Sabtu, 31 Januari 2015

Absolutis Keyakinan


Islam adalah respons dinamis terhadap masyarakat yang dinamis pada masa itu. Tidak aneh waktu itu masih membolehkan poligami, budak, warisan 2-1, dll. Islam lahir secara bertahap: perintah dan larangan dalam Islam juga bertahap, tidak sekaligus, mengikuti gerak dinamika masyarakat ketika itu. Islam muncul mereformasi masyarakat Arab yang kurang adil, kurang peduli dengan sesama, kurang mau belajar antar suku, kurang rukun.

Ketika Qur'an nyatakan Islam sempurna sebagai din, itu tidak berarti segalanya final. Jika final tidak akan lahir ilmu dan peradaban Islam setelahnya. Pola pikir "kembali kepada Quran dan Sunnah" disalahkaprahi seolah-olah rincian ilmu pengetahuan dan peradaban harus dicari di dua teks itu.

Quran jelas mengajak Menuntut ilmu dan membanyak pengalaman, saling belajar dari gagasan-gagasan terbaik dan "best practices" dari berbagai budaya. Lebih luas lagi, dari berbagai agama dan peradaban ada kesamaan-kesamaan yang bisa mempererat persaudaraan sesama manusia.

Politik identitas terlalu menonjol sehingga hal-hal lahiriyah dan kecil jadi penghalang saling belajar kesamaan-kesamaan antara agama/peradaban. Di Barat dan di Timur di Utara dan di Selatan, tidak jauh beda. Para penganut agama dan anti agama cenderung absolutis atas keyakinan mereka.



Muhamad Ali

Assistant Professor of Islamic Studies: Islam and Religions in Southeast Asia; religion, politics, and public discourse; Islam and religious pluralism.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar