Selasa, 25 Maret 2014

PLATO


Plato yang artinya 'lebar' /'datar' sebenarnya adalah nama panggung seorang pegulat profesional, nama aslinya Aristokles. Kalau Plato tidak gagal jadi pegulat, bisa jadi dunia tidak mengenal Sokrates seperti sekarang ini. Gagal jadi pegulat profesional, Plato banting setir coba-coba belajar filsafat, eh lha kok malah jadi juaranya para filsuf.

Phaedo, Euthyfro, Krito dan Apologi, bisa dikatakan tetralogi spektakuler tulisan Plato dalam rangka membangkitkan Sokrates dari kuburnya.

Dalam Phaedo, Plato menulis "laporan pandangan mata" Phaedo murid terkasih Sokrates disaat-saat terakhir hidup sang guru di penjara Atena (399SM). Phaedo menceritakan kesaksiannya kepada Ekhekrates induk semangnya seorang penduduk asli kota Fillus di Peloponnesus.

Dalam Phaedo, Plato mengemukakan gagasan-gagasannya tentang bentuk/ ide (to eidos/ he idea) atau hakikat (he ouisia) dan immortality (keabadian jiwa). Baca Phaedo, bikin geleng-geleng kepala, dapat wangsit dari mana si Plato ini. Dua gagasan tersebut merupakan sepasang pilar dari filsafat Plato. Dengan kata lain Phaedo adalah buku utama mengenai pokok-pokok ajaran Plato.

Gagasan utama Plato tentang forma/ide/bentuk adalah bahwa ada teritori entitas yang tidak dijangkau oleh indra tapi dapat dicapai melalui nalar. Keren. Jika seseorang memasuki teritori ini, kata Plato, maka dia akan menemukan pengetahuan yang universal dan hakiki, yang sempurna, murni, tidak berubah. Hikmat praktis atau kebijaksanaan (he fonesis) yang selamanya tidak rentan terhadap perubahan. Obyek pengetahuan yang hanya bisa dicapai sedikit orang.

Dalam Phaedo, Plato mengatakan bahwa pengetahuan murni itu tidak bisa keliru. Klimaks Phaedo adalah episode yang menggambarkan Sokrates dengan ceria, tenang dan tanpa beban meminum racun di hadapan sahabat-sahabatya yang menangis.

Dalam Krito, Plato menuliskan dialog dramatis antara Sokrates dan sahabatnya (Krito) di penjara, 2 hari sebelum hukuman mati yang sudah ditetapkan. Eksekusi Sokrates akhirnya ditunda sebulan kemudian, alasannya: kapal kenegaraan sedang berlayar ke Delos untuk sebuah misi keagamaan. Selama kapal besar kenegaraan tidak ditempat, eksekusi mati tidak boleh dilakukan. Penundaan ini juga ditulis Xenofon dalam Memorabilia. Menurut Chris Emelyn-Jones, Krito adalah komposisi filosofis Plato. Tapi menurut Roslyn Weiss: karakter Sokrates dalam Krito sama dengan yang dalam Apologi.

Tulisan Plato yang lain tentang sang guru adalah Euthyfro yang ditulis tidak lama setelah hari-hari terakhir kehidupan Sokrates. Euthyfro berisi dialog antara Sokrates dan Euthyfro (sahabatnya), sebelum tuduhan-tuduhan terhadap Sokrates digelar dalam persidangan. Sokrates dituduh tidak saleh dan merusak moral pemuda-pemuda Athena, sementara Euthyfro sedang dalam proses menuntut bapaknya sendiri dengan tuduhan pembunuhan. Tuntutan Euthyfro kepada ayahnya ini konon membuatnya dianggap durhaka dan tidak saleh, sehingga dia mengekplorasi apa itu religiusitas dan kesalehan.

Euthyfro mengekplorasi apa itu sifat religius/ saleh (to hosion, to esebes) dan apa itu sifat irreligius/ tidak saleh (to anoison, he asebeia). Dalam Euthyfro: yang dicari Sokrates adalah definisi/ bentuk/ forma/ hakikat/ "realitas mendasar" dari apa itu kesalehan atau ketidaksalehan. Bentuk (to eidos/he idea) yang dicari Sokrates dalam Euthyfro ini mengacu pada kodrat khas sesuatu yang membuat "sesuatu" itu menjadi "sesuatu".

Dalam Euthyfro nya Plato, tidak ada orang lain yang terlibat dialog selain Sokrates-Euthyfro. Maka tidak bisa dipandang sebagai laporan percakapan actual. Tapi sungguh-sungguh sukar dibayangkan bila Plato mengarang kisah fiktif tentang upaya Euthyfro yang menuntut ayah kandungnya sendiri. Dan tentu saja Plato berusaha keras untuk tidak salah dalam menggambarkan sikap dan pandangan Sokrates mengenai subjek yang diekplorasi dalam Euthyfro. Karena itu, John Burnet memandang Euthyfro sebagai sebuah dokumen historis meski historisitasnya tidak sekuat tulisan Plato lain yaitu Apologi!

Apologi ditulis Plato kira-kira dekade pertama setelah pengadilan atas Sokrates dilaksanakan di Atena 399SM. Berisi pidato pembelaan Sokrates. Bereda dengan Euthyfro, Krito dan Phaedo, Apologi tidak ditulis dalam bentuk dialog, di sini dikemukakan tentang keberanian dan kebebasan berpendapat. Dalam Apologi dijelaskan (lagi) Sokrates dituduh tidak percaya (he asebia) tuhan-tuhan kota/ agama negara dan merusak moral pemuda-pemuda Athena dengan ajarannya. Dalam Apologi, Plato dengan jelas menyatakan dia hadir dalam pengadilan Sokrates dihadapan 500 dewan juri itu. "Pengadilan Rakyat" ini menggemparkan. Ada 2 teori tentang kesejarahan pengadilan Sokrates, fiksi dan akurasi. Thomas C Brickhouse & Nicholas D Smith menyatakan bahwa Apologi ini akurat.

Tetralogi Plato: Phaedo, Euthyfro, Krito dan Apologi ini, berhasil membangkitkan Sokrates dari kuburnya, dan sang guru jadi dikenal dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar