Jumat, 22 Agustus 2014

"Din" Islam : Antara Agama dan Spiritualitas

Uraian ringkas untuk menunjukkan bahwa agama tak pernah bisa dilepaskan dari spiritualitas. Tanpa spiritualitas agama tak punya makna, malah bisa jadi bencana. “Religion is a guy in church thinking about fishing. Spirituality is a guy out fishing thinking about God." John Fischer. J

Jika agama hanya institusi legal-politik formal. "Din" dalam Islam justru mulai dari perjanjian primordial (ruh) manusia dengan Tuhan. Saat manusia masih di alam prakelahiran, Allah mengajari:"'Bukankah Aku Rabb (Sumber dan Pemelihara-hidup) mu?' Kata mereka: 'Benar!'" (QS 7:172).

"Saat sempurna sudah penciptaan fisik manusia, Kutiupkan ke dalamnya bagian RuhKu" (QS 38:72). Inilah esensi kemanusiaannya: makhluk ruhani.

"Hadapkan wajahmu lurus-lurus kepada 'din',' fitrah Allah yang atasnya manusia diciptakan.." (30:30) "Din" = fitrahNya = CelupanNya (2:13) = Unsur ruh ilahi.

"Daging (kurban) tak se-kali2 sampai kepadaNya, ketakwaan yang sampai" (22:37). Yang bermakna hanya kesadaran keilahian yang ruhani, bukan sekadar ritus.

"Din" dalam ayat-ayat lain selalu dikaitkan dengan keterikatan (penghambaan) manusia (109:8) dengan dan kesetiaannya (kepasrahan) kepada Allah Yang Esa (3:19).

"Sebenarnya bukan mata itu yang buta. Yang buta adalah hati yang di dalam dada"(QS 22:46). Hati, lokus ruh, adalah dasar hubungan manusia dengan Yang Ilahi.

"Berkata Arab badui:'Kami beriman' ... Katakanlah: 'Kami telah tunduk', karena iman belum masuk ke dalam hatimu."

Beragama, menurut Islam, adalah urusan hati, ruhani. Betapa pun terkait etika, hukum, politik dan soal2 profan lainnya, puncaknya selalu ruhani. Agama tak pernah bisa dilepaskan dari keruhaniahan (spiritualitas). Agama tanpa spiritualitas bukanlah agama, hanya simbol-simbol tanpa makna. Gambar pohon bukanlah pohon. Artificial intelligence, secanggih apa pun, bukanlah manusia - beragama mesti libatkan khusyuk, kehadiran hati.

Tak sedikit orang yang beragama, tapi tak sampai ke dalam hati. Kata Nabi:"... di antara umatku ada yang membaca al-Quran tapi bacaan mereka tak sampai melewati tenggorokan. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya" (HR Muslim).

Mereka hanya tunduk kepadaNya seperti budak, yang bertindak cuma oleh ketundukan dan ketakutan, tanpa keterpesonaan dan keintiman. Islam hukum, tanpa cinta.

Menurut salah satu bagian hadis riwayat Muslim di atas: "... mereka membunuh sesama Muslim dan membiarkan para penyembah berhala (materialisme)."

Allah, selain Kebenaran dan Keadilan (Al-Haq/Al-'Adl) adalah Kebaikan dan Keindahan (Al-Khayr/Al-Jamal). Bahkan yang belakangan menaklukkan yang terdahulu.

Pun demikian akhlak Nabi. Juga ciri utama ajaran Islam. Puncak semuanya adalah akhlak cinta, kasih-sayang dan keindahan. Semuanya urusan ruhani.



Tak ada jalan lain, spiritualitas harus dikembalikan kepada agama, thariqah kepada syariah, batin kepada lahir, dan cinta kepada ketundukan ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar