Selasa, 14 Mei 2013

Pilih Obat Paten atau Generik?


Tulisan ini bukan saja untuk masyarakat yang awam tentang dunia kesehatan. Tapi juga untuk kalangan dokter dan apoteker. 

Mengapa demikian? Ternyata bukan saja masyarakat awam saja yang meragukan khasiat obat generik. Para dokter sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan pun banyak yang meragukan obat generik. Entah karena minimnya informasi yang mereka terima atau karena adanya "kepentingan bisnis" disana. Namun justru dari para dokter inilah kita sering mendapatkan informasi sesat tentang kurangnya khasiat obat generik.

Tidak heran jika kemudian masyarakat awam pun ikut-ikutan latah menganggap obat generik 'kalah kinerja' dibanding obat paten. Benarkah demikian? Yuk, mari kita cari tahu apakah kepercayaan umum itu sekedar 'mitos' atau kenyataan? Atau jangan-jangan telah terjadi disinformasi by design terhadap rendahnya mutu obat generik ini.

Namun sebelumnya kita perlu tahu pengertian obat generik dan obat paten terlebih dahulu.

"Obat paten" adalah obat yg masih dilindungi hak patennya. Biasanya ini jenis obat-obat hasil penemuan baru. Setiap obat baru yang diciptakan berasal dari proses penelitian dan pengujian yang panjang. Butuh investasi besar untuk menemukan suatu jenis obat tertentu. Wajar jika pihak penemu dilindungi hak ciptanya.

Pabrik obat manapun yang ingin memproduksi "obat paten" ini wajib membayar royalty pada pihak penemu. Jadi bisa dipahami disini bahwa "obat paten" memang mahal. Sampai disini tidak ada protes. Wajar. Saat obat paten sudah kadaluarsa masa patennya. Maka obat ini boleh diproduksi oleh pabrik obat manapun.

Persoalannya pengertian "Obat Paten" ini seringkali sengaja dibelokkan/ disalah artikan sendiri oleh para dokter kita. Yang sering disebut "Obat Paten" oleh para dokter kita itu ternyata bukan obat paten seperti penjelasan kami diatas. Yang sering disebut sebagai "Obat Paten" oleh para dokter kita itu tidak lebih dari "Obat Generik Bermerek". Jadi "Obat Generik" yang ada di pasaran itu memang ada dua jenis: "Obat Generik Bermerek" dan "Obat Generik Tak Bermerek".

Jadi di ingatkan kepada konsumen, kritislah menerima pernyataan dokter perihal "Obat Paten." Seringkali mereka sengaja menyalah artikan "Obat Generik Bermerek" sebagai "Obat Paten." Perlu diketahui bahwa "Obat Generik Bermerek" yang disebut obat paten itu selalu ada generiknya. Jadi bisa dicium disini bau-bau tidak sedap mengapa "Obat Generik Bermerek" selalu disebut sebagai "Obat Paten" oleh para dokter kita.

Lalu apa bedanya antara Obat Generik Bermerek (Obat Bermerek) dengan Obat Generik Tanpa Merek (Obat Generik)?

Pada dasarnya Obat Bermerek/ Paten dan Obat Generik memiliki zat aktif yang SAMA! (Kami pakai istilah paten karena sudah jadi pemahaman umum). Misalnya, Obat "Paten" dengan nama Inemicilin adalah obat bermerek yang mengandung zat aktif Amoxicilin, maka obat generiknya bernama Amoxicilin. Artinya kedua jenis obat tersebut "identik". Hanya yang satu memakai nama Inemicilin.

Lalu bagaimana dengan khasiatnya? Sebagaimana yang sudah di ungkap diatas. Obat generik maupun bermerek juga berasal dari obat paten. Obat-obat yang off-paten inilah yang diproduksi sebagai obat generik dan obat bermerek. Jadi jelas sudah sangat teruji. Sebagai obat yang pernah dipasarkan sebagai obat paten (beneran). Obat-obat ini sudah dilakukan uji pra klinis maupun uji klinis. Obat-obat ini juga sama-sama telah dilakukan uji Bio Availabilitas dan Bio Ekuivalensi (Uji BA/BE) terhadap obat yang sama.

Dari penjelasan diatas, jelas sudah bahwa obat paten SAMA PERSIS khasiatnya dengan obat generik. Lalu apa sesungguhnya perbedaan antara obat generik dan obat paten (abal-abal)? Jawabannya: PADA HARGA!

Harga obat generik jauh lebih murah dibanding obat paten. Mengapa bisa begitu? Karena obat generik dikemas secara lebih sederhana, tidak diiklankan, tidak memberi bonus pada dokter yang meresepkannya. Selain itu biaya produksi obat paten disubsidi oleh pemerintah! Selisihnya harganya bisa mencapai 1:10 !

Dengan khasiat yang sama dan harga yang jauh berbeda itu mengapa dokter-dokter kita masih saja berusaha "menutupi" obat generik? Jawabannya tentu kembali kepada "rewards" yang diperoleh para dokter kita dari meresepkan obat paten kepada pasiennya. Bahkan penggantian istilah obat bermerek menjadi obat paten oleh para dokter kita itu sarat nuansa pembodohan.

Bayangkan jika istilah obat paten itu tetap menggunakan nama "Obat Generik Bermerek," kami yakin masyarakat pilih "Generik Tanpa Merek." Sama-sama menggunakan kata "Generik" masyarakat tentu akan berpikir realistis memilih harga yang jauh lebih murah. Dengan khasiat obat yang sama, siapa sih yang terlalu bodoh mengeluarkan uang berkali-kali lipat untuk obat bermerek? Karena kita bukan orang bodoh, maka sejak sekarang kita wajib meminta obat generik pada dokter kita. Karena obat generik adalah program resmi pemerintah, maka dokter tidak boleh menolak pasiennya yang meminta resep obat generik.

Dokter juga tidak boleh melakukan "penyesatan" informasi perihal khasiat obat generik kepada pasiennya atau kepada masyarakat umum. Keberhasilan program kesehatan nasional bergantung pada semua pihak. Dokter yang memahami persoalan hendaknya tidak menutup-nutupi. Masyarakatpun jangan segan-segan bersikap kritis dan menuntut haknya. Tidak ada yang perduli pada kita selain diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar