Selasa, 25 Maret 2014

Hasrat Kehidupan Abadi


Domba pertama hasil kloning diberi nama Dolly diambil dari nama Dolly Parton. Karena sel yang dikloning diambil dari kelenjar "susu" induknya. Kloning domba Dolly, adalah sejarah dimana pertama kali seekor domba lahir tanpa peranan domba jantan. Dalam proses kloning Dolly, Ian Willmut menggunakan sel kelenjar susu domba findorset sebagai donor nukleus, dan ovum domba blackface sebagai resipien.

Tidak banyak yang tahu, bahwa salah satu akibat dari lahirnya domba Dolly hasil kloning tahun 1997 adalah menuntun saintis menemukan cara menggapai keabadian. Saat Dolly mengidap sakit degenaratif yang tidak sesuai dengan usianya. Saintis jadi tahu bahwa "usia biologis" Dolly ternyata sama dengan induknya. Akhirnya diketahui juga, bahwa panjang telomer Dolly ternyata sama dengan panjang telomer induknya yang sudah mengalami pemendekan seiring usianya.

Dan sejak saat itu pula, hasrat manusia memanipulasi telomere demi menggapai keabadian makin menggebu. Sekarang, ratusan tim peneliti di seantero dunia sedang berlomba mencari cara paling efektif untuk hidup abadi, termasuk merekayasa telomer.

Oh ya, tentu ada pertanyaan apa itu telomer, dan kenapa lantas dipercaya sebagai kunci menuju keabadian?

Telomer adalah ujung akhir kromosom, fungsinya melindungi sel dari kerusakan. Setiap terjadi pembelahan sel, telomer ini jadi lebih pendek. Akibatnya, makin tua usia makin pendek telomer dan berujung pada kematian sel. Idenya: kalo proses ini dihentikan, keabadian bukan mustahil.

Tahun 2010, Sebuah tim multi-centre genetika di Amerika sudah bisa membuat usia hidup cacing jadi 5 kali lebin panjang dari usia cacing umumnya. Hasil penelitian mereka dirilis di FASEB Journal bulan Desember 2010. Mereka menemukan keadaan metabolik baru yang bisa memperpanjang usia.

Tim gabungan antar universitas di jepang, menemukan metode mempertahankan panjang telomere "mice", usianya jadi 12x lebih panjang. Artinya, jika metode itu berhasil diterapkan kepada manusia, usia harapan hidup rata-rata bisa mencapai 1000 tahun.

Bagaimana prosesnya kok bisa telomer ini memendek setiap terjadi pembelehan sel?

Penemu DNA, James Watson, mengamati keunikan: polimerase (mesin-mesin penyalin DNA) tidak bisa mulai bekerja dari ujung terdepan untaian DNA. Polimerase baru bisa bekerja jika beberapa kata terdepan dalam teks DNA dilewati. Akibatnya teks jadi sedikit lebih pendek setelah duplikasi.

Jadi, sebenarnya polimerase itu sebuah mesin fotokopi yang menghasilkan kopian sempurna. Hanya saja ada tapinya. Polimerase mulai dari alinea ke-2 dan berakhir di alinea ke-2 dari belakang . Sehingga hasil kopiannya kehilangan 2 alinea atas dan bawah.

Seleksi alam dan evolusi menemukan jalannya dalam menghadapi keunikan cara kerja polimerase ini. Cara mengatasi kelakuan mesin fotokopi bengal ini: dengan memulai dan mengakhiri tiap halaman dengan paragraf tanpa makna yang bisa dibuang.

Itulah yang dilakukan kromosom, di ujung tiap kromosom selalu ada teks berisi pengulangan kata tanpa makna yang ok ok saja kalau dibuang. Teks tanpa makna pada ujung tiap kromosom itu adalah TTAGGG yang diulang 2000 kali. Penggalan teks inilah yang disebut TELOMER.

Setiap kali kromosom disalin saat pembelahan sel, sebagian kecil telomer akan hilang. Dan tentu saja, setelah ratusan kali proses penyalinan, bagian ujung kromosom (telomer) ini akan jadi begitu pendek. Hal ini menyebabkan gen-gen penting yang berada didekat ujung kromosom bisa tidak tersalin. Maka sel-sel menjadi tua dan mati setelah usia tertentu. Saat manusia berusia 80 tahun, rata-rata telomernya memendek lebih dari separo dibandingkan telomernya saat dia dilahirkan.

Tahun 1984 Carol Greider & Elizabeth Blackburn, menemukan protein yang belakangan diketahui bisa memperbaiki dan memperpanjang telomer! Protein/ enzym yang dapat memperbaiki bahkan memperpanjang telomer ini disebut TELOMERASE.

Telomerase diproduksi oleh gen TEP1 yang terletak di kromosom 14. Nah telomerase inilah yang saat ini dianggap sebagai kunci menuju keabadian. Meski ada subyek lain, rekayasa genetika pada kromosom 14 pembentuk telomerase inilah yang saat ini menjadi tujuan utama menggapai keabadian.

Kalau kita menengok kembali jauh ke masa lalu, nampak jelas bahwa genom kita tidak bisa mati (immortal). Gen kita menginginkan keabadian. Gen kita, mesin kehidupan di bumi, sejauh ini sepanjang lebih dari 4 milyar tahun telah menunjukkan kecerdasannya menggapai keabadian.

Dengan mata rantai yang tak terputus, 4 milyar tahun, menghubungkan gen yang pertama muncul di bumi dengan gen-gen yg aktif dalam tubuh kita sekarang ini. Setelah mengalami lebih dari 50 milyar kali penyalinan, bahkan makin kukuh eksistensinya, gen-gen kita sangat pantas untuk disebut immortal.

Meskipun begitu, keabadian di masa lampau, tidak menjamin keabadian di masa yang akan datang. Untuk bisa menjadi leluhur bukanlah hal yang mudah. Bisa jadi ada diantara kita yang tidak bisa mewariskan gen ke generasi berikut, tapi gen-gen sudah mempunyai milyaran jalur lain untuk abadi.

Untuk menggapai keabadiannya, gen-gen ini telah menjadikan seluruh organisma yang pernah hidup di bumi sebagai hamba-hambanya, ada dalam kekuasaannya. Setelah 4 milyar tahun dibawah kekuasaan penguasa genetis, sekarang tiba saatnya kita adakan perlawanan, kita bisa merekayasa mereka.

Di tahun 1997, fenomena yang terjadi pada Dolly si domba hasil kloningan mengantar dunia sains ke gerbang pengetahuan menuju keabadian. Secara optimis, saintis periset proyek-proyek keabadian memperkirakan 25 tahun dari sekarang prosedur immortalisasi bisa diterapkan ke manusia.

Apa yang anda rencanakan kalau kita punya kesempatan hidup lebih dari 1000 tahun dengan kondisi bugar bagai remaja? Kalau nantinya manusia bisa berusia ribuan tahun, tentunya sistem sosial-kultural juga tidak sama dengan yang ada saat ini.



Homo sapiens sapiens harus menemukan jalan menghadapi masalah-masalah yang timbul, kalau tidak, ya akan punah, seperti Homo Neanderthal. Seleksi alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar