Selasa, 14 Mei 2013

Orang Jepang & Hadiah (2)


Saya termasuk suka menerima hadiah atau oleh-oleh. Boleh dong, kan saya orang Indonesia juga (LOL). Saya punya beberapa cerita menarik soal menerima hadiah dari orang Jepang. Sewaktu masih bertugas di proyek PIM-1, saya sering dibawakan hadiah oleh teman-teman Jepang (TEC) sekembali mereka libur mudik. Lalu diawal masa operasi sesekali saya dibawain hadiah oleh Mr. Matsuoka (Djawa Bussan) kalau berkunjung ke Lhokseumawe. Biasanya berupa barang, ukuran kecil tapi unik. Harganya tidak mahal, tapi jarang ditemukan di Indonesia (waktu itu). Pernah saya dibawakan alat pengusir nyamuk ukuran pena. Berguna untuk berkemah dan bermanfaat karena di Lhokseumawe nyamuk kan mayoritas.

Sewaktu bertugas di kantor PIM Tokyo, seringkali vendor yang datang berkunjung membawa oleh-oleh. Tak kalah uniknya. Pernah saya dibawakan beras 1 kg hasil pertanian daerah tertentu (saya lupa namanya), daerah lumbung padi dan berasnya terkenal paling enak. (Barangkali seperti “beras solok” kalau di sumatera barat, yang karena saking nikmatnya tidak kelihatan mertua lewat …. LOL). Pernah juga dibawakan kacang kulit. Tapi paling sering mereka membawakan kue-kue tradisional.

Seperti yang diceritakan Pak Ilyas, di Tokyo banyak toko menjual aneka kue tradisional Jepang. Karena memang disiapkan untuk hadiah, kemasan nya dibuat bagus, menyebabkan harga menjadi mahal. Itu sebabnya saya tak pernah membeli kue-kue itu dengan duit dari kantong sendiri. Mahal dan rasanya tak istimewa banget. Tak sebanding antara rasa dan harga. Apalagi kalau kalkulator konversi mata uang ke rupiah di “on” kan (LOL).

Mereka juga suka memberi hadiah barang kerajinan setempat. Seringkali saya bingung digunakan untuk apa. Lalu mudahnya, ketika pulang cuti ke Indonesia saya jadikan oleh-oleh buat teman dekat atau saudara. Saya yakin sebagian mereka juga bingung mau diapain (LOL). Tapi selalu ada pengalaman menarik disana. Suatu hari saya mendapat hadiah bantal terbuat dari kayu. Ternyata digunakan oleh orang Jepang (tradisional) sebagai bantal untuk tidur. Setelah saya coba dirumah, sama sekali tidak nyaman dipakai tidur. Untung saya tak bingung terlalu lama untuk pemanfaatannya. Seorang keluarga isteri saya di Jakarta mengirim pesan minta dibawakan bantal “kayu” Jepang. Klop!. Rupanya dia mendapat info bahwa menggunakan bantal kayu tersebut baik untuk kesehatan. Saya lupa menanyakan apa manfaatnya dan masih misteri hingga kini karena ybs sudah meninggal dunia. Mungkin nanti kalau penasaran saya akan cari jawabannya. Om google?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar