Senin, 15 Juli 2013

Proses Penuaan Pada Manusia


Pada umumnya organisma hidup (termasuk manusia) akan menua dan kemudian mati. Ada juga yang tidak begitu, contohnya immortal jelly fish.

Kalau ukuran sekarang, saat manusia melewati umur 60 tahun, maka hanya 25% variasi rentang hidupnya yang tersisa. Proses kematian makin berat. Mengapa organisme hidup pada umumnya akan menua dan kemudian mati? Siapa yang bertanggung jawab dalam hal ini? Yang harus disalahkan adalah evolusi, karena evolusi hanya tertarik dengan reproduksi dan tidak perduli kesehatan setelah kita bereproduksi.

Yang namanya sistem mekanik yang aktif, semuanya akan rusak karena keausan usia tua, dan hal ini juga berlaku bagi sel dalam sistem biologis. Setelah manusia melewati 60 tahun, efek penuaan menjadi sangat jelas. Ingatan tidak setajam dulu, lari jadi lebih lambat, lutut jadi sakit, dll. Proses menua bukan bagian program perkembangan manusia atau organisme hidup lain pada umumnya, dan tidak ada gen yang mendorong penuaan.

Bahkan, evolusi dengan bijaksana telah menemukan aktivitas sel yang mencegah penuaan, sayangnya ini hanya aktif sampai reproduksi kita berhenti! Dari sudut pandang evolusi, pencegahan penuaan hanya diperlukan sampai hewan bereproduksi dan merawat anaknya.

Setelah satu organisme hidup bereproduksi dan tuntas mengasuh anak , seolah-olah alam kehilangan minat menjaga kebugaran organisme tersebut. Karena itu, alam hanya menyediakan langkah-langkah perbaikan untuk menunda penuaan sampai tujuan reproduksi tercapai. Setelah itu persetan, katanya. Hal tadi itu disebut dengan teori “dispossable soma”, manusia dan hewan-hewan lain dibuang begitu reproduksi dan pemeliharaan anak selesai.

Jadi, kalau penuaan tidak diprogram oleh gen, kenapa hal itu bisa terjadi? Jawabannya sama dengan yang terjadi pada mobil tua yaitu: keausan.

Penuaan individu organisme hidup berasal dari akumulasi kerusakan seluler juga molekuler yang tidak diperbaiki sel, khususnya di DNA dan protein. Pemeliharaan eksistensi dan integritas DNA adalah tantangan utama bagi sel, karena kerusakan setiap DNA menyebabkan hilangnya protein penting. Kerusakan DNA juga menyebabkan kesalahan sintesis protein pada sel dan penentuan waktu sintesi yang salah, serta dihasilkannya protein cacat. Kerusakan semacam itu selalu terjadi setiap saat dan terakumulasi sepanjang hidup sejak sel dan jaringan tubuh pertama mulai terbentuk. Kerusakan lain yang juga selalu terjadi adalah di mitokondria, membran, dan juga bisa terjadi akibat kesalahan dalam pelipatan protein.

Panjang usia manusia dan hewan lain, terutama ditentukan oleh mekanisme yang telah berevolusi untuk mengatur tingkat pemeliharaan tubuh. Tidak ada keragu-raguan lagi bahwa sel manusia menua, sel kita pada saat kita muda akan terus menggandakan diri dan pada akhirnya berhenti.

Salah satu penjelasan menurunnya kapasitas pembelahan sel seiring dengan bertambahnya usia, tampaknya terkait erat dengan yang namanya “telomere.” Faktanya: bahwa yang disebut ‘telomer’ (bahasa Yunani= bagian ujung) yang melindungi ujung kromosom menjadi makin pendek pada saat sel-sel membelah. Hal tadi dikarenakan ketidakhadiran enzim ‘telomerase,’ enzim yang membuat telomer tumbuh kembali panjang ke panjang normal setelah membelah. Enzym telomerase biasanya hanya hadir dalam sel nutfah di testis dan ovarium, dan stemsel dewasa tertentu, karena sel-sel tersebut harus dicegah dari penuaan.

Dengan melihat telomer kita bisa menghitung jumlah pembelahan yang telah dilalui sel karena telomer jadi sedikit lebih pendek pada setiap pembelahan. Sifat telomer ini dapat melindungi sel dari mutasi yang bisa menimbulkan pembelahan tidak terkendali seperti yang terjadi pada kanker.

Dan penuaan adalah harga yang harus kita bayar atas sistem perlindungan yang dibentuk oleh proses evolusi kita tersebut.

Kromosom adalah struktur dalam sel yang integritasnya paling sulit dipelihara sepanjang hidup sel. Ini mengapa peran telomer jadi mutlak. DNA dalam setiap kromosom mengalami ribuan modifikasi setiap harinya. Beberapa mekanisme terpenting penuaan melibatkan DNA. Sel-sel kita berusaha menghindari kerusakan ini dengan melilitkan DNA ke seperangkat protein, makin padat lilitannya, semakin terlindung DNAnya.

Sel cenderung merespons kerusakan DNA yang berbahaya dengan bunuh diri (apoptosis), ini menyediakan cara untuk mencegah munculnya kanker. Apoptosis, program bunuh diri sel, adalah proses alamiah sebagai perlindungan untuk integritas kromosom, ini terbentuk oleh proses evolusi. Apoptosis lebih sering terjadi pada jaringan tua dimana kerusakan pada DNA yang terakumulasi lebih banyak. Hilangnya banyak sel dalam sebuah jaringan akibat apoptosis dengan sendirinya akan mempercepat penuaan. Makin tua laju penuaan jadi lebih cepat.

Alam dan evolusi, keduanya mempunyai selera ironi yang sama yang sangat unik ketika mereka membuat hidup kita begitu tergantung kepada oksigen. Kita demikian tergantung, tapi disisi lain, oksigenlah penyebab utama terjadinya penuaan yang akhirnya menyebabkan kematian sel-sel kita. Ironis. Penyebab utama kerusakan molekul DNA dan molekul lain adalah oksigen reaktif (radikal bebas), molekul kecil oksigen yang termodifikasi.

Ada pertanyaan yang jarang diajukan, “Kapan sebenarnya kematian kita dimulai?”, jawaban yang paling mendekati kebenaran: “Saat kita lahir.” Pada saat kita lahir, saat itu juga kita terpapar oksigen, molekul sederhana yang menghidupi sekaligus mematikan kita.

Sekitar 2 ribu tahun yang lalu, Marcus Aurelius menulis, “lihat betapa singkat dan tak berharganya hidup manusia, kemarin janin, besok mumi atau abu.” Mungkin bagi Marcus Aurelius hidup baru berharga kalau tidak menemui kematian. Hasrat untuk hidup abadi tersembunyi dalam pikiran manusia. Memang sejak 4 milyar tahun yang lalu organisme lahir, menjadi tua dan kemudian mati, membawa misi menjaga integritas gen-gen yang berhasrat abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar