Sabtu, 31 Januari 2015

Genealogy dan Kelahiran Muhammad SAW (2)

Kembali ke Qussay. Di antara 4 orang, Abdul Manaf lah putra Qussay yang paling cakap mewarisi jiwa kepemimpinannya. Ia diserahi tugas Siqayah. Siqayah, memberi minum jamaah yang datang dari segala penjuru bumi yang ingin menziarahi bait yang dibangun Abraham, tabernacle pertama, Kaabah.

Tetapi sejak era kekuasaan Jurhum berakhir, mereka menimbun Zamzam dengan harta emas mereka sebelum meninggalkan Bakkah. Sehingga sumur purba yang telah ada sejak zaman Hagar dan Ismael itu kini mengering, tertimbun pasir. Maka Abdul Manaf harus memberi minum para peziarah bait suci dengan menyediakan kantong-kantong air yang diisi dari sumur-sumur di sekitar lembah Bakkah.

Abdud Daar diserahi tugas mengurus Darun Nadwah dan mengemban panji perang Quraisy (Liwa). Abdul Manaf berputra 4 orang, dua di antaranya kembar dengan tangan yang satu menempel pada dahi yang lain ketika lahir: Amr dan Abd Syams. Ketika dipisahkan dengan pisau, mengalirlah darah. Orang Arab menganggap ini pertanda adanya pertumpahan darah antara dua keturunan mereka. Di kemudian hari, memang akan terjadi rivalitas, bahkan pertumpahan darah, antara keturunan Amr (Hasyim) dan keturunan Umayyah bin Abd Syams.

Di antara keturunan Abd Manaf, Amr yang paling menonjol sebagai pemimpin. Muttallib setelahnya. Abd Syams dan Naufal terlalu sibuk berbisnis. Amr mewarisi kecakapan ayah dan kakeknya. Ia mengatur perjalanan dagang kaum Quraisy: di musim dingin ke Yaman, di musim panas ke Syam. Amr melakukan lawatan ke Syam dan Persia meminta jaminan keselamatan kafilah dagang kepada gubernur Romawi dan Kisra.

Ketika lembah Mekkah dilanda kelaparan, Amr mengimpor berton-ton gandum dan roti dari Syam dan Yaman. Ia perintahkan pembantu-pembantunya membuat sup. Lalu ia turun tangan sendiri ikut memecah roti-roti gandum tersebut untuk dicampur ke dalam sup, untuk memberi makan penduduk Mekkah. Kaum Quraisy tidak pernah lupa kebaikan Amr. Mereka menjulukinya Hasyim (sang pemecah remah roti). Kebaikan-kebaikan Hasyim selalu dikenang penduduk Mekkah. Bani Hasyim terkenal kemurahan hatinya seperti layaknya Hasyim bin Abdul Manaf.

Dari istri asli Mekkah, Hasyim berputra Asad. Dari istri penduduk Yatsrib dari bani Najjar, Salma, Hasyim berputra Syaibah. Hasyim wafat ketika Syaibah masih kecil. Ia wafat di Gaza, Palestina, dalam suatu perjalanan dagang. Syaibah dibesarkan ibunya di Yatsrib, tanah subur diapit dua bukit batu hitam, tempat hijrah nabi akhir zaman menurut rabbi-rabbi Yahudi.

Syaibah kecil mewarisi bakat kakek moyangnya, Ismael bin Abraham, menjadi pemanah yg handal. Di usia 13 tahun, pamannya, Muttallib, menjemput Syaibah meminta izin Salma membawa putranya ke Mekkah, ke kaum bapaknya. Mereka berboncengan naik unta, Syaibah duduk di belakang Muttallib. Ketika masuk Mekkah penduduk spontan berkata Abdul Muttallib!

Abdul Muttallib, budaknya Muttallib. Dikiranya Muttallib baru pulang dari pasar beli budak dibonceng di belakang. Muttallib membentak: "heh! Ini anak kakakku Hasyim, namanya Syaibah". Apa lacur, sebutan Abdul Muttallib kadung keburu tenar. Sejak saat itu Syaibah lebih dikenal dengan sebutan Abdul Muttallib.

Abdul Muttallib mewarisi jiwa kepemimpinan dan kemurah hatian Hasyim. Ketika dewasa ia mewarisi jabatan ayahnya, pemimpin Mekkah. Abd Muttallib sangat senang berada dekat Kabah. Ia sering tidur di Hijr, bagian setengah lingkaran di luar Kabah. Suatu malam ia mendengar bisikan: "galilah Zamzam....galilah sumber kebaikan". Abd Muttallib bermimpi yang sama 3 malam berturut-turut. Ia mengajak Harits, putra satu-satunya saat itu, menggali tanah di pojok utara Kabah yang dinamakan rukn Iraqi, pintu Kaabah yang menghadap Iraq.

Digali seharian, ia temukan harta emas suku Jurhum yang ditimbun ketika mereka terusir keluar Mekkah 4 abad sebelumnya. Di bawah tumpukan harta-harta emas tersebut, ia temukan kembali mata air purba yang dulu dibendung oleh nenek moyangnya, Hagar dan Ismael. Sumur Zamzam yang tertimbun ratusan tahun, kini kembali lagi memberi kehidupan kepada penduduk lembah Bakkah.

Dengan demikian, jabatan siqayah yang diwarisi Abd Muttallib dari Hasyim kini bisa dilakukan dengan lebih ringan. Bani Hasyim tidak perlu lagi mengisi kantong-kantong air minum untuk para peziarah bait suci. Mereka cukup dipersilakan minum sepuasnya dari Zamzam.

Ketika menggali Zamzam,Abd Muttallib hanya punya satu putra. Ia lalu berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai banyak putra. Permohonannya dikabulkan. Di kemudian hari ia dikaruniai 10 putra dan 6 putri. Nama-nama putranya sudah saya tulis tadi. Ini dari beberapa istri.

Istri Abd Muttallib yang paling tinggi strata sosialnya adalah Fatimah bint Amr, dari bani Makhzum. Ia bibi Walid bin Mughirah . Walid bin Mughirah adalah ayah dari Khalid bin Walid, pemimpin bani Makhzum di era Muhammad.

Fatimah bint Amr inilah ibu dari Zubayr, Abdullah, dan Abdul Manaf (Abu Thalib). Abd Muttallib pernah bernazar jika Tuhan memberinya banyak anak, ia akan sembelih salah satunya, untuk dipersembahkan pada Tuhan. Setelah dikaruniai banyak anak, ia tunaikan janjinya. Setelah undia jatuh pada Abdullah, ia bawa Abdullah ke Kaabah untuk disembelih. Tapi kerabat ibunya Abdullah, bani Makhzum, memprotes keputusan Abd Muttallib. Mughirah, pemimpin bani Makhzum, menawarkan solusi, Tebuslah putramu dengan diyat unta. Berapapun tebusannya, akan kami sediakan untuk putra saudari kami. Demikian kata Mughirah.

Lalu Abd Muttallib mengundi Abdullah. Setiap keluar nama Abdullah maka ia pertaruhkan 10 ekor unta. Nama Abdullah keluar sampai 10 kali. Di undian ke 11, nama unta yang keluar. Ini terjadi 3x berturut-turut. Abd Muttallib mengartikan ini keridhoan Tuhan. Tuhan rido dengan tebusan 100 ekor unta sebagai pengganti Abdullah. Maka 100 ekor unta itu disembelih untuk memberi makan penduduk Mekkah.

Di kemudian hari, Muhammad putra Abdullah dikenal sebagai ibn Dzabihayn, putra dua orang yang (hampir disembelih), yakni Ismael dan Abdullah. Setelah Abdullah dewasa, Abd Muttallib menikahkannya dengan Aminah bint Wahhb dari bani Zuhrah, keturunan Zuhrah adiknya Qussay. Sahabat Nabi dari bani Zuhrah ini kelak antara lain: Saad bin Abi Waqqas, terhitung sepupu Aminah, dan Abd Amr (Abdurrahman) bin Awf.

Ketika melamar Aminah untuk putranya, Abd Muttallib juga sekalian melamar Halah sepupu Aminah untuk dirinya sendiri. Dari pernikahan dengan Halah, Abd Muttallib dikaruniai anak: Hamzah dan Shafiyyah. Tidak lama setelah menikah, Abdullah ikut kafilah dagang Quraisy ke Syam. Aminah ditinggal dalam keadaan hamil muda.

(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar