Selasa, 25 Maret 2014

Sejarah Hubungan Muslim-Yahudi.


Saya baru selesai ngajar matakuliah hubungan Yahudi-Kristen-Islam untuk mahasiswa S-2 dan S-3, saya buat ringkasannya.

Hubungan Yahudi-Kristen-Islam sangat sangat kompleks dan multi-dimensi, saya coba ringkas beberapa poin. Sejarah hubungan Yahudi - Muslim dari awal hingga sekarang sangatlah kompleks. Persepsinya penuh konflik tapi sebetulnya juga banyak damai.

Menurut buku Histoire des Relations entre Juifs et Musulmans edted Abdelwahab Meddeb & Benjamin Stora (Elbjn Michel 2013). Secara umum, umat Yahudi hidup lebih baik dibawah kepemimpinan Muslim ketimbang dibawah kepemimpinan Kristen di abad-abad pertengahan.

Sejarah hubungan Yahudi dan Muslim yang sebetulnya multidimensi dikalahkan citra permusuhan sebagai akibat konflik Israel – Palestina. Untuk waktu yang lama, Muslim dan Yahudi hidup berdampingan, bersama atau terpisah, timur barat utara selatan, yang disebut convivencia.

Sufi Andalus Ibn 'Arabi menulis, Yahudi berasal dari h.w.d. artinya "kembali/taubat", "bicara lembut". Atau h.d.y. seperti hidaya, petunjuk. Hegel disebut pernah berpendapat, Islam adalah bentuk universalisasi Yahudi.

Di abad pertengahan, banyak Yahudi menguasai bahasa Arab dan menulis dalam bahasa Arab yang ketika itu jadi bahasa peradaban. Di zaman pertengahan, seperti di Spanyol, budaya toleransi tercipta antara yahudi-kristen-Islam, selain salah paham dan konflik.

Di abad tengah, puisi ditulis dalam bahasa Ibrani tapi membawa kandungan budaya Arab. Semetara Filsafat dan sains ditulis dalam bahasa Arab. Sufisme juga mempengaruhi Yahudi dalam banyak contoh seperti Abraham, putra Maimonides, yang digelari "Sufi Yahudi".

Di Arabia, Muhammad lahir ketika beberapa umat Yahudi, termasuk para rabbi, sudah berasimilasi dengan bahasa dan budaya Arab. Kepercayaan/praktek Yahudi yang ada di Madinah berbeda dengan Yahudi normatif yang tertuls di Talmud. Interaksi Muhammad terbatas dengan mereka itu.

Kata-kata Ibrani salat, sadaqa, zakat, dan nabi, misalnya dianggap sebagai bahasa Arab dalam Quran. Yahudi bisa juga Arab dan Beduin sekaligus, meskipun identitas kaum kuat: Banu Qurayza, Banu Nadir sebagai Yahudi, tapi Khazraj sebagai Arab.

Beberapa anggota kaum Arab seperti Banu Khazraj dan Awf masuk Yahudi karena dianggap Yahudi lebih berilmu dan berkitab. Rabbi-rabbi Yahudi di Arab juga harus memikirkan isu-isu pakaian, makanan, pernikahan, jilbab bagi perempuan Yahudi.

Quran menyebut rabbi- rabbi Yahudi rabbaniyyun dan ahbar -sahabat rabbi. Kepercayaan Ezra anak Tuhan yang disebut Quran bukanlah normatif. Menurut Muslim, informasi tentang figur-figur seperti Abraham, Musa, Daud, Yusuf, berasal dari Kitab Induk (um alkitab), sumber seluruh kitab. Ahlu al-kitab digunakan untuk komunitas-komunitas agama yang memiliki kitab, seperti Yahudi, Kristen.

Di Madina, ada kontrak Nabi Muhammad dan beberapa kaum Yahudi: masing-masing disebut umat dan bebas menjalankan din mereka. Konflik terjadi setelahnya. Salah satu cara Quran mengakomodasi Yahudi dan ahlu kitab lain membolehkan makanan, selain akomodasi tempat suci, ritual, hukum.

Perkembangan Islam tidak bisa dilepaskan dari lingkungan Yahudi. Bukan soal Muhammad meminjam dari Yahudi, tapi lebih pada konteks relasi. Setiap agama muncul dalam hubungannya dengan agama-agama/komunitas-komunitas yang ada.

Sikap Nabi Muhammad terhadap suku-suku Yahudi di Madinah: berharap mereka menerima doktrin bersama, tapi beri kebebasan mereka ikut Musa. Konsep "dhimmi" pun muncul: perlindungan hukum dan kebebasan beragama dengan membayar jizyah sebagai pajak perlindungan itu.

Quran mengikuti tradisi fiqh Yahudi seperti larangan makan babi, perintah motong hewan, dan penghalalan makanan mereka (kosher). Mithaq madina atau konstitusi Madina bersifat pragmatis meski punya unsur teologis dan legal juga.

Pemerintahan muslim di abad pertengahan mempengaruhi perkembangan Yahudi: makin terkonsolidasi dan menyebar pula. Pemerintah Muslim mengizinkan Umat Yahudi tinggal permanen di Yerusalem untuk pertama kali sejak pemberontakan gagal terhadap Romawi 142-35 M.

Polemik Muslim-Yahudi juga sering, misal Ibn Hazm Radd ala Ibn al-Naghrilla: kritik atas Ibn naghrilla penulis yahudi yang kritik Islam. Di sisi lain, elit Yahudi sering mengikuti bahasa, budaya dan gaya hidup elit Arab ketika itu.

Dalam kasus-kasus tertentu, beberapa Yahudi masuk Islam dengan berbagai faktor termasuk keagamaan dan juga pragmatis di bawah pemerintahan Islam. Khilafah Usmaniyah menjadi tempat pengasingan dan perlindungan banyak umat Yahudi yang mengalami persekusi di Eropa. Di sisi lain, ada juga (meski tidak banyak) pemimpin Muslim yang mempersekusi minoritas Yahudi.

Kaum Yahudi terus menguasai ilmu pengetahuan klasik dan meramunya dengan perkembangan ilmu, melampaui umat Islam penguasa dan mayoritas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar