Selasa, 14 Mei 2013

Margaret Thatcher - The Iron Lady


Margaret Thatcher mantan Perdana Menteri Inggris yang terkenal itu meninggal dunia bulan lalu. Rakyat Inggris berkabung atas kepergian salah seorang pemimpin besarnya itu. Thatcher dikenal sebagai: Iron Lady” karena kekerasan sikapnya. Thatcher pernah mengembalikan kejayaan Inggris dibidang politik (Peperangan melawan Argentina di Falkland/ Malvinas) dan dari keterpurukan ekonomi. 

Inggris pernah harus ditolong IMF pada tahun 1976. Nilai talangan terbesar sepanjang masa saat itu. Dan pada keadaan ekonomi hancur seperti itu - buruh tambang batu bara mengadakan mogok nasional, yang melumpuhkan ekonomi Inggris. Pada situasi mogok nasional itu Inggris kerap mengalami pemadaman listrik. Ekonomi menuju kehancuran dan pengangguran meningkat.

Pilihan yang harus dihadapi Perdana Menteri Inggris pada waktu itu dilematis. Pilihan ikut saja pada tuntutan buruh tambang batu bara menyebabkan perekonomian makin terpuruk. Tidak diikuti maka pemerintah harus menghadapi demonstrasi buruh dimana-mana. Kondisi Pemerintah-Buruh mirip di Indonesia saat ini.

Serikat Buruh Tambang Batu Bara - saat itu adalah salah satu serikat buruh terkuat di Inggris, dan mereka menyandera seluruh negeri. Dan sangat jelas, pendekatan Partai Buruh saat itu - terlampau lunak, terutama dalam menghadapi ekonomi Inggris yang nyungsep. Namanya juga Partai Buruh; konstituennya buruh dan serikat buruh. Maka ketika pengangguran meroket; partai ini dianggap gagal. Konsekuensinya kalah pada pemilu berikutnya.

Dari kekalahan Partai Buruh inilah Partai Konservatif mengambil alih. Siapa yang jadi Perdana Menteri? Margaret Thatcher. Dan yang pertama diurusi tentunya Serikat Buruh yang jadi biang gara-gara. Penyelamatan ekonomi harus jadi program prioritas. Pendekatan mengedepankan penyelamatan ekonomi ini yang membuat Margaret Thatcher beroleh julukan: Iron Lady - dari Menhan Uni Soviet. Ia disebut Iron Lady karena berpendirian bahwa ekonomi lebih penting daripada dominasi militer. Mengritik Uni Soviet. Dan ternyata kemudian Thatcher benar. Ekspansi militer Soviet dan budget yang berantakan lah yang membuat Uni Soviet bubar.

Di kemudian waktu, julukan "Wanita Besi" ini yang melekat saat Thatcher secara sistematis melumpuhkan Serikat Buruh Tambang Batu Bara. Selain melumpuhkan serikat buruh batu bara; Thatcher juga melepas banyak perusahaan yang pasca PD II dimiliki oleh Pemerintah Inggris.

Apa saja perusahaan yang dilepas pemerintah Thatcher ke publik? British Petroleum, British Aerospace, British Airways, British Steel, British Raiway, Pabrik Jaguar, dll. Intinya: selain pemerintah dapat duit dari penjualan perusahaan tersebut; juga ada insentif agar perusahaan mencetak laba dan hasilkan pajak. Dan sekarang terasa masuk akal: buat apa sih negara punya pabrik mobil? perusahaan penerbangan? Buat apa punya perusahaan yang merugi? Dan untuk setiap perusahaan yang mencetak laba - akan ada lapangan kerja baru, produk baru dan pasar baru. Ekonomi akan berkembang.

Program privatisasi ini yang kemudian meluas ke berbagai negara: Intinya? Efisiensi ekonomi. Tidak ada lagi perlakukan khusus pada BUMN. BUMN tidak lagi "dilindungi" biarpun merugi. Karena sudah jadi milik publik, mereka pun harus berkompetisi. Tidak lagi jadi beban negara. Dari restrukturisasi ekonomi inilah ekonomi Inggris dapat kembali pulih, dan bahkan sampai Partai Buruh pun mengubah kebijakan ekonominya.

Partai Buruh pendukung penyatuan Inggris dengan Uni Eropa. Partai Konservatif (terutama Thatcher) penentang kerasnya. Dan bila kita melihat bagaimana ruwetnya masalah Ekonomi Uni Eropa. Maka langkah Thatcher soal Uni Eropa juga terbukti benar.

Thatcher kemudian tersingkir pasca kemelut internal partai Konservatif. Tapi yang unik: Partai Buruh Inggris ikut berubah platform ekonomi. Saat Tony Blair jadi PM, Partai Buruh menyebut diri "New Labour" - tidak anti privatisasi dan percaya mekanisme pasar. Ini warisan Thatcher. Jadi, keistimewaan Thatcher justru pada kemampuannya membuat lawan politiknya sekalipun mengadopsi garis kebijakannya. "New Labour is Mrs. Thatcher without Handbag" - Prof. Anthony Giddens.

Manakah yang lebih “Iron Lady” antara Thatcher atau Merkel (Kanselir Jerman sekarang)?. Jelas Thatcher. Masalah yang dihadapi Thatcher waktu itu jauh lebih kompleks.

Untuk dapat gambaran lebih jelas tentang Thatcherism, bisa baca di buku "Commanding Height"-nya Daniel Yergin & Joseph Stanislaw. Bagi yang malas baca buku, bisa juga nonton Video "Commanding Heights" di alamat ini: http://www.pbs.org/wgbh/commandingheights/hi/index.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar