Kamis, 24 Januari 2013

FAKTA & PENAFSIRAN


Sekarang ini segala-sesuatu bisa di interpretasikan sesukanya sendiri. Akibatnya mayarakat menjadi susah membedakan antara fakta dan penafsiran.

Ada fakta. Ada interpretasi atas fakta. Keduanya harus dibedakan, jangan diaduk. Fakta sama, tafsiran atasnya bisa beda-beda. Pertengkaran kerap meletup karena interpretasi atas fakta, bukan faktanya sendiri.

Salah satu jenis tafsiran adalah: menghubung-hubungkan antara dua atau lebih fakta. Tafsiran "cocok-mencocokkan". Fakta-faktanya sendiri mungkin benar. Tapi menghubungkan antara fakta-fakta tersebut bukanlah fakta itu sendiri. Tapi tafsiran.

Cara kerja 'teori konspirasi' adalah khas: menghubung-hubungkan banyak fakta yang sebetulnya tak saling terhubung.

Entah bagaimana, manusia memang punya kecenderung mental yang unik: mencari korelasi antara fakta-fakta. Sebetulnya kerja ilmiah juga sama: mencari korelasi antara fakta-fakta melalui sebuah hipotesa.

Bedanya teori ilmiah dan teori konspirasi adalah: pada yang pertama, hipotesa harus diverifikasi, atau falsifikasi, melalui eksperimen. Pada teori konspirasi, tak ada prosedur yang ketat untuk mengujinya. Hanya sangkaan saja. "Zann" istilah Quran-nya. Inna al-zanna la yughni mina 'l-haqqi syai'a, kata Quran. Sangkaan tak cukup untuk jadi fondasi bagi kebenaran.

Cara terbaik mengecek interpretasi agak tak tercebur jadi 'konspirasional' belaka adalah dengan 'peer review'. Yang dimaksud 'peer review' adalah suatu interpretasi dicek melalui pengujian oleh orang-orang yang ahli di bidang bersangkutan. Prinsip 'peer review' itu seperti diktum hadis "al-muslim mir'at akhihi 'l-muslim'. Masing-masing orang adalah cermin bagi yang lain.

Yang menarik, pekerja media juga bisa terperosok dalam jebakan 'batman' bernama "teori cocok-mencokkan' itu. Jurnalisme yang buruk biasanya diwarnai dengan ciri yang khas: bermain dengan interpretasi, dengan cara menghubung-hubungkan antar fakta yang tak terhubung. Ideologi, agama, kepentingan kelompok, faham, dll. adalah hal-hal yang bisa "memendungkan" kejernihan kita dalam menafsir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar