Selasa, 25 Maret 2014

Efek Domino


Pernah dengar Teori Efek Domino? Teori ini semula hanyalah pidato Dwight Eisenhower, 7 April 1954. Eisenhower menjelaskan, ada efek domino yang bersifat geografis, yang saling berdekatan. Satu jatuh yang lain kena efek berantainya.

Persis seperti efek yang menimpa Yunani yang diawali sebenarnya sejak 1974, tapi efeknya baru terasa 35 tahun kemudian. Saat itu pemerintah beralih dari Militer ke Sosialis, sehingga banyak memberi subsidi. Akibatnya penduduk disana banyak yang santai.

Karena tidak produktif, wirausaha tidak tumbuh, inovasi tidak jalan, insentif tidak ada, tetapi pemerintah doyan berhutang. Dari mana hutangnya?

Ya dari bank-bank di negara tetangga, dalam jangkauan geografis. Maka ketika mereka tak mampu bayar hutang, default, efek domino. Efek domino segera menyebar ke Spanyol, Itali, Irlandia, Portugal, bahkan mulai masuk ke Jerman.

Teori ini mengatakan, "efek domino baru berhenti setelah kartu terakhir jatuh". Sebab selama kartu-kartu terus berjatuhan tak ada bisnis dan pemerintah yang bisa buat perencanaan yang jelas. Volatity, Uncertainty, Complexity, Ambuguity.

Tahun 2005 Garuda Indonesia di era Emir Satar pernah menghadapi situasi sulit ini ketika ia baru memimpin Garuda. Terjadi kenaikan biaya operasional yang sangat besar di era pendahulunya, sehingga membuat Garuda rugi dan tak mampu bayar hutang.

Garuda default, tak bayar hutangnya ke korsorsium ECA (Eropa), tapi dia mampu menjelaskan mengapa itu terjadi dan apa langkah-langkahnya. Ia kunjungi pemerintah, menkeu, DPR, lalu marathon keluar negri sehingga mereka semua kembali percaya. Sebab kalau mereka tak percaya, rating hutang Indonesia jeblok, semua pengusaha Indonesia akan kena imbasnya, efek domino (awal bulan ini outlook hutang Indonesia turun karena pemerintah dinilai lalai mengatasi masalah pembengkakan subsidi BBM).

Begitu pula ketika pemerintah memutuskan untuk menyelamatkan bank century beberapa tahun lalu. Aah sudaahlah… (meniru gaya ‘Babe’ di acara standup comedy…LOL). Seringkali logika sederhana-pun gagal dipahami sebagian orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar