Senin, 21 Januari 2013

ROKOK



Merokok itu hak asasi manusia, sebagaimana yang tidak merokok punya hak untuk bebas dari asap rokok. Padahal hak asasi tertinggi adalah hak untuk hidup, sementara merokok memperpendek usia. Pendapat yang mengatakan ada beberapa perokok yang bisa hidup sampai usia lanjut ada betulnya, Tapi ada jutaan yang mati muda karena merokok.

Produksi rokok di Indonesia telah melebihi 250 Milyar batang per tahun. Berasal dari sekitar 1000 pabrik rokok.

Dosis maut nikotin adalah sekitar 50 milli gram, berasal dari kalkulasi 0,9 milli gram per kg bobot tubuh manusia. Sebatang rokok kretek mengandung 2 milli gram nikotin. Jadi nikotin 2 bungkus rokok cukup untuk membunuh bila dikonsumsi sekaligus.

Lalu ada yang merokok 2 bungkus sehari tapi tidak apa-apa, kenapa? Karena tubuh beradaptasi. Tetapi tetap saja kalau nikotin 50-60 mg itu dikonsumsi sekaligus - efeknya akan sama: bisa tewas.

Paru-paru menghitam itu efek dari Tar produk asap rokok. Tar itu yang merusak permukaan gusi dan gigi. Juga menyumbat saluran udara dalam paru-paru. Akumulasinya menumpuk dan mengeras. Rokok mengandung racun dan zat pencetus kanker. Juga mengandung jejak radioaktif Polonium.

Uni Eropa telah membatasi kadar Tar dalam rokok maksimum 10 mg. Di Indonesia? Kadar Tar kretek filter sekitar 30-40 mg.

· Dji Sam Soe Tar: 39 mg Nikotin: 2,3 mg.

· Gudang Garam Merah, Tar: 14 mg Nikotin: 1 mg.

· Djarum Super Tar: 32 mg Nikotin: 1,8 mg.

· Marlboro Black Menthol Tar 8 mg Nikotin 0,6 mg.

· Marlboro Lights Tar: 11 mg Nikotin 0,8 mg.

· Marlboro Red Tar 9 mg Nikotin 0,7 mg

Angka kematian akibat rokok di Amerika saja mencapai 392 ribu setiap tahun. Secara statistik usia non perokok 14 tahun lebih panjang daripada kaum perokok. Itu fakta. Lembaga CDC Amerika memperkirakan 25 juta orang Amerika akan mati lebih cepat karena merokok. 5 Juta mati sebelum usia 18.

Padahal kita tahu, jumlah, volume, dan kualitas rokok serta perokok di Indonesia lebih buruk daripada di Amerika. Di Amerika, pemerintah lebih punya itikad mengentaskan rokok karena membebani anggaran kesehatan

Yang menyedihkan, mayoritas perokok adalah kaum ekonomi lemah. Sudah kurang gizi - mengisap racun pula. Begitu sakit langsung miskin. Pada kaum miskin Indonesia pengeluaran untuk rokok adalah tertinggi kedua setelah beras. Melebihi pengeluaran pendidikan.

Pembenaran bahwa rokok pajaknya besar sehingga bisa membantu keuangan negara tidak memperhitungkan ongkos kesehatan akibat merokok. Penerimaan dari cukai rokok 51 trilyun tapi negara mengeluarkan 257 trilyun untuk biaya kesehatan terkait rokok.

Sekitar 96,1% penerimaan cukai negara berasal dari rokok dan tembakau. Nilainya akhir tahun ini sekitar Rp. 84,4 Trilyun.

Penerimaan cukai atas rokok dan tembakau ini naik hampir 2 kali lipat dalam 5 tahun terakhir; dari Rp. 43,5 Trilyun pada 2007.

Penerimaan cukai rokok dan tembakau yang Rp. 84,4 Trilyun itu adalah sekitar 6,1% dari total penerimaan pemerintah 2012.

Bagian penerimaan negara atas laba BUMN besarnya hanya sekitar Rp. 30,8T. Jauh lebih kecil dari penerimaan cukai rokok.

Melihat penerimaan yang masih naik 14% per tahun, berarti jelas besaran cukai rokok belum membuat efek jera.

Dengan cukai maksimum 40%, dan masih tumbuh juga - mungkin cukai rokok perlu dinaikkan 80% agar orang kurangi merokok. Tapi di UU Cukai Tarif cukai rokok tidak bisa lebih dari 57%, dan pabrik rokok produksi < 500 juta batang tarifnya 26%. Waktu menyusun UU tersebut di Parlemen ada yg memasukkan pasal siluman itu.

Mungkin harga tinggi nggak bikin orang berhenti merokok. Tapi harusnya bisa meredam pertumbuhan jumlah perokok.

Menurut statistic, semasa bulan puasa, penjualan turun pada minggu pertama. Masuk minggu kedua - volume penjualan rokok "normal" lagi. Padahal bulan puasa kesempatan bagi perokok untuk berhenti merokok.

Pencapaian terbesar saya: sudden stop merokok 10 tahun yang lalu, setelah puluhan tahun perokok berat (sampai 2 bungkus perhari).

Sebuah tontonan tentang negeri perokok, menarik untuk di simak:
 https://www.youtube.com/watch?v=DiyWK3fzTpA&feature=youtube_gdata_player

Tidak ada komentar:

Posting Komentar