Selasa, 28 Mei 2013

Ketika Pria Jatuh Cinta


Memahami apa yang terjadi pada otak laki-laki yang sedang jatuh cinta ternyata berbeda dengan yang terjadi pada otak perempuan. Meskipun sama-sama menimbulkan perilaku irasional, mekanisme jatuh cinta pada otak laki-laki berbeda secara kimiawi dengan yang terjadi pada perempuan.

Seks tidak selalu menimbulkan cinta, tapi bagi otak laki-laki hal ini merupakan bagian penting dalam rangkaian proses jatuh cinta. Respon otak laki-laki terhadap peluang seks menghasilkan zat kimiawi yang memunculkan efek euforia yang membahagiakan, layaknya mabuk kokain. Otak laki-laki yang jatuh cinta tak bisa tahu alasannya, dan ketika harus berjauhan dengan kekasih, dia akan ketagihan kebutuhan biologis yang primitif.

Proses jatuh cinta pada otak laki-laki dimulai dengan hal yang sama dengan perempuan yang jatuh cinta yaitu adanya “gempa” testosteron. “Gempa” testosteron yang mengguncang ventral tegmental area di otak laki-laki dapat (tidak selalu sih) menghasilkan “tsunami” jatuh cinta.

Gempa testosteron di VTA laki-laki bila mendapatkan sinyal “iya” dari pasangan, akan menimbulkan gelombang dopamin, ini berpotensi jadi tsunami. VTA laki-laki yang kebanjiran dopamin, menimbulkan sensasi membahagiakan, ini akan mengaktifkan sirkuit jatuh cinta berikutnya: nucleus accumbens!

Tsunami pada otak laki-laki yang jatuh cinta makin besar ketika dopamin-testosteron-vasopresin bercampur di nucleus accumben. Otak makin tidak rasional. Jika tsunami jatuh cinta perempuan adalah kombinasi dopamin-oksitosin- estrogen, di otak laki-laki yang jatuh cinta: dopamin-testosteron-vasopresin!

Gelombang tsunami jatuh cinta yang mengamuk di VTA dan nucleus accumbent otak laki-laki benar-benar akan membuat dua area itu kehilangan fungsinya. VTA yang berfungsi sebagai pusat motivasi otak terhadap konsep ‘pahala’ dan nucleus accumben sebagai antisipator, jadi kacau karena tsunami cinta.

Campuran dopamin dan neurotransmiter lain ini menghasilkan bahan bakar yang adiktif dan "beroktan tinggi" yang membuat laki-laki benar-benar jatuh cinta. Saat laki-laki yang jatuh cinta berjauhan dengan pujaannya, otaknya akan tertuju ke pasangannya itu secara terus menerus. Zat-zat adiktif itu sebabnya!

Tsunami jatuh cinta dengan gelombang adiktifnya membuat otak laki-laki tidak bisa berhenti memikirkan, membayangkan dan membicarakan orang yang dicintai. Dalam suatu penelitian, seorang laki-laki yang jatuh cinta menghabiskan 85% waktu terjaganya untuk membayangkan kekasihnya!

Secara statistik laki-laki menginginkan rata-rata 14 pasangan seksual dalam hidup mereka, sedangkan perempuan rata-rata menginginkan 1-2 pasangan seksual.

Perbedaan respon antara laki-laki dan perempuan atas "area bawah puser" lawan jenis dipengaruhi perbedaan kimiawi yang mendasar pada otak masing-masing. Rendaman testosteron yang terjadi 2 kali dalam perkembangan otak laki-laki, membuatnya jauh lebih peka ketika muncul ‘gempa’ testosteron yang mengguncang minat.

Dorongan naluri primitif pada otak manusia laki-laki berkeinginan berpasangan sebanyak-banyaknya dihambat oleh gen vasopresin yang muncul belakangan. Makin panjang gen vasopresin laki-laki, makin besar kecenderungan mereka untuk bermonogami. Gen ini juga berhubungan dengan altruism.

Keinginan didorong oleh naluri sedangkan keputusan dihasilkan oleh kerja otak emosi dan otak rasional. Resultantenya menjadi sikap.

Hanya diperlukan waktu 5 menit untuk berinteraksi secara santai dengan perempuan yang menarik, sehingga meningkatkan level testosteron dalam otak laki-laki. Dan otak laki-laki hanya memerlukan 1/5 detik untuk mengelompokkan seorang perempuan terlihat menarik secara seksual atau tidak. Dorongan itu terjadi jauh sebelum proses pikiran sadar seorang laki-laki berfungsi. Ini yang disebut sebagai otak di bawah puser, naluri seksual!

Baik laki-laki maupun perempuan mempunyai otak bawah puser (naluri seksual) nya masing-masing. Dan pada laki-laki pusatnya adalah ‘penis’! Semua laki-laki tahu, bahwa penis memiliki keinginannya dan bisa menegang sendiri tanpa perintah apapun dari otaknya. Ereksi ‘reflektif’ ini berbeda dengan rangsangan seksual yang sebenarnya, karena berasal dari tanda yang tidak disadari dari jaringan saraf dan otak laki-laki.

Ereksi reflektif bukan berasal dari hasrat yang disadari oleh laki-laki untuk berhubungan seksual. Reseptor testosteron yang ada di jaringan saraf, testikel, penis dan otaklah yang mengaktifkan seluruh jaringan seksual seorang laki-laki.

Perempuan terkejut karena penis itu bisa bergerak secara otomatis, lebih terkejut lagi karena laki-laki tidak selalu mengetahui kapan mereka mengalami ereksi.

Rangsangan seksual yang sebenarnya bagi laki-laki pada umumnya bermula karena reaksi di dalam otak, dengan pemikiran atau bayangan erotis. Hal inilah yang diperlukan oleh otak laki-laki untuk mengirimkan sinyal menuruni jaringan saraf tulang belakang ke penis, untuk membuatnya ereksi!

Selama laki-laki mempunyai pasokan testosteron yang memadai, melihat hal yang erotis secara otomatis akan mengaktifkan sirkuit seksual di otak mereka. Secara neurobiologi diketahui, pengejaran-seksual otak laki-laki dan sirkuit rangsangan untuk bertindak dipersiapkan oleh testosteron agar berfungsi. Hormon testosteron ini meningkatkan minat seksual dan meningkatkan kekuatan otot dan penis laki-laki supaya dapat berfungsi dengan baik.

Jadi, sebelum usia 40 tahun, ‘melihat’ seringkali merupakan hal yang lebih dari cukup bagi banyak laki-laki untuk benar-benar jadi ereksi. Setelah usia itu, frekwensi pengerasan secara instan berkurang, dan laki-laki sering kali perlu stimulasi fisik untuk ereksi yang cukup buat penetrasi.

Nah jadi jangan heran kalau sulit dibedakan antara seorang laki-laki yang jatuh cinta dan yang diamuk birahi, sirkuitnya overlaping!

Bagi otak laki-laki, jatuh cinta pada dasarnya adalah masa percumbuan, yaitu masa yang berakhir pada hubungan seksual yang pertama. Dorongan primitif laki-laki untuk menebar benih sebanyak-banyaknya secara evolusioner dikontrol dan dihambat oleh gen vasopresin yang muncul belakangan.

Jatuh cinta pada laki-laki berusia lebih pendek ketimbang perempuan, sehingga pada hubungan selanjutnya fungsi orbitofrontal cortex (OBF) lebih diperlukan. OFC yang juga dikenal sebagai tempat sirkuit altruisme, membuat laki-laki rela secara sadar berbagi tanggung jawab saat masa jatuh cinta usai,

Mungkin bagi perempuan masa kini perlu mengetahui seberapa dominan OFC pasangannya, sehingga tahu seberapa tanggung jawab orang itu. Makin dominan OFC seorang laki-laki, makin tinggi kecenderungannya untuk setia kepada pasangannya. Meskipun masa percumbuan sudah berlalu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar