Selasa, 07 Oktober 2014

Kelompok Aliran Dalam Islam (8)

NU dan Tradisi Islam di Indonesia

NU adalah singkatan dari Nahdlatul Ulama yang didirikan pada tahun 1926. NU itu menganut paham aswaja (ahlus sunnah wal jama’ah), meskipun sesungguhnya kaum muslimin Indonesia itu sebagian besar/mayoritas adalah ahlus sunnah wal jama’ah. Apakah dia NU, Muhammadiyah, Persis, dll, semuanya itu adalah ahlus sunnah waljama’ah atau disebut Suni. Bedanya adalah bahwa ahlus sunnah waljama’ah NU disebut aswaja dengan 3 prinsip dasar.

Pertama, mengikuti paham atau teologi As’ariyah. Kedua, mengikuti fikih mazhab yang empat dengan penekanan khusus pada mazhab Safi’i. Ketiga, mengikuti tasawuf Ghazalian atau tasawuf Imam Al-Ghazali, tasawuf akhlaqi dan amali ataupun tarekad-tarekad mu’tabarah, yang sudah sahih dan valid.

NU ini sering disebut orang sebagai representasi dari tradisi Islam. Islam tradisional atau Islam tradisi. Apa yang dimaksud dengan Islam tradisi yaitu Islam yang memang sudah terbentuk menjadi sebuah tradisi sejak dari zaman Nabi Muhammad SAW, para sahabat, tabi’in, ulama-ulama sesudahnya sampai kemasa sekarang ini. Oleh karena itu tradisi NU itu sesungguhnya sangat kaya, karena banyak sekali sumbernya sejak zaman nabi, para sahabat sampai generasi berikutnya yang menghasilkan berbagai keputusan, ijma (kesepakatan), ijtihad, yang memudian dituliskan didalam kitab-kitab standar yang di Indonesia kita kenal sebagai kitab kuning. Jadi NU menganut tradisi kitab kuning yang menjadi sumber pemikiran.

Selain kitab kuning, NU juga sangat mendasarkan pada pemikiran ulama-ulama masa lalu. Makanya kemudian tidak mengherankan kalau kemudian NU mengikuti paham As’ariah. Walaupun kadang-kadang orang mengeritik paham As’ariyah ini sebagai terlalu menyerah kepada takdir dan menganggap penekanan yang berlebihan kepada takdir membuat umat Islam mundur. Tapi sekali lagi inilah tradisi NU yang sangat kaya dengan berbagai macam tradisi dan juga dikenal sangat akomodatif didalam tradisi lokal.

Selain itu NU ini juga sering dikaitkan atau diasosiasikan dengan pesantren. Pesantren-pesantren yang umumnya dimiliki oleh para kiyai NU. Pesantren-pesantren ini punya tradisi yang sudah lama dan sangat panjang. Pesantren ini mempunyai peran yang sangat penting. Pertama untuk meneruskan atau mentransmisikan paham ‘ahlul sunnah waljamaah’ yang diteruskan melalui pesantren. Kedua, pesantren itu melakukan reproduksi ulama, yaitu melahirkan calon-calon ulama. Oleh karena itu kalau kita lihat sepanjang sejarahnya, ulama-ulama besar yang pertama kali muncul di pulau Jawa, umumnya muncul dari pesantren, dengan tradisi aswaja. Kiyai-kiyai yang bergerak bukan hanya dalam pengelolaan pesantren, tetapi juga mengembangkan pemikiran dan tradisi, sembari mempertahankan tradisi aswaja itu sendiri.

Salah satu kelebihan dari tradisi pesantren yang dikembangkan oleh para kiyai NU ini adalah kemampuan untuk beradaptasi, menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Bisa mengembangkan pendidikan secara bertahap, sambil pelan-pelan juga mengadopsi pendidikan modern, tapi pada saat yang sama tetap menekankan pada tafaqquh fiddin, yaitu mendalami/mempelajari ilmu agama. Sehingga kemudian, kita bisa berharap pesantren akan tetap melahirkan para ulama, karena lembaga-lembaga pendidikan yang lain tidak/sangat sedikit menghasilkan calon-calon ulama.

Oleh karena itulah tradisi pesantren yang berada didalam lingkupan tradisi NU harus kita pelihara, kembangkan, berdayakan, sehingga pesantren bisa menjadi budaya Islam Indonesia yang terus berkesinambungan, tidak hanya dimasa silam, hari ini, tapi juga kemasa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar