Selasa, 14 Mei 2013

Margareth Thatcher - Privatisasi BUMN


Perusahaan yang diprivatisasi Thatcher: British Telecom, British Petroleum, British Airways, British Aerospace, British Steel, British Railway, dll. Kok Inggris berani memprivatisasi perusahaan-perusahaan besar? Semata-mata agar mereka beroperasi efisien, mencetak laba, dan berkontribusi pajak. Selain perusahaan-perusahaan besar tadi, Inggris juga memprivatisasi perusahaan air minum, listrik, dan bahkan penjara. Semua demi efisiensi ekonomi. 

Cara pandang privatisasi ini yang sering dikelirukan orang. Contoh soal Privatisasi Indosat. Memang langkah itu sangat perlu. Sebelum Privatisasi, keuangan Indosat sempat babak belur. Pendapatan dan laba jeblok. Terbitkan Bonds tidak laku. Dianggap berisiko tinggi. Setelah saham mayoritas dilepas: Pemerintah dapat duit. Indosat bisa merestrukturisasi diri dan mencetak laba. Penerimaan pajak jadi naik.

Dan itu semua bisa terjadi walau biaya komunikasi turun karena kompetisi antar telco. Bila masih dipegang pemerintah? Ya pasti ambrol. Walau sekarang kondisi Indosat mulai babak belur lagi karena persaingan usaha dan kurang kompetitif, kondisinya masih lebih parah dulu. Karena bahkan Indosat sempat tidak sanggup bayar pajak yang dibebankan pasca transaksi silang.

Hanya saja, problem utama privatisasi BUMN di sini adalah potensi penyimpangan yang terjadi pada proses pelaksanaannya yang kurangak transparan dan sarat KKN.

Dulu sebelum privatisasi, Garuda sering sekali dimintai tiket gratis oleh pejabat dan birokrat. Mereka juga minta jadi supplier ini-itu. Maka jangan heran kalau dulu Garuda dulu sempat punya pesawat dari Boeing, Airbus, McDonnell Douglas, dan Fokker. Bagaimana bisa efisien? Dengan merk pesawat sebanyak itu dan berbagai supplier berbeda-beda; jelas Garuda sulit bisa untung. Ongkos operasionalnya tinggi.

Walaupun tidak sempurna, PT. Telkom jauh lebih baik pasca privatisasi. Sebelum privatisasi, keluarga Cendana dan kroni beramai-ramai menjarah Telkom lewat berbagai proyek yang tidak masuk akal. Kenapa? Karena BUMN. Setelah Telkom diprivatisasi, maka seluruh laporan keuangan harus dilaporkan. Lebih transparan, jadi profesional dan karyawan bisa lebih betah kerja.

Ada yang berpendapat, di saat pasar sangat liberal, harapannya BUMN yang bisa menormalisasi pasar. Kenyataannya, BUMN justru senangnya monopoli dan anti kompetisi. Jadi, bila kita berharap pasar akan jadi normal karena keberadaan BUMN, justru yang terjadi seringkali sebaliknya. Tentu saja tak seluruh BUMN mesti di tiadakan. BUMN energi, listrik dan pupuk misalnya, masih perlu pengkajian lebih lanjut karena menyangkut kepentingan masyarakat banyak, politik dan faktor subsidi pemerintah yang dominan. Yang penting adalah market structure-nya mampu berkompetisi. Dan kompetisi hanya akan lebih efektif bila pemerintah berani mendorong BUMN bersaing. Tidak diberi fasilitas khusus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar