Selasa, 25 Maret 2014

Hati yang Sakit Cenderung Menyakiti


Nakoula Basseley adalah orang sakit. Fisiknya sakit, dari catatan kesehatannya Nakoula diketahui mengidap hepatitis C yang mewajibkannya menyuntikkan insulin dua kali sehari. Kondisi ekonominya juga sakit, kantor pajak setempat melaporkan bahwa Nakoula berada di titik kebangkrutan, tak mampu membayar kewajiban pajaknya. Petugas federal juga melaporkan bahwa Nakoula terlibat penipuan Bank yang mewajibkan Nakoula membayar denda 790,000. Belum lagi beberapa catatan kriminal lain yang membuat Nakoula sempat menginap 21 bulan di penjara. Hatinya juga sakit, sebagai orang Kristen Koptik mesir, dia memiliki dendam pada umat Islam yang dianggap bertanggung jawab pada pengeboman gereja Kristen Koptik di Mesir tahun 2011. Sebagai pernyataan politiknya, bermodal pengalamannya memproduksi film porno, Nakoula memproduksi Innocence of Muslim. Sebuah film yang menyakiti umat Islam–yang dibuat oleh orang yang sakit.

Karena merasa disakiti, jutaan umat Islam di sekitar dua puluh negara turun ke jalan bukan saja mengutuk film ini, tapi juga mengutuk Amerika sebagai negara yang membiarkan warganya menghina agama. Associate Press melaporkan bahwa tak kurang 28 orang tewas berkaitan dengan protes ini termasuk Chris Stevens, duta besar Amerika untuk Libia dan tiga warga amerika lainnya. Al-Qaida cabang Afrika Utara memukul generang perang dengan melempar ancaman bagi para diplomat Amerika. Bom bunuh diri di Afghanistan yang menewaskan 12 orang juga diklaim oleh kelompok Hizb Islami sebagai respons terhadap film The Innocence of Muslim. Sebuah film yang dibuat oleh orang sakit, telah membuat jutaan orang sakit dan balik menyakiti.

Media juga sakit. Los Angeles Times mempublikasikan foto Duta Besar Amerika yang terluka di halaman muka. Meskipun sejumlah kritikus media dan masyarakat mengkritik pemuatan foto itu dengan menyebutnya sebagai tak layak dan tak sensitif, editor media tersebut dengan ringan mengatakan bahwa mereka memasang foto itu karena memiliki kekuatan berita. Setiap hari media menyodori publik Amerika berita yang menggambarkan umat islam sebagai identik dengan kekerasan. Foto pembakaran bendera Amerika di Mesir, barisan anak-anak kecil berdemonstrasi di Pakistan dengan latar belakang asap hitam mengepul, hingga demostrasi yang diwarnai bentrokan di Jakarta, dapat denagn mudah ditemui di halaman-halaman depan media besar seperti jaringan berita Fox, CNN, dan MSNBC. Puncaknya adalah ketika Newsweek memasang gambar para demonstran Muslim di halaman muka dengan judul besar “Muslim Rage”. Berita buruknya adalah bahwa 70% warga Amerika menerima dan mengunyah informasi dari media-media tersebut. Aksi damai kalangan lintas agama di Mesir tidak menarik perhatian media. Unjuk rasa simpatik para pemimpin Muslim dan Kristen Koptik di Los Angles tak mendapat liputan yang luas. Media yang sakit memberitakan orang-orang sakit untuk menularkan penyakit.

Bangsa Amerika dengan melimpahnya hak kebebasan berpendapat punya PR berat mengelola kebebasan berpendapat agar tidak menjadi kebebasan menyakiti. Kebebasan ini menjadi pisau bermata dua, karena seringkali digunakan oleh kelompok-kelompok extrim dari berbagai aliran. Tak bisa dipungkiri bahwa pemerintah Amerika masih harus berurusan dengan kelompok-kelompok extrem baik bermotif agama atau sekuler yang mempropagandakan kebencian. Mungkin kita ingat Pastor Terry Jones yang beberapa tahun lalu memproklamirkan Hari Membakar Quran Sedunia. Penembakan umat Sikh di Wisconsin beberapa bulan lalu, mengungkap masih tumbuhsuburnya kelompok rasialis White Supremacy yang anti kulit berwarna. Belum lagi sejumlah gerakan Islamphoba yang di antaranya dimotori Robert Spencer yang getol dan secara terbuka memberikan warning tentang ancaman Islam bagi masa depan Amerika. Prasangka dan kesalahfahaman ini terjadi karena kurangnya dan salahnya informasi tentang Islam bagi warga Amerika. Menurut survery Pew Researh, sejak tahun 2002 hingga 2010, pemahaman warga Amerka terhadap Islam tidak menunjukkan peningkatan, 55% masyarakat Amerika menyatakan tidak mengetahui Islam.

Umat Islam memliki permasalahan yang tak kalah peliknya. Sikap reaksioner terhadap berbagai hal yang sering dianggap sebagai melecehkan agama seringkali direspon dengan cara yang sama. Aksi-aksi yang sering berujung pada kekerasan ini justru semakin mengukuhkan persepi dunia tentang Islam. Menanggapi berbagai aksi kekerasan yang muncul, Steve Klein salah satu penasihat film Incocence of Muslim menangagapi, ”Itu bukan kesalahan kami, film ini samasekali tidak diniatkan untuk membunuh orang, kami hanya mengatakan kebenaran dan mereka (orang Muslim) bereaksi persis seperti yang Muhammad inginkan, yaitu membunuh orang.” Aksi-aksi kekerasan umat Islam ini hanya akan semakin menguatkan persepsi 25% warga Amerika yang meyakini Islam mendukung kekerasan (Pew Research). Syaikh Qadhi Yasir tokoh ulama dari Al-Maghrib Insittue Texas mengatakan bahwa orang paling bahagia hari ini adalah pembuat film itu, karena tujuannya (memancing kemarahan muslim) telah tercapai.

Nakoula Baselley, Terry Jones dan kalangan garis keras yang menyerukan kebencian di Amerika, sama sekali tidak merepresentasikan wajah Amerika secara keseluruhan. Masih banyak orang-orang yang berjuang membangun dialog. Misalnya Wayne Lavender, seorang pastor yang melakukan aksi tandingan terhadap pembakaran Quran yang dimotori oleh Terry Jones. Wayne menginisasi gerakan penyebaran Quran dan mengirimkannya ke sejumlah gereja di Amerika. Berkaitan dengan aksinya Wayne mengatakan, “Misinformasi tentang Islam dan mengutip ayat secara asal dan melepaskan konteks ayat Quran menjadi trend di Amerika. Pesan-pesan ini harus dilawan dengan pesan-pesan kebenaran yang akan membawa perdamaian dengan keadilan. Islamofobia lebih baik diatasi dengan mencoba mengetahui dan memahami al-Qur’an.” Kecenderungan untuk mengovergeneralisasi Amerika selain tidak adil, tapi juga merupakan sikap tidak empatik pada tujuh juta Muslim Amerika yang kini tengah berjuang membangun citra Islam dari dalam.

Aksi kekerasan berbagai kelompok keras Muslim juga sama sekali tidak mencerminkan wajah Islam secara keseluruhan, seperti sering digambarkan media. Menyusul tewasnya dutabesar Amerika di Libia, sekelompok Muslim yang terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak di Libia melakukan aksi damai dengan poster-poster bertulisakan, “Kami ikut bersedih, kekerasan ini sama sekali bukan ajaran Islam dan Nabi kami”. Imam Malik Mujahid, ketua World Religion Parliament menyayangkan respon yang ditunjukkan umat Islam, “Nabi Muhammad SAW. akan sedih jika mengetahui bahwa tiga diplomat tamu dibunuh oleh orang-orang yang mengaku sebagai pengikutnya. Nabi sangat menghormati diplomat hingga ia mendirikan sebuah tenda khusus di masjid untuk memberi ruang diplomat Kristen Yaman beribadah di sana.”

Nabi Muhammad dulu datang menyembuhkan masyarakat Mekah yang sakit. Meski disakiti ia tak pernah balik menyakiti. Pada sebuah hadis dari Aisyah diceritakan suatu ketika sekelompok orang Yahudi berkata kepada Rasulullah SAW, “As Saamu’alaikum” (kebinasaan atasmu), Aisyah yang saat itu mendengar langsung menjawab, “Wa’alaikumussaamu walla’natu” (kebinasaan dan laknat atas kalian). Mendengar respon Aisyah, Rasulullah berkata kepadanya: Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah menyukai sikap lemah lembut dalam segala urusan …. (HR. Bukhari). Ketika dicaci dan dilempari batu oleh penduduk Thaif, Nabi Muhamamd Saw. ditawari Malaikat yang bersedia mengirimkan bencana pada orang Thaif, tapi Rasul menolaknya, dengan alasan mereka melakukan itu karena ketidkatahuan (innahum qaumu laa ya’lamun) bahkan Nabi mendoakan mereka. Mari kita tunjukkan pembelaan kita pada Nabi Muhammad Saw. dengan menghidupkan warisan akhlak mulianya.

Di hari perdamaian Internasional yang kita rayakan hari ini, mari kita membantu menyembuhkan dunia yang sakit. Jika melukai mata dibalas dengan melukai mata, maka dunia akan berakhir buta, begitu kata Gandhi.



Irfan AmaLee

Pendiri dan Direktur Eksekutif Peace Generation Indonesia

Meraih UAJY Multiculturalism Award 2010



Tengah menempuh S2 Studi Perdamaian di Brandeis University Boston USA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar