Jumat, 22 Agustus 2014

Tips Ketika Mengambil Kredit Bank

Tulisan ini dibuat karena tampaknya tidak ada pelajaran kepada masyarakat mengenai apa yang harus mereka lakukan sebelum ambil kredit di bank. Pihak bank sendiri sepertinya lebih berkepentingan agar masyarakat tetap bodoh demi kepentingan bisnis mereka. Semoga penjelasan ini bisa menjadi referensi bagi masyarakat yang berniat ambil kredit di bank. Teliti sebelum membeli.

Saat kita mau ambil kredit di bank, banyak diantara kita yang merasa sebagai pihak yang membutuhkan bank. Betul begitu? Jika kita berpikir begitu maka kita sudah kalah sebelum berperang. Jangan heran jika selanjutnya kita akan dipermainkan bank. Yang sesungguhnya terjadi adalah, JUSTRU BANK YANG MEMBUTUHKAN KITA.

Salah satu produk bank adalah 'kredit'. Marketing kredit mereka dikejar target untuk memenuhi target kredit bank tersebut. Bayangkan apa jadinya dengan bank yang tidak mampu menyalurkan kreditnya. Mereka akan kerepotan sendiri karena sumber keuntungan terbesarnya dari sana. Masalahnya jumlah bank yang beroperasi di Indonesia itu banyak sekali. Masing-masing punya target penyaluran kredit sendiri-sendiri. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa sebagai konsumen kita adalah Raja. Sama seperti usaha-usaha lainnya.

Nah, sebelum mengambil kredit di bank. Kita terlebih dahulu harus merubah mindset kita. BANK MEMBUTUHKAN PEMINJAM/DEBITUR. Kenapa kita harus merasa sebagai pihak yang lebih dibutuhkan? Karena dalam proses pengambilan kredit kita akan banyak bernegosiasi. Jangan sekali-sekali menerima begitu saja penawaran atau syarat-syarat yang diberikan pihak bank. Bisa sengsara hidup kita nanti.

Hal selanjutnya yang harus kita lakukan adalah 'Shopping Price'. Carilah informasi kredit dari sebanyak mungkin bank. Jangan sekali-kali terpaku pada satu bank saja. Ingat, konsumen adalah Raja. Cari juga informasi tentang bentuk/model kredit yang paling sesuai dengan kebutuhan kita. Ini penting, Salah ambil produk kredit akan fatal.

Setelah dapat informasi yang cukup, barulah kita menghubungi pihak bank. Lakukan komunikasi layaknya seorang calon konsumen. Tanyakan tentang persyaratan dan tingkat suku bunga dari bank tersebut. Tanyakan pula mengenai metode pengurangan hutang pokok kita. Saat berbicara soal suku bunga, mintalah simulasi BESARAN CICILAN yang harus kita bayar tiap bulan. Bandingkan dengan bank lain. Ini penting karena tingkat suku bunga ternyata tidak selalu identik dengan besar kecilnya bunga cicilan. Jangan terjebak.

Sebagai contoh, kami pernah bandingkan suku bunga Danamon Simpan Pinjam (DSP) dengan Mandiri Syariah (MS). DSP menawarkan bunga 12% sedangkan MS 14%. Logikanya, seharusnya cicilan bunga DSP lebih rendah dibanding MS kan? Kenyataannya tidak demikian. Cicilan bunga MS justru lebih rendah dibanding DSP.

Jadi jangan senang dulu dengan penawaran prosentase bunga yang lebih rendah. Tanyakan berapa cicilan bunga dalam RUPIAH. Ingat! Yang akan kita bayarkan tiap bulannya itu adalah Rupiah, bukan persen. Lalu kenapa bisa demikian? Ternyata mereka gunakan rumus yang berbeda-beda dalam perhitungan bunga. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk mengelabui calon nasabah yang tidak kritis. Jadi selalulah bersikap kritis.

Setelah bicara soal bunga, tanyakan hal-hal lain yang penting seperti berapa besar pinjaman yang bisa diberikan bank untuk jaminan kita. Tanyakan pula bagaimana metode perhitungan pengurangan pokok kredit kita. Ingat! Dalam berkomunikasi dengan bank, jangan terpukau dengan istilah-istilah keren yang dipakai bank. Dibalik istilah-istilah keren tersebut mengandung banyak jebakan. Paksalah pihak bank menggunakan bahasa yang kita pahami. Jika ada yang belum benar-benar kita pahami, jangan malu-malu bertanya.

Perihal pengurangan pokok hutang. Cari tahu benar opsi pelunasan sebagian atau seluruh hutang kita. Untuk yang satu ini banyak bank yang menjebak nasabahnya. Antara lain dengan iming-iming bebas penalty saat pelunasan. Namun saat kita ingin melunasi, ternyata bank mewajibkan kita untuk membayar cicilan sesuai termin kredit kita.

Perhatikan pula apakah kita mudah dalam membebaskan jaminan kita atau tidak? Khusus untuk poin ini, kami ingatkan untuk berhati-hati dengan Bank Mega. Kami sering dapat laporan tentang kelicikan bank ini. Antara lain, nasabah yang ingin melunasi hutangnya ternyata justru dipersulit. Butuh persetujuan dari pusat katanya. Bayangkan! Sejak kapan nasabah membutuhkan persetujuan kantor pusat untuk melunasi hutangnya?

Dalam hal cicilan bunga ini juga ada bank yang berlaku curang. Pinjaman dengan jaminan diperlakukan sama seperti pinjaman tanpa jaminan. Jadi kewajiban cicilan bunga kita selalu sama besarnya sesuai besar pinjaman pokok AWAL kita. Meskipun pokoknya sudah berkurang.

Jangan lupa pula cari informasi mengenai perlakuan bank tersebut terhadap nasabahnya yang terlambat bayar atau gagal bayar. Kita tidak perlu tahu bagaimana perlakuan bank terhadap nasabah yang lancar. Pasti manis dan ramah. Tapi kita perlu apakah bank tersebut taat hukum dalam memperlakukan nasabahnya yang gagal bayar. Ataukah mereka lebih suka menggunakan 'preman' untuk menekan nasabahnya yang bermasalah. Cari tahu pula apakah bank tersebut suka melanggar hukum dengan main sita jaminan atau menggunakan cara-cara sesuai hukum. Jangan lupa cari tahu tentang biaya lain-lain seperti biaya administrasi, profisi, asuransi dan lain-lain.

Setelah semua informasi kita dapatkan, lalu bandingkanlah bank yang satu dengan bank lainnya. Pilih yang sesuai kriteria dan kebutuhan. Ingat! Saat melakukan seleksi ini jangan sekali-kali menggunakan perasaan. Dilarang keras!! Prinsip: Bank yang baik adalah yang paling fair memperlakukan nasabahnya. Jangan tertipu nama besar bank tersebut.

Selanjutnya kita masuk ke proses negosiasi. Semakin kuat negosiasi kita, semakin ringan beban kita nantinya. Ingat, tidak ada yang tidak bisa ditawar. Demikian pula dengan bunga dan biaya-biaya bank. Dalam tahap ini kita boleh mengadu domba satu bank dengan bank yang lain. Gunakan data yang kita punya untuk memenangkan negosiasi. Saran kami, bernegosiasilah sekuat mungkin dari pada kita kesulitan oleh bank nantinya. Bila perlu, adulah bank-bank tersebut agar berkompetisi memberi penawaran terbaik pada kita. Ingat, mereka punya beban target pencapaian kredit.

Setelah memutuskan menyetujui penawaran kredit bank tertentu maka kita bisa melakukan penandatanganan akad kredit. Dalam tahap inipun kita wajib tetap kritis. Meski sudah terjadi proses tawar menawar yang sengit, biasanya bank masih berupaya menyiasati. Inilah alasan mengapa bank tidak pernah memberikan draft perjanjian sebelum acara penanda tanganan akad kredit. Perjanjian yang diberikan mendadak ini sangat berpotensi berbeda isi dengan hasil negosisi kita. Waspadalah! Bacalah setiap pasal atau minta notaris membacakan tiap-tiap pasal dan ayat. Tanyakan apabila ada yang kurang jelas atau tidak cocok. Jangan pernah merasa tidak enak karena menyita waktu mereka. Salah siapa draft perjanjian tidak diberikan pada kita untuk dipelajari?

Jangan segan-segan untuk meminta mereka mengubah isi perjanjian yang tidak sesuai dengan kesepakatan awal. Jangan mau dibodohi. Biasanya pihak bank tidak bersedia mengubah isi perjanjian dengan alasan 'karena sudah sistem'. Jangan terima alasan tersebut. Jika pihak bank bersikukuh untuk tidak mau mengubah isi perjanjian, jangan segan-segan membatalkan kredit kita. Kami pernah lakukan cara tersebut. Kami tinggal proses akad kredit karena tidak sesuai perjanjian awal. Nyatanya besoknya bank mau mengubah juga.

Selain hal-hal diatas, kami perlu ingatkan pula kepada masyarakat untuk tidak memberikan lebih dari satu jaminan pada setiap kredit. Biasanya bank akan merayu-rayu nasabah yang bagus agar menambah kreditnya dengan memberikan jaminan tambahan. Jangan sekali-kali lakukan itu!! Dengan memberikan lebih dari satu jaminan pada satu kredit maka kita akan tidak punya exit strategy. Apabila terjadi masalah pada kondisi keuangan kita, maka kita tidak akan bisa punya pilihan untuk menentukan aset mana yang bisa diselamatkan. Satu-satunya pilihan kita adalah membereskan seluruh hutang atau kita akan kehilangan seluruh aset.

Akan berbeda ceritanya jika kita menjaminkan aset kita di kredit yang berbeda atau pada bank yang berbeda. Saat kita menghadapi kesulitan finansial, maka kita bisa memilih aset yang mana yang akan diselamatkan dan yang mana yang bisa diikhlaskan.

Ingatlah, dunia itu berputar. Jangan pernah merasa kita akan berada diatas terus. Lebih bijak sedia payung sebelum hujan. Sekali lagi kami ingatkan untuk tidak gunakan perasaan saat berhubungan dengan bank. Merekapun tidak akan berperasaan saat kita gagal bayar.

Sekian dan semoga menambah wawasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar