Senin, 21 Januari 2013

ROKOK & KEMISKINAN


Saya ingin membahas tentang penduduk miskin dinegeri ini. Dari data statistik selama 4 tahun terakhir, telah terjadi pengurangan persentase masyarakat sangat miskin di Indonesia. Hal ini terlihat pada tahun 2010 jumlah penduduk sangat miskin sebesar 4,56 persen turun menjadi 4,37 persen pada tahun 2011. Tapi kalau dilihat dari populasinya, jumlah penduduk sangat miskin sebenarnya tidak berubah jumlahnya. Padahal akibat perekonomian yang membaik, jumlah penduduk hampir miskin bertambah jumlahnya sebagai akibat adanya penduduk miskin yang keluar dari garis kemiskinan, tetapi masih rentan untuk jatuh lagi ke dalam garis kemiskinan. Mengapa tak ada perubahan pada mereka yang sangat miskin?

Jawabannya sederhana. Mereka yang sangat miskin itu tak lagi berdaya untuk keluar dari kungkungan kemiskinan mereka. Mereka terdiri dari kalangan yang mengais disana-sini untuk memperoleh sesuap nasi guna menyambung kehidupan. Sebagian mereka tinggal di gubuk-gubuk liar yang bukan milik sendiri. Penghasilan mereka tidak cukup untuk membeli makanan sehat, apalagi untuk memperoleh pendidikan. Umumnya mereka tidak sehat atau rentan terhadap penyakit. Mereka tak berminat untuk menyekolahkan anak-anaknya. Bagi mereka, anak-anak adalah angkatan kerja yang bisa bermanfaat untuk menunjang ekonomi keluarga. Akibatnya, anak-anak dari meraka yang sangat miskin berpeluang besar menjadi sangat miskin juga kelak. Kecuali mereka yang naik kelas menjadi penjahat.

Dapat dibayang bagaimana kehidupan mereka, kalau sebagian penghasilan mereka malah dihabiskan untuk membeli rokok. Tidak saja orang tuanya, anak-anak merka juga sudah mulai mengisap rokok sejak usia dini. Begitu anak-anak itu mulai bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri, perubahan status yang pertama adalah menjadi perokok.

Pemerintah bukannya tak berbuat apa-apa. Seperti yang disebutkan tadi, angka kemiskinan menurun. Tapi kemiskinan tetap terlihat jelas didepan mata kita dan tidak banyak perubahan yang terlihat. Upaya yang dilakukan pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) ternyata belum memadai, terutama untuk mengangkat penduduk sangat miskin dari keterpurukan mereka. Memberikan bantuan materi kepada mereka mungkin membantu untuk jangka pendek, tapi tetap saja tidak mengatasi persoalan jangka menengah-panjang.

Menurut hemat saya, memang tidak banyak lagi yang bisa dilakukan untuk membantu mereka yang sangat miskin ini, terutama para orang tuanya, untuk mengatasi kemiskinan mereka. Termasuk membuka lapangan kerja sekalipun. Mereka kelompok orang yang tidak berpendidikan, SD saja mungkin tidak tamat. Mungkin yang mereka lakukan sekarang sudah merupakan pencapaian maksimal. Paling yang bisa dilakukan pemerintah dan LSM hanya memberi bantuan papan, pangan dan kesehatan agar mereka bisa bertahan. Tapi banyak hal yang bisa dilakukan terhadap anak-anak mereka. 

Fokus perhatian pemerintah dan LSM harus lebih ditujukan pada kelompok anak-anak ini. Mereka lebih berpeluang untuk mengubah kehidupannya sehingga tidak harus mewarisi kehidupan sangat miskin orang tuanya. Kepada mereka seharusnya diberikan akses terhadap pangan, kesehatan dan pendidikan. Hanya dengan memiliki tubuh yang sehat dan pendidikan yang baik yang bisa membantu mereka mengubah kehidupannya sendiri. Mengapa kita tidak fokus saja kepada mereka?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar