Sabtu, 31 Januari 2015

DOA - Untuk Apa Kita Berdoa pada Tuhan Yang Maha Tahu?

Al-wa’du dainun, Janji itu utang. Aku pernah janji, jika sempat akan menulis tentang DOA. Ini mumpung ada kesempatan.. Bismillah.

Sebagai hamba, apakah sebaiknya kita memanjatkan DOA memohon kepada Tuhan atau tidak? Ulama dari dulu berbeda pendapat. Sebagian mereka berpendapat memanjatkan DOA itu tidak perlu. Untuk apa kita memohon kepada Tuhan yang Maha Mengetahui segala sesuatu?. Apalagi, lucu sekali kalau ada yang memanjatkan DOA (model upacara resmi kita) dengan menyebutkan keadaannya secara rinci segala. Misalnya, “Ya Allah ya Tuhan kami, hari ini kami kumpul di majlis yang mulia ini memanjatkan DOA kepadaMu dalam rangka meresmikan proyek Anu..”

Sebagian ulama yang lain justru mengatakan kita harus memanjatkan DOA, sebab Tuhan sendiri memerintahkannya. (Q. 7: 55 dan 190; 40: 60). Nabi-nabi utusan Allah pun memanjatkan DOA. Seperti Nabi Adam a.s yang berdoa, “Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa fain lam taghfir lanaa watarhamnaa lanakuunannaa minal khaasiriin.” (Q. 7: 23) - “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri; jika Engkau tidak mengampuni kami dan merahmati kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang malang.”

Nabi Nuh a.s diperintah Tuhannya untuk memanjatkan DOA a.l : “Rabbi anzilnii munzalan mubaarakan waAnta Khairul munziliin”(Q.23: 29). “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang terberkati. Dan Engkaulah sebaik-baik Yang menempatkan.”

Nabi Ibrahim a.s juga banyak melangitkan DOA, antara lain: “Rabbi hab lii hukman wa alhiqnii bish-shaalihiin.” (Q. 26: 83). “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.”

Nabi Musa a.s pun banyak memanjatkan DOA, antara lain: “Rabbisyrah lii shadarii wayassirlii amrii wahlul ‘uqdatan min lisaanii yafqahuu qaulii” (Q. 20: 24-28). “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku; mudahkanlah untukku urusanku; dan lepaskanlah kekeluan dari lisanku.”

Ini juga DOA Nabi Musa a.s: “Rabbi najjinii minal qaumizh-zhaalimiin” (Q. 28: 21) “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhalim itu.”

Para penyihir yang diancam oleh Firaun akan disiksa, memanjatkan DOA : “Rabbanaa afrigh ‘alainaa shabran watawaffanaa muslimiin” (Q. 7:126). “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri.”

Nabi Sulaiman a.s yang mendapat anugerah luar biasa dari Tuhannya, juga memanjatkan DOA: “Rabbi auzi’nii an asykura ni’mataKa allatii an’amta ‘alaiya wa ‘alaa waalidaiya wa an a’mala shaalihan tardhaahu wa adkhilnii birahmatiKa fii ‘ibaadiKash shaalihiin.”(Q.27:19). “Ya Tuhanku, ilhamilah aku untuk mensyukuri nikmatMu yang Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan untuk melakukan amal saleh yang Engkau ridhai dan masukkanlah aku dengan rahmatMu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang saleh.”

Nabi Ayyub a.s yang ditimpa penyakit memanjatkan DOA kepada Tuhannya: “Annii massaniadh-dhurru waAnta Khairur-raahimiin.” (Q.21: 83). “Ya Tuhan, sungguh aku telah ditimpa penyakit dan Engkau Paling penyayangnya para penyayang.”

Ketika dirundung kesulitan besar di perut ikan di dalam laut, Nabi Yunus a.s memanjatkan DOA : “Laa ilaaha illa Anta subhaanaKa innii.

Nabi Zakariya a.s telah lama ingin mempunya keturunan, maka dilangitkanlah DOA: “Rabbi hab lii min ladunKa dzurriyyatan thayyibatan innaKa Samii’ud du’aa’” (Q. 3: 38). “Tuhanku, anugerahilah aku dari sisiMu keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar DOA .”

Bahkan Nabi Zakariya a.s juga memanjatkan DOA: “Rabbi laa tadzarnii fardan waAnta Khairul-waaritsiin.” (Q. 21: 89) “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup sendirian, sedangkan Engkaulah Sebaik-baik Waris.”

Nabi Isa a.s memohon hidangan dari langit dan memanjatkan DOA: “Allahumma Rabbanaa anzil ‘alainaa maaidatan minassamaa-I takuunu lanaa ‘iidan liawwalinaa wa aakhirinaa wa aayatan minKa warzuqnaa waAnta Khairurraaziqiin.” (Q. 5: 114). “Ya Allah ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami suatu hidangan dari langit yang akan dapat menjadi peringatan bahagia bagi orang-orang yang bersama kami dan orang-orang yang sesudah kami serta menjadi tanda kekuasan dariMu; berilah kami rezki Engkaulah Sebaik-baik Pemberi rezki.”

Pemuda-pemuda yang tertidur dalam goa dan dikenal sebagai Ashabul Kahfi memanjatkan DOA: “Rabbanaa aatinaa min ladunKa rahmatan wahayyi’ lanaa min amrinaa rasyadaa (Q.18: 10). “Ya Tuhan kami, berilah kami rahmat dari sisiMu dan sediakanlah bagi kami petunjuk untuk urusan kami.”





Di dalam Quran, Tuhan juga mengajarkan banyak DOA kepada Nabi Muhammad saw sendiri; seperti : “Rabbi zidnii ‘ilmaa.” (Q. 20: 114). “Ya Tuhanku, berilah aku tambahan ilmu.”

Juga DOA ini ”Rabbighfir warham waAnta Khairur-raahimiin” (Q. 23: 118). “Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat; Engkaulah Paling penyangnya para penyayang”; dan lain sebagainya.

Dan nabi Muhammad saw mengajarkan pula banyak DOA untuk berbagai keperluan. Seperti doa untuk orang yang dililit utang: “Allahumma innii a’uudzu biKa minalhammi walhazani wa-a’uudzu biKa minal ‘ajzi walkasali wa-a’uudzu biKa minaljubni walbukhli waa’udzuu biKa min glalabatiddaini waqahrir rijaal.” “Ya Allah ya Tuhanku, aku memohon perlindungan padaMu dari kesusahan dan kesedihan; aku memohon perlindungan padaMu dari ketidakberdayaan dan kemalasan; mohon perlindungan padaMu dari kepengecutan dan kekikiran; dan mohon perlindungan padaMu dari lilitan utang dan dominasi orang-orang.”

Ada DOA yang mencakup segala urusan baik dunia maupun akhirat dan termasuk DOA paling sering dipanjatkan oleh nabi Muhammad, yaitu: “Rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanatan wafil aakhirati hasanatan waqinaa ‘adzaaban naar.” (Q. 2: 201). “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa neraka.” Mengingat luasnya cakupan permohonan DOA ini, perlu kiranya selalu kita membacanya.

Sayyidatina ‘Aisyah r.a bertanya kepada Rasulullah saw, “Kalau aku mengetahui Lailatul Qadar, DOA apakah yang aku baca?.” Rasulullah saw menjawab: “Bacalah: Allahumma innaKa ‘afuwwun kariim, tuhibbul ‘afwa, fa’fu ‘annii.” “Ya Allah ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, suka mengampuni,maka ampunilah aku.”

Shahabat Abdullah Ibn Mas’ud mendapat ijazah DOA dari Rasulullah saw untuk dibaca sehabis salat: “Allahumma a’innii ‘alaa dzikriKa wa syukriKa wahusni ‘ibaadatiKa.” “Ya Allah Tuhanku, bantulah aku untuk berdzikir dan bersyukur kepadaMu serta memperbiki ibadahku.”

Doa-doa yang datang kepada kita dari Nabi-nabi dan tokoh-tokoh salaf lain seperti antaranya sudah aku sampaikan itu, disebut : DOA MA’TSUUR. Ulama-ulama menganjurkan sebaiknya kita berdoa dengan DOA ma’tsuur. Misalnya mohon ampunanNya dengan baca doa nabi Adam a.s. “Rabbanaa zhalamna..”

Atau bisa memohon diberi keturunan dengan membaca DOA nabi Zakariya a.s “Rabbi hab lii min ladunKa dzurriyyatan…”.

Atau menghadapi cobaan berat, dunia terasa gelap, bisa memanjatkan DOA nabi Yunus “Laa ilaaha illa Anta..” Demikian seterusnya.

Beberapa ulama mengumpulkan doa-doa ma’tsuur tersebut dalam kitab-kitab kumpulan DOA seperti AL-ADZKAARnya Imam Nawawi (631-676 H) yang terkenal itu.

Tapi bukan berarti kita tidak boleh menggunakan DOA sendiri dengan bahasa ibu kita. Tuhan menguasai segala bahasa kok. Memang penting kita mengerti DOA yang kita panjatkan. Sering kali kita merasa lebih khusyuk bila berdoa dalam bahasa yang kita mengerti. Namun mengerti atau tidak DOA yang kita panjatkan, berdoa tetap mendapat pahala. Karena kita berdoa melaksanakan perintahNya.

Sampai disini dulu. Di kesempatan lain akan kita lanjutkan dengan ‘Etika Berdoa’ dan bagaimana DOA dikabulkan, insya Allah.

KH. A. Mustofa Bisri, Rais Syuriah Nahdlatul Ulama






Tidak ada komentar:

Posting Komentar