Senin, 21 Januari 2013

ORASI


Beberapa waktu lalu melalui internet (youtube) saya menyaksikan beberapa orasi yang bagus, diantaranya orasi Barrack Obama di DNC (Democratic Nasional Convention) awal bulan ini. Tak kalah menariknya adalah orasi Michelle Obama pada acara yang sama. Menggugah dan inspiratif. 

Orasi adalah seni menyampaikan pendapat secara menggugah di depan publik, baik besar atau kecil. Tampaknya tradisi orasi yang baik kurang berkembang secara luas di Indonesia..

Selama ini, tradisi orasi berkembang cukup baik hanya di lingkungan keagamaan, dalam bentuk khotbah atau ceramah agama. Banyak orator agama yang cukup baik. Misalnya, almarhum Zainuddin MZ. Di Kristen, ada Rev. Stephen Tong atau Pendeta Eka Dharmaputera. Tetapi, tradisi orasi di luar lingkungan keagamaan kurang berkembang di Indonesia.

Dunia yang erat berhubungan dengan publik luas, selain agama, adalah politik. Sayangnya, jarang ada orator yang ulung di bidang politik. Seorang orator politik terbesar Indonesia tetap Bung Karno. Hingga sekarang, belum tertandingi. Setelah Bung Karno, kita belum menjumpai lagi orator politik yang bisa menyampaikan gagasan cemerlang dan menggugah di depan publik.

Contoh orator politik yang hebat sekarang ini adalah Presiden Obama. Juga Hillary Clinton. Masih ingat pidato “pulang kampung nih” Obama di kampus UI ketika berkunjung ke Indonesia? Seberapa sering kita menyaksikan audien yang begitu responsif seperti ketika Obama berpidato?

Pidato politik para politisi kita, dari partai manapun, umumnya "dull", tumpul, isinya dangkal dan tak menggugah.Salah satu generasi baru dengan kemampuan orasi politik/ akademik yang bagus adalah Anies Baswedan dan Eep Saefulloh Fatah. Cerdas. logis dan mudah di pahami. Orasi politik yang baik, yang menggugah dan menginspirasi pubik, sangat perlu. Bagian dari pendidikan politik. Selain sebagai pendidikan politik, orasi yang baik juga bisa dinikmati sebagai pertunjukan panggung.

Ingat orasi-orasi di TED sebagai perbandingan. Yang belum tahu apa itu TED, silahkan di-google. Di sana, anda bisa jumpai orasi-orasi yang memukau dengan berbagai gaya, dan berbagai tema. Orasi-orasi di TED sangatlah insipratif! Belum bisa dibilang orator kalau belum tampil di TED.

Orasi yang baik biasanya menggabungkan sejumlah elemen: informasi, humor, logika yang rapi, bahasa yang baik, dan bahasa tubuh yang tepat. Orasi yang baik juga melibatkan seni penguasaan panggung, permainan warna suara, dan kecerdikan membaca "mood" audiens. Orasi yang baik tidak identik dengan pidato berapi-api dengan suara "menggelegar". Ada banyak jenis orasi. Ada orasi yang hebat dengan gaya yang lembut.

Saya ingin ambil contoh: debat pilkada DKI putaran kedua kemaren. Dari sudut orasi, dua pasangan memeragakan orasi yang buruk. Mendengarkan kedua pasang kandidat berbicara tidak menjadikan kita lebih paham, tergugah atau kagum. Kita memilih salah satu dari mereka bukan karena program yang ditawarkan lebih baik, tapi lebih karena kandidat pesaingnya lebih buruk. Best among the worst.

Kalau anda mau melihat debat politik dengan gaya orasi yang memukau, tonton debat-debat kandidat presiden di AS. Top! Anda bahkan bisa menyaksikan perdebatan bersejarah antara JFK vs Nixon. Atau orasi fenomenal Martin Luther King berjudul ‘I Have A Dream’. Semua bisa di unggah melalui yuotube.

Pidato politik yang menggugah di Amerika juga banyak. Coba saksikan pidato Michelle Obama di konvensi Partai Demokrat kemaren. Kalau kita cermati orasi Michelle Obama di Democratic National Convention 2012 kemaren, ada hal menarik. Bisa dilihat di Youtube. Seluruh pidato Michelle Obama itu tak membahas isu politik sama sekali. Tapi Michelle jelas sedang menyampaikan orasi politik. Menyampaikan orasi politik tanpa menyinggung isu politik, di situlah kehebatan orasi Michelle Obama kamaren.

Sejauh ini, saya tak melihat ada upaya khusus mengajarkan seni orasi yang baik di sekolah atau kampus-kampus kita. Banyak profesor kita yang hebat di kampus, tapi jika menyampaikan pidato sama sekali tak menarik. Banyak a-e-a-e-nya.

Coba sesekali amati ketika seorang anak Indonesia diwawancara di televisi . Lalu bandingkan denga seoarang anak bule usai yang sama di AS. Kita akan segera mengetahui perbedaannya. Umumnya si anak bule lebih bisa menyampaikan pendapatnya dengan bahasa yang lugas dan cerdas, sementara anak Indonesia tergagap kebingungan tidak tahu mau membicarakan apa.

Di negara-negara barat, diskusi atau debat termasuk kegiatan yang di fasilitasi disekolah. Bagian dari sistem pendidikan disana. Disini anak-anak kita nyaris frustrasi ketika menyuarakan pendapatnya. Selain tidak diajarkan, kebebasan berpendapat nyaris ditabukan. Anak-anak yang terlalu banyak berbicara dianggap lancang. Atau malah kurang ajar.

Harus diingat, unsur paling dasar dari orasi yang baik adalah penggunaan bahasa yang baik dan beres. Juga "kreativitas bahasa" adalah unsur penting dalam orasi yang baik. Contoh terbagus adalah orasi-orasi Bung Karno. Kreativitas Bung Karno dalam menemukan istilah-istilah yang menggugah, sangat mengagumkan. Misalnya: Jas Merah, Islam Sontoloyo, dll.

Saya, yang oleh beberapa teman dinilai bisa menulis cukup baik, tetap saja bukan pembicara yang baik. Seringkali ketika sudah berada di depan audiens, semua yang tadinya direncanakan tiba-tiba lenyap begitu saja. Blank.

Beberapa teman lain lagi. Mereka punya kelebihan mampu ber orasi lebih lancar.. Tapi tetap saja materi yang disampaikan hambar, kering dan tidak menggugah. Hanya membuat audiens terkantuk-kantuk mendengarkan dan tidak menjadi lebih tercerahkan setelahnya.

Sebagai contoh tanpa bermaksud menonjolkan, bagi yang ingin menyaksikan orasi Barrack Obama dan Micelle Obama bisa di akses melalui link berikut:

Barrack Obama DNC Speech: http://www.youtube.com/watch?v=ekltAFvycSk
Michelle Obama DNC Speech: http://www.youtube.com/watch?v=9sbm83xoV8g

Tidak ada komentar:

Posting Komentar