Selasa, 25 Maret 2014

Thales dari Melitus



Setelah Socrates lahirlah Plato, lalu 1500 tahun kemudian lahir suhrawardi yang menghidupkan ajaran Plato yang ideal. Mereka adalah genius filusuf. Saking ngetopnya si filusuf jagoan mantan pegulat Plato ini, filusuf-filusuf pra-sokratik lain seolah-olah tenggelam namanya.

Thales dari Miletus adalah salah satu filsuf pra-sokratik, ilmuwan serba bisa, dia dapat memprediksi gerhana, dan membelokkan aliran sungai deras. Thales berhasil mengetahui tinggi piramida dengan mengukur bayangan piramida tersebut pada saat panjang bayangan tubuh Thales sama dengan tinggi tubuhnya.

Tapi kalau kita mengira bahwa kemampuan Thales yang hebat itu membuatnya dipuji orang-orang di sekitarnya, jelas keliru. Dia malah sering diolok-olok. Thales sering diolok sebagai orang gila yang kurang kerjaan karena mengukur panjang bayangan benda, dan dihina apa gunanya mengaku pintar kalau miskin?

Dengan pengamatan yang cermat, Thales bisa memprediksi terjadinya panen besar buah zaitun di musim panas mendatang. Kemudian, Thales menguras habis tabungannya untuk membeli semua mesin pemeras buah zaitun yang ada di kotanya. Unik kan? Ketika ramalannya terbukti benar, Thales memperoleh untung besar dari penyewaan mesin tersebut. “Siapa bilang nggak bisa kaya dari filsafat?”

Tapi ya dasar filsuf, kesuksesan secara ekonomi tidak mampu memuaskan dahaga Thales akan pengetahuan. Thales meyakini segala sesuatu di alam semesta saling terhubung oleh sesuatu yang sama, yang tunggal. Tapi apa yang tunggal itu?



Akhirnya Thales mempunyai kesimpulan bahwa segala sesuatu mengandung unsur dan terbuat dari air! Ada anekdot lucu sehubungan dengan kesimpulan Thales, dia menyimpulkan segala sesuatu berasal dari air setelah dia kecebur sumur! Ada-ada saja :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar