada kelompok manusia yang menciptakan sejarah. Ada kelompok lain yang hanya menerimanya saja. Ini yang lebih banyak jumlahnya.

Kemampuan menciptakan sejarah jelas terkait dengan basis ekonomi. Makin kuat basis itu, makin besar kapasitas untuk menciptakan sejarah. Tentu basis ekonomi bukan segala-galanya. Kekuatan argumen dan kejernihan logika kadang juga bisa mengubah dan menciptakan sejarah.

Kenapa ide Plato dan filsuf Yunani lainnya bisa bertahan hingga sekarang dan mempengaruhi sejarah modern? Karena kecemerlangannya. Kalau sejenak kita perhatikan perjalanan ide-ide para filsuf Yunani, sangat menarik. Bagaimana mereka membentuk sejarah modern.

Filsafat Yunani bukan wahyu yang berasal dari langit. Tetapi kemampuannya untuk bertahan tak kalah dengan wahyu-wahyu langit. Fikiran-fikiran filsuf Yunani memukau sarjana Muslim dan banyak mengubah sejarah intelektual Muslim klasik. Filsafat Yunani ikut membentuk dan mengubah sejarah Islam, terutama sejarah pemikirannya.

Dari dunia Islam di kawasan Arab dan sekitarnya, filsafat Yunani menyeberang ke Eropa dan mengubah sejarahnya. Filsafat Yunani membentuk sejarah Eropa modern, sejak Era Kebangkitan (Renaissance/ Nahdah) hingga saat ini.

Sejarah modern dibentuk oleh dialog, juga konflik, antara ide-ide filsuf Yunani dan wahyu langit agama-agama semitik, terutama Kristen. Sejarah intelektual Islam klasik juga dibentuk oleh dialog dan kadang konflik antara ide-ide Yunani dengan wahyu Qurani.

Ide-ide filsuf Yunani memang tak punya pengikut yang jumlahnya milyaran seperti agama. Tetapi pengaruhnya tak kalah dari agama. Daya pikat filsafat Yunani ada pada rasionalitasnya. Karena itu tak bisa memikat emosi massa. Massa butuh disentuh emosinya. Yang bisa menyentuh emosi massa dalam jumlah besar adalah agama. Itulah sebabnya agama punya jutaan pengikut.

Menarik melihat "persaingan" antara filsafat Yunani yang berbasis rasionalitas, dan agama yang berbasis pengikut banyak. Sejarah Eropa menunjukkan bahwa agama yang berpengikut banyak saling menyesuaikan dengan filsafat Yunani yang berbasis rasionalitas.

Jelas keliru jika menggambarkan filsafat dan wahyu semitik sebagai dua hal yang bertentangan mutlak. Dalam sejarah, kita jumpai juga dialog yang bersahabat antara filsafat Yunani dan agama.

Dari dunia Islam, Ibn Rusyd adalah contohnya. Dari sejarah Kristen, seluruh teologi Kristen skolastik adalah hasil dialog antara filsafat Yunani dan wahyu biblikal.

Jadi hubungan antara Athena dan Yerusalem/ Mekah, antara filsafat dan wahyu, tak seluruhnya konflik, tapi juga dialog. Sejarah modern dibentuk dan diperkaya oleh konflik dan dialog antara Athena dan Yerusalem/ Mekkah, antara filsafat dan wahyu. Teori dan praktek Hak Asasi Manusia di era modern adalah contoh bagus. Dia adalah hasil dialog antara wacana filsafat dan wahyu.

Tentu saja kita tak boleh melupakan sejarah yang dibentuk oleh kebijaksanaan Timur lainnya: Hinduisme, Buddhisme, Konfucianisme, Taoisme, dll. Sejarah, sejarah, sejarah. Kita dibentuk dan membentuk sejarah. Kita diciptakan dan menciptakan sejarah. Itulah nasib kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar