Sabtu, 27 Juli 2013

KAI - Sebuah Perubahan


Orang Medan mulai melihat lagi kereta api yang bagus dan modern. Jarak Kuala Namu - Medan ditempuh 30 menit.

Broadcast message dari CEO KAI menyebutkan itu pergulatan perubahan selama 3 tahun dan melewati banyak ujian. Dahlan Iskan dalam sambutannya menyebutkan, PM India, mendiang Indira Gandhi (1984) pernah mengupayakan penghapusan KA kelas 3 di India.

Pelajaran yang bisa diambil: 1. Perubahan itu bisa, asal kita mau berkorban dan ada pemimpin yang kuat, action oriented. 2. Jadi sulit karena selalu ada "yang menghadang", yaitu mereka yang tak mau berkorban, ingin tetap hidup di masa lalu, emosional. 3. Satu hal diubah, akan ada banyak hal lain yang harus ikut diubah: kebiasaan-kebiasaan lama. Apa saja?

Kebiasaan lama itu menyangkut: kebiasaan penumpang, kebiasaan bayar murah/tidak mau bayar, jualan semaunya, perlintasan liar, dll. Kebiasaan yang paling sulit diubah harusnya kebiasaan di luar, tetapi di Indonesia justru banyak terjadi di dalam (bad habits pegawai dan pimpinan).

Apakah perubahan selalu mulus? Tentu tidak. kita saksikan banyak ekses: Mahasiswa mengamuk tempat jajannya digusur, PKL dan rumah-rumah liar tidak terima digusur. Penumpang yang biasa tidak bayar marah dan memukul pramugari KA, pengguna klas ekonomi protes keras, KAI disomasi, penumpang yang biasa numplak di atap kereta tidak mau diturunkan, calo dan copet pun marah.

Tetapi tentu ada prestasi KAI yang diapresiasi publik, antara lain: Perjalanan mudik lebih manusiawi, tiket terjual rapih dan bisa dipesan jauh-jauh hari, manajemen terurus baik, anjlok cepat diperbaiki, tujuan menghapus kereta ekonomi adalah untuk perbaikan pelayanan, dan banyak lagi prestasi lainnya.

Apapun juga ANDA TAK AKAN BS MELAKUKAN CHANGE untuk MENYENANGKAN SEMUA ORANG. Maka makin jelas, negeri ini mulai melahirkan tokoh-tokoh terpelajar yang gesit, mau turun ke bawah, memberi kemenangan, berani hadapi resistensi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar