Sabtu, 31 Januari 2015

Cinta Damai

Kelembutan, cinta damai dan nir-kekerasan itu bukanlah tanda ketidak-berdayaan. Saya gagal mengerti cara berpikir orang yang menganggap visi rahmatan lil-'alamin dan nir-kekerasan sebagai bentuk kelemahan yang harus dihindari. Yang benar sebaliknya,

Saya tidak perlu mencontohkan bagaimana Mahatma Gandhi dengan gerakan nir-kekerasannya berhasil "mengusir" penjajah dari tanah India. Jika memiliki kepribadian kuat, kita tidak perlu marah-marah supaya perintahmu dipatuhi orang lain. Sikap dan tindakan sangar itu justeru bukti dari kepribadian yang lemah dan tak berdaya. Bisanya marah-marah, main tembak sana-sini. Perilaku sangar dan kekerasan juga tidak strategis dalam dakwah. Ketika pasca kesepakatan Hudaibiyah, Nabi Muhammad SAW mengembangkan strategi damai dalam berdakwah dengan mengirimkan surat (bukan pedang) dan utusan (bukan prajurit) untuk mengajak berbagai kelompok sekitar Madinah, keberhasilan strategi damai dan nir-kekerasan itu dicatat dengan tinta emas begitu gemilang. Hanya dalam setahun, jumlah pengikut Nabi tertambah berkali-kali lipat dibandingkan 9 tahun dakwah sebelumnya. Ini fakta sejarah, Kelembutan, cinta damai dan nir-kekerasan itu bukan kebijakan kondisional, tapi prinsip.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar