Sabtu, 31 Januari 2015

Supervolcano Toba


Toba (yang gunung) saat meletus pernah membuat manusia hampir punah. Sempat cuma tersisa sekitar 15.000 orang. Sedunia. Hal ini diketahui karena berdasarkan studi genetika, ada "bottleneck" keturunan manusia di sekitar 60.000-70.000 tahun lalu. Dalam genetika, peristiwa "bottleneck" terjadi bila keragaman genetika tiba-tiba menciut. Terjadi akibat kepunahan massal.

Dari proyeksi mundur variasi genetika manusia itulah ditelusuri kapan peristiwa itu terjadi. Dan seberapa serius bencana terjadi. Dari perkembangan alami jumlah manusia diperkirakan jumlah manusia sedunia mencapai di atas 1 juta orang. Lalu tiba-tiba anjlok hanya 15.000. Para ahli genetika tak tahu apa yang terjadi sampai jumlah manusia amblas sedalam itu. Tetapi pastinya akibat bencana sangat besar.

Di saat yang hampir sama, seorang ahli geologi meneliti Danau Toba. Saya lupa siapa namanya. Ia sudah tahun Danau Toba adalah kaldera. Yang membuatnya heran: bagian dasar wilayah perairan Danau Toba ternyata sangat curam dan dalam. Ini indikasi kaldera raksasa. Kalau kalderanya saja sebesar dan sedalam ini, (sisa) gunungnya sebesar apa? Bagaimana bentuknya. Ini masuk kelas Supervolcano. Langka.

Jadi ada dua ilmuwan dari cabang ilmu berbeda terheran-heran atas penemuan mereka. Lalu muncul ilmuwan ketiga. Saya juga lupa namanya. Ilmuwan ketiga ini meneliti lapisan es di Antartika. Lapisan es ini menunjukkan perubahan pola cuaca dalam berbagai periode waktu. Ia menemukan, bahwa kendati bumi dalam periode suhu hangat, terjadi penurunan suhu sangat tajam dan tiba-tiba di sekitar 70 ribu tahun lalu.

Sebenarnya biasa terjadi zaman es kecil di antara periode cuaca bumi hangat, tetapi zaman es ini terlalu singkat, hanya 10 tahun. Untuk skala geologi yang biasa bicara skala ribu tahun, maka 'zaman es kecil' ini terlalu pendek. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Karena lapisan es Antarktika merekam bukan hanya suhu, tetapi juga komposisi udara yang terjebak es, maka ditemukan ada sisa abu vulkanik. Maka jawabannya mudah ditemukan: ada letusan gunung berapi yang sangat besar, sehingga debunya mampu mengubah cuaca bumi secara ekstreme. Tiap gunung meletus, jejak abu vulkaniknya punya susunan kimia yang berbeda, seperti sidik jari. ice core di Antarktika ini ikut merekam semuanya, termasuk lapisan Iridium dari Asteroid yang membunuh Dinosaurus.

Tapi pertanyaan tersisa menjadi: Gunung berapi yang mana? Sebesar apa? Maka ia perlu bertemu dengan ahli vulkanologi yang mungkin tahu. Secara beruntung, ia bertemu dengan ahli vulkanologi yang meneliti Danau Toba. Maka pertanyaannya terjawab: Supervolcano Toba.

Supervolcano fenomena langka. Hanya sedikit supervolcano di dunia. Selain Toba, supervolcano lain yang terkenal: Yellowstone Amerika. Di dunia ada sekitar 7 supervulkano. yang paling terkenal Yellowstone dan Toba, juga kaldera Aira di pulau Kyushu, Jepang. Supervolcano memiliki keunikan: periode tenang puluhan ribu tahun, lalu meletus dengan sangat luar bisa, lalu tenang kembali ribuan tahun. Jadi berbeda dengan gunung berapi biasa yang siklusnya pendek: di bawah 10 tahun (seperti Merapi dan Krakatau) atau ratusan tahun (Merbabu).

Karena periode sekitar 70 ribu tahun terakhir, maka yang mereka langsung pikirkan adalah dampaknya terhadap umat manusia. Karena dari perhitungan mereka, saat Supervolcano Toba dulu meletus, suhu rata-rata bumi turun hingga sebesar 10 derajat Celsius. Suhu rata-rata turun sebesar 10 derajat celsius itu luar biasa. Mengapa? Karena bagian terluas bumi adalah daerah empat musim. Ini berarti terjadi beberapa tahun musim panas tidak terjadi. Cuaca dingin terus menerus. Tanaman mati. Hewan mati. Juga manusia.

Dari sejak letusan Toba, sekitar 10 tahun suhu bumi anjlok tajam. Saat Tambora meletus, hanya 1 tahun musim panas menghilang. Satu musim panas yang menghilang ini pernah saya baca akibatnya: memicu kekalahan Napoleon, munculnya Novel Frankenstein dan Dracula. Juga sepeda.

Napoleon kalah karena pasukan kavalerinya terjebak lumpur Waterloo akibat cuaca dingin. Tambora meletus April 1815, beberapa bulan sebelum peristiwa Waterloo Juni 1815.

Frankenstein muncul karena penulisnya batal liburan. Akibat batal liburan musim panas itu mereka bikin lomba menulis cerita horror. Pemenangnya Mary Shelley, penulis novel Frankenstein. Pemenang kedua: Vampyre. Novel Vampyre ini yang kemudian menjadi bahan bagi Bram Stoker untuk menulis Dracula. Jadi, Dracula dan Frankenstein hasil letusan Tambora.

Bagaimana dengan sepeda? Itu juga hasil letusan Tambora. Kok bisa? Karena musim panas yang hilang membuat banyak rumput mati. Akibatnya banyak kuda yang mati dan populasi kuda yang terbatas menaikkan harga kuda. Dari situ orang terpikir membuat sepeda.

Balik lagi ke Gunung Toba yang membuat hampir 10 tahun bumi kehilangan musim panas. Maka bukan hanya kuda yang mati seperti Tambora. Maka dampak terhadap manusia ini yang penting. Secara kebetulan, ahli genetika kita membaca paper ilmiah soal Supervolcano Toba ini. Dari komunikasi ketiga ilmuwan ini maka terjawab apa yang membentuk "bottleneck" variasi genetika manusia 70 ribu tahun lalu.

Letusan Supervolcano Toba telah membuat perubahan iklim tajam selama sekitar 10 tahun. Manusia yang saat itu berjumlah 1 juta ikut kena. Jumlah manusia yang tersisa mampu melewati "zaman es kecil" akibat letusan Toba, hanya sekitar 15 ribu orang. Maksimum. Dari sekitar 15 ribu individu inilah manusia memulai kembali peradabannya. Mereka lah nenek moyang kita. Yang selamat dari letusan Toba. Sebagian besar dari 15.000 orang yang bertahan hidup itu berasal dari ras apa bertempat tinggal dimana saja? Mungkin dari tempat yang sejauh mungkin dari Toba. Lebih mungkin dari Afrika yang khatulistiwa. Tidak terlalu dingin.

Jadi ikutan nyari info jg.Ternyata Toba paling luas pengaruh erupsinya . Data dr USGS @hotradero

Mana yang lebih dahsyat dibanding Krakatau? Krakatau nggak ada apa-apanya. Cuma VEI Level 6. Tambora Level 7. Toba Level 8. Letusan Krakatau "hanya" memuntahkan materi 21 km kubik. Tambora? 150 km kubik. Gunung Toba? Sekitar 2800 km kubik.

Manusia sekitar Toba atau malah di seluruh Sumatera saat erupsi dipastikan punah. Selain tercekik debu dan asap, juga hujan asam. Jadi, manusianya pernah ada sebelum erupsi. Tetapi setelah erupsi, seluruh Sumatera dan daerah sekitarnya dipastikan hampa manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar