Selasa, 14 Mei 2013

Berdoa untuk Mengenal Allah


Manusia tidak mengenal Tuhan, atau tidak bersedia mengenal Tuhan? Tidak ada yang lebih berhak menjawab pertanyaan ini kecuali masing-masing manusia itu sendiri. Tidak ada jawaban yang bersifat umum. Sebelum akhirnya hidup sebagai makhluk sosial, manusia adalah makhluk pribadi. Dan, meski telah menjadi makhluk sosial, toh pada dasarnya manusia tetap makhluk pribadi sehingga Tuhan dan hal-hal tentang Tuhan adalah privasi. 

Manusia bisa belajar mengenal Tuhan dari bagaimana ia menyediakan kata-kata untuk memohon kepadaNya. Dari bagaimana ia berdoa. Jika menggunakan kata-kata umum, contoh-contoh doa yang selama ini telah tersedia -- tanpa mengurangi rasa hormat dan keyakinan atas keberkahan contoh doa-doa itu -- tampaklah bahwa sedekat apa ia dengan Tuhan. Jika ia menyusun kata-katanya sendiri, sebagaimana kata hati dan keadaan yang nyata baginya, maka terlihat betapa ia mendekat dengan keluguannya yang manusiawi.

Allah adalah Pengatur Alam Semesta, dan tentu saja berbicara kepadaNya tak terbatas oleh kata dan bahasa. Dia tak hanya mengerti bahasa tertentu, Dia Maha Mengetahui bahkan segala yang tebersit di hati. Dalam Q.S. Ali Imran: 38, disebutkan bahwa Zakaria menyebut Allah,"Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa," tentu saja, itu bermakna dengan bahasa apa pun doa disampaikan -- bahkan Dia Maha Mengerti apa yang diminta dan dibutuhkan sebelum pendoa itu memohon kepadaNya.

Maka, seharusnya bahasa tak perlu menjadi kendala, demikian kekhawatiran bahwa doa tidak akan didengarkan, pun tidak dikabulkan. Asalkan meyakini bahwa Allah lebih mengetahui mana yang lebih baik bagi kita, maka setiap doa pasti terkabul dalam wujudnya yang paling baik; tidak selalu seperti yang kita inginkan, tapi tak perlu lagi bahwa kenyataan setelah berdoa itulah yang paling kita sesuai dengan yang semestinya kita terima. Jika Muhammad SAW saja berpetuah,"Sebaik-baik doa adalah memuji Allah, Yang Maha Mengatur Alam Semesta," maka doa adalah tentang bagaimana kita bersyukur.

Dalam Q.S. Al Baqarah: 186, Allah berfirman,"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintahKu dan beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." Tidak ada keraguan sedikit pun betapa berdoa kepadaNya adalah salah satu cara paling baik untuk belajar mengenalNya, yang dengan cara ini tampak dengan sendirinya cara kita mengenal diri kita sendiri.

Dari bagaimana seseorang berdoa, ia bisa belajar mengenal hakikatnya sebagai hamba Allah. Sebagaimana diabadikan dalam Q.S. Huud: 47, Nuh AS juga belajar tentang dirinya sendiri dengan berdoa," Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari memohon kepadaMu sesuatu yang aku tiada mengetahui hakikatnya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi". Di ayat sebelumnya, Allah memang memperingatkan,"Janganlah engkau memohon kepadaKu sesuatu yang engkau tidak mengetahui hakikatnya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan".

Doa adalah medium komunikasi yang sangat indah antara hamba dan Tuhan. Sang hamba bersimpuh, bahkan bersujud, mengiba dengan ucapan-ucapan dari bahasa airmata, bahasa bibir gemetar, dan bahasa hati yang berharap-harap cemas; sementara Allah menjawab doa dengan memberi keyakinan, harapan, dan petunjuk untuk melangkah menuju kenyataan atas apa yang sang hamba minta. Dalam Q.S. Al A'raf: 55, Allah berpesan,"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."

Memaknai berdoa sebagai cara untuk bersyukur juga adalah keindahan tersendiri. Kita berdoa kepada Allah bukan memohon agar beban diringankan, namun agar kekuatan ditambahkan. Dalam Q.S. Al Baqarah: 286 Allah sudah menetapkan bahwa Dia tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Segala sesuatu telah ditetapkan sesuai kadar, keadaan, kedudukan, dan kenyataan. Berdoa menjadi cara kita memujiNya dan bersyukur, dan oleh karena kita pandai beryukur maka Allah berjanji akan menambah kenikmatan kepada kita. Bagaimana pun, sebagaimana Q.S. Ar Ra'du: 14,"Hanya bagi Allah-lah hak mengabulkan doa yang benar." []
Candra Malik - pengasuh Kelas Sufi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar