Senin, 15 Juli 2013

MARIYUANA/ GANJA


Setelah tembakau (nikotin) dan alkohol, obat nomer 3 yang paling sering disalah gunakan adalah mariyuana alias ganja. Mariyuana (ganja) adalah nama yang lazim diberikan kepada daun dan bunga yang dikeringkan dari tanaman Canabis Sativa, semacam pohon rami.

Kurang lebih 2 juta orang amerika mengonsumsi mariyuana setiap bulannya. Mode umumnya mengisap daunnya dalam bentuk lintingan. Tapi mariyuana sebetulnya juga efektif bila dimakan, sebagai tambahan sayur atau minyaknya dipakai dalam kue brownies coklat dsb.

Efek psikoaktif mariyuana utamanya karena THC (delta-9-tetrahydrocannabunol). Tapi ada sekitar 80 bahan lain di daun ganja yang berefek sama. Praktek merokok daun Cannabis sativa dan kata "marijuana" dikenalkan ke AS bagian selatan pada awal abad ke 20. Mariyuana makin lama makin populer di amerika terutama pada kelompok-kelompok tertentu, pemusik misalnya. Dan mitos horor tentang daun ini dimulai.

Mitos horor bermula pada sebuah artikel di koran New Orleans, yang memaparkan "ancaman mariyuana" yang dengan cepat diikuti koran-koran amerika yang lain. Di koran-koran seantero amerika saat itu menceritakan mariyuana bisa membuat orang menjadi kriminal dan bahkan jadi gila. Tanpa dasar bukti apapun. Hasil representasi yang keliru terhadap mariyuana akibat kelatahan media masa amerika saat itu adalah diloloskannya UU anti maryuana.

Di banyak negara bagian AS, mariyuana secara hukum diklasifikasikan sebagai narkotika (opiat). Padahal mariyuana sama sekali berbeda dengan narkotika. Mengklasifikasikan UU mariyuana sebagai narkotik sama artinya meloloskan UU bahwa hijau adalah merah, tapi UU itu masih berlaku sampai sekarang.

Potensi kecanduan mariyuana memang riil, tapi sangat rendah. Kebanyakan orang menggunakannya sewaktu masih muda dan berhenti saat usia 40an. Apa bahaya mariyuana bagi kesehatan? Ini yang sulit dijawab. Karena klaim-klaim meyakinkan atas bahaya mariyuana sejauh ini jumlahnya sangat terbatas. Tetapi para ahli sepakat: penggunaan mariyuana secara berat dan jangka panjang pun efeknya jauh lebih ringan ketimbang tembakau dan alkohol! Dan, meskipun alkohol dan (apa lagi) tembakau jauh lebih berbahaya secara kesehatan ketimbang mariyuana, kedua barang itu justru dilegalkan.

Sebenarnya bahan aktif THC itu sendiri memiliki efek terapeutik, memberikan manfaat sebagai pengobatan medis. Sejak awal 1990an,THC sudah digunakan secara luas untuk menekan mual dan muntah pada penderita kanker dan merangsang nafsu makan penderita AIDS. Mariyuana juga diketahui sebagai pemblokir kejang yang sangat efektif terutama pada penderita epilepsi, melebarkan bronkus penderita asma. Mariyuana bisa mengurangi keparahan glaucoma, mengurangi kecemasan, menaikkan nilai ambang reseptor nyeri sehingga efektif mengurangi nyeri.

Cara pandang dunia medis tentang mariyuana berubah total pada awal 1990an ketika ditemukannya 2 reseptor THC di otak: CB1 dan CB2. CB1 merupakan reseptor terkait protein-G yang paling menonjol di otak. CB2 ditemukan di batang otak dan sel-sel sistem imunitas kita! Timbul pertanyaan: mengapa ada reseptor THC di otak? Hampir tidak mungkin otak kita ini berevolusi untuk memediasi efek-efek menghisap mariyuana.

Teka teki itu dalam waktu yang tidak terlalu lama terjawab dengan ditemukannya sebuah golongan neurotransmiter canabinoid endogen tahun 2004. Neurotransmiter endocannabinoid pertama yang diisolasi diberi nama "anandamide" yang berarti "internal bliss" alias "kebahagiaan batin." Sebenarnya kebahagiaan batin diri kita dimunculkan salah satunya oleh cannabinoid endogen yang memang diproduksi oleh tubuh kita sendiri.

Jadi THC tidaklah asing bagi tubuh manusia karena sudah tercetak di dalamnya reseptor-reseptor untuk merespon secara posittif kehadiran materi ini. Tapi sekali lagi, kuncinya adalah tepat dosis, apapun jenisnya kalau konsumsinya kelewat takaran dampaknya akan buruk.

Dan, jangan melanggar undang-undang. Kalau tidak setuju ya berusaha bagaimana UU itu diganti, jangan dilanggar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar