Senin, 15 Juli 2013

OBESITAS & UU Antigembrot


Lama-lama orang gendut punah di Jepang. Selain mengejar wajib pajak, pemerintah memburu orang-orang gemuk. UU antigembrot sudah berjalan efektif 3 tahun. Tidak hanya memburu individu, pemerintah Jepang akan memberi sangsi perusahaan yang karyawannya ada yang gendut. Mereka wajib ikut program pengurusan. 80 cm bagi laki-laki dan 90 cm bagi perempuan adalah batas aman lingkar pinggang orang Jepang, lebih dari itu berari jadi buronan! Setelah 3 tahun UU anti-gembrot diberlakukan di Jepang, biaya total pengobatan secara nasional turun secara signifikan hingga 23.8%.

Sebetulnya masalah kegendutan bukan hanya masalah di Jepang, seluruh dunia juga dilanda masalah karena adanya orang orang dengan ukuran jumbo. Dalam 20 tahun terakhir, pengidap kegemukan/ obesitas di seluruh dunia meningkat tajam, sehingga masalah ini jadi perhatian serius. Bahkan sejak tahun 2000, WHO sudah menempatkan obesitas sebagai masalah epidemioligi global yang menjadi ancaman serius bagi kesehatan dunia. Di Amerika, angka kejadian kegemukan yang tinggi menjadikan obesitas sebagai penyebab kematian terbesar, disusul rokok, kemudian alkohol dan narkoba.

Sebetulnya, kata obesitas (obesity) berasal dari bahasa latin “ob” (akibat) dan “esum” (makan), maksudnya: akibat pola makan yang berlebihan. Definisi baku obesitas menurut WHO: suatu keadaan dimana terjadi penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan. Hipokrates (460-359 SM) menyatakan bahwa orang gemuk lebih cepat mati. Ilmu medis sekarang menjelaskan obesitas adalah bom waktu sejumlah penyakit.

Lemak tubuh memang diperlukan, untuk menyimpan energi, penyerap panas, penahan guncangan dll. Pada obesitas kelebihan lemak menjadi ancaman! Berbagai komplikasi obesitas lebih erat hubungannya dengan "obesitas sentral" yang penetapannya paling gampang ya dengan mengukur lingkar pinggang. Secara kasar kalau lingkar pinggang >90cm (pada perempuan), >80cm (pada laki-laki), sudah termasuk dalam kategori obesitas untuk ukuran orang Asia.

Tapi cara yang lebih akurat untuk mengetahui apakah seseorang menderita obesitas adalah dengan mengukur BMI (Body Mass Index), indeks masa tubuh. Cara mendapatkan nilai Body Mass Index adalah membagi berat badan dengan kwadrat tinggi badan. Dengan kata lain BMI= BB : (TBxTB). Dari hasil nilai BMI kita bisa mendapatkan status gizi seseorang. Kurang: <18,5; normal: 18,5-22,99; lebih: 23-24,99; obesitas >25,00. WHO (2000) merekomendasikan BMI 25-29,9 sebagai kriteria untuk kelebihan gizi dan 30,0 ke atas sebagai kriteria obesitas. Jangan senang dulu, nilai yang diusulkan oleh WHO tadi berlaku untuk orang-orang bule, untuk orang Asia: BMI 25 kg/m2 sudah masuk dalam obesitas.

Proses obesitas pada seseorg tidak terjadi dalam hitungan detik, ada proses panjang dalam hitungan bulan bahkan tahun yang bisa dijelaskan asalnya. Kemajuan sains dan teknologi sekarang ini, sudah mampu mengidentifikasi penyebab obesitas di segala usia, dari berbagai segi. Terkait dengan makanan, jenis makanan, cara makan hingga jumlah dan kemampuan tubuh untuk mengolah makananan tersebut, merupakan faktor-faktor obesitas. Ada banyak hal yang sudah teridentifikasi sebagai penyebab obesitas, tapi masing-masing kondisi tersebut tidak selalu berlaku pada setiap orang.

Beberapa hal yang sudah jelas-jelas menjadi penyebab obesitas: 1. Kurangnya aktifitas fisik, 2. Tidur yang tidak efektif, 3. Sindroma makan sebelum tidur, 4. Polusi; 5. Faktor emosional; 6. Pemanas/pendingin ruangan; 7. Gangguan otak; 8. Cara berhenti merokok yang salah; 9. Mengkonsumsi makanan yang salah; 10. Efek samping obat tertentu; 11. Penyakit tertentu; 12. Kehamilan di usia tua; 13. Faktor Genetik; 14. Faktor hormonal; 15. Kesuburan.

Mungkin ada yang bertanya-tanya, mengapa kita harus menganggap obesitas jadi musuh besar kita? Jawabannya cukup panjang, tapi sederhana sih. Alasan yang paling utama adalah terjadinya perubahan metabolisme pada tubuh orang yang mengalami obesitas, dan ini malapetaka! Lemak yang ada dalam tubuh kita memang merupakan timbunan, tapi apakah timbunan itu diam saja? Jawabannya adalah TIDAK! Sekarang ditemukan fakta mengejutkan bahwa lemak yang menempel di bawah kulit dan organ-organ tubuh kita lainnya, bekerja layaknya “kelenjar"! Terutama pada orang yang mengalami obesitas, jaringan lemak mampu memproduksi nonesterified fatty acid yang disingkat NEFA.

NEFA adalah produk jaringan adiposa yang merupakan akibat proses peluruhan trigliserida yang penting sebagai sumber energi, terutama dalam kondisi puasa. Karena itulah mengapa kita tidak kekurangan energi untuk beraktifitas saat kita puasa. Karena lemak dalam tubuh kita siap diubah menjadi energi. Perbedaan dengan orang normal adalah, meskipun tidak dalam keadaan puasa, produksi NEFA orang obesitas tidak bisa ditekan. Ini menyebabkan gangguan metabolisme. Jika NEFA banyak dalam tubuh, sel-sel kita terganggu. NEFA yang tinggi pada otot menyebabkan sulit menerima rangsangan hormon insulin.

Sulitnya menerima rangsangan hormon insulin menyebabkan perubahan dari gula (glukosa) menjadi energi jadi tidak efektif. Gula darah jadi naik. Jadi, meskipun produksi hormon insulin jumlahnya normal, karena reseptornya rendah, gula darah orang yang obesitas akan cenderung tinggi. Dan sebagai feedback mekanisme, sel-sel beta pankreas benar-benar menurunkan prosuksi insulinnya, jadilah obesitas jatuh dalam keadaan diabetes mellitus!

Tingginya NEFA di liver, selain menyebabkan gangguan penerimaan rangsangan insulin juga akan merangsang pembentukan trigliserida berlebih. Pembentukan trigliserida dalam liver yang berlebihan inilah yang menyebabkan mengapa seorang obesitas cenderung mengalami perlemakan hati. Tingginya kandungan lemak dalam liver orang obesitas pada gilirannya akan meningkatkan produksi VLDL dan LDL, serta penurunan kadar HDL darah. Semua hal tadi itu akan membawa seorang penyandang obesitas pada suatu keadaan yang disebut sebagai “sindroma metabolik,”

Sindroma metabolik digunakan sebagai penanda adanya penyakit kardiovaskular dan diabetes. Bukankah ini hal yang perlu dikhawatirkan? Adult treatment panel III menyebutkan bahwa sindroma metabolik adalah kumpulan dari 6 komponen: 1) obesitas abdominal (kegemukan di perut); 2) Dislipidemi (profil lemak darah yang buruk; 3) Peningkatan tekanan darah; 4) Resistensi insulin; 5) Status proinflamasi (orang jadi gampang radang). Dan komponen yang ke 6) Status protrombosis pembuluh darah mudah tersumbat, inilah yang memudahkan terjadinya stroke pada orang obesitas! American Cancer Society dan Tokyo National Cancer Centre melaporkan obesitas meningkatkan resiko terjadinya kanker mayor pada perempuan!

Lantas mengapa sebagian orang mengalami obesitas sementara orang lain (yang hidup dalam kondisi yang sama) tidak mengalaminya? Secara superfisial, jawabnya jelas, mereka yang obesitas mendapat input melebihi output energinya, mereka yang langsing inputnya tidak melebihi output nya. Meski jawaban itu tidak banyak memberi gambaran yang detil, tapi paling tidak, bisa menekankan 2 macam perbedaan individual yang berperan dalam obesitas. 2 macam perbedaan itu adalah: perbedaan individual dalam input energi dan perbedaan individual dalam hal output energinya.

Ada banyak faktor yang membuat seseorang makan lebih banyak dari orang lain meskipun memiliki kesempatan yang sama terhadap makanan. Contohnya, sebagian orang mendapat pasokan energi lebih banyak karena memiliki kecenderungan yang tinggi kepada rasa makanan yang tinggi kalori. Ada pula orang-orang mengonsumsi lebih banyak makanan karena mereka dibesarkan di keluarga dan/atau budaya yang mengutamakan makan berlebih. Ada juga yang mengonsumsi lebih banyak makanan karena memiliki respon fase sefalik yang sangat besar kalau melihat atau membau makanan.

Dalam hal output energi, orang sangat berbeda satu dengan yang lain dalam hal derajat kemampuan mereka membuang kelebihan energi yang dikonsumsi. Perbedaan yang paling jelas yang bisa kita lihat, bahwa tiap-tiap orang akan berbeda kemampuannya dalam jumlah latihan fisik yang rutin dilakukannya. Faktor lain: perbedaan tingkat metabolisme basal dan kemampuan untuk bereaksi terhadap peningkatan lemak dengan termogenesis yang diinduksi diet.

Dari banyak faktor yang dapat mempengaruhi akumulasi lemak tubuh, faktor genetik adalah yang paling berperan. Nah kalau genetik solusinya adalah memperkecil kemungkinan dengan mengendalikan faktor-faktor yang lain. Mungkin tak lama lagi teknologi dan sains sudah bisa memodifikasi gen penyebab gemuk, sehingga kita bisa menyampaikan salam perpisahan pada obesitas.

Kalau UU antigembrot diterapkan di Indonesia, sepertinya presiden kita yang pertama dituding melanggar UU. Kebayang deh ada razia orang gembrot dijalan-jalan. Wah, pemasukan negara dari tilang pelanggaran ukuran tubuh meningkat, bisa digunakan sebagai tambahan subsidi BBM. LOL.



Ok teman, jangan gemuk-gemuk ya, agar tetap sehat. Hanya perlu dpahami bahwa saya bukan dokter atau ahli gizi. Tulisan ini hanya hasil telusur dari sana-sini. Jadi jangan konsultasi soal obesitas pada saya ya…LOL.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar