Selasa, 07 Oktober 2014

Kolesterol & CHD (Coronary Heart Disease)


Kolesterol merupakan topik yang menarik untuk dibahas. Kita sering mendengar ada ahli yang bilang bahwa lemak itu ada dua jenis, lemak baik dan lemak jahat. Sebenarnya tak ada lemak yang baik atau jahat itu. Kalau yang bilang pabrik minyak goreng sih bisa dimaklumi, namanya juga iklan minyak goreng…LOL.

Semua jenis lemak darah diperlukan dalam jumlah tertentu, tidak kelebihan tidak kekurangan. Jadi, dalam darah kita ada beberapa jenis lemak yang memang harus ada, diperlukan untuk metabolisme tubuh kita, supaya kita tetap hidup. Masalah akan timbul kalau salah satu atau benerapa jenis lemak dalam darah kita itu kadarnya kurang atau lebih dari batas-batas yang diperlukan. Memang kalau dibandingkan, masalah kelebihan lemak jauh lebih banyak ketimbang yang kekurangan lemak dalam darah, tapi ya sama-sama bermasalah.

Kelebihan lemak darah disebut hiperlipidemi, kekurangan lemak darah disebut hipolipidemi, dua-duanya menimbulkan masalah. Tapi istilah hiperlipidemia tidak jelas menunjukan kadar lemak darah jenis mana yang meningkat. Karena kolestrol dan trigliserida juga jenis lemak darah. Pada kenyataannya sering didapati beberapa jenis lemak darah meningkat jumlahnya, jenis yang lain malah turun ini disebut dislipidemi. Jadi, istilah hiperlipidemia dapat digunakan untuk menyatakan tingginya kadar salah satu kolestrol atau trigliserida dalam darah, atau keduanya.

Hiperkolesterolemia primer disebabkan faktor genetik, yang sekunder karena penyakit yang mengakibatkan komplikasi naiknya kadar kolesterol darah. Pada penderita hiperkolesteloremia primer, karena genetik, maka kecenderungannya keadaan itu akan selalu ada, perlu konsumsi obat-obatan permanen. Sedangkan hiperkolesterolemia sekunder, keadaan akan membaik jika under laying disease (penyakit penyebab) nya diobati.

Mekanisme pengangkutan dan penyerapan kolesterol dalam tubuh dikendalikan oleh beberapa protein, diantaranya: apo-B dan reseptor-LDL. Faktor genetik yang bisa dijumpai pada hiperkolesterolemia adalah kelainan reseptor-LDL di dinding sel, sehingga lebih banyak LDL yang beredar dalam darah. Sering didapati, penderita hiperkolesterolemia keturunan ini ada riwayat anggota keluarganya menderita penyakit jantung koroner di usia muda. Jumlah reseptor-LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer alias keturunan ini hanya separuh dari jumlah yang dimiliki orang normal.

Secara ringkas hiperkolesterolemia primer (genetik) dapat berupa: 1) ada satu gen rusak, 2) variasi pada gen plus konsumsi makanan yang tinggi lemak.

Sedang sebab hiperkolesterolemia sekunder: 1) diabetes melitus, 2) obesitas, 3) alkoholism, 4) hipothyroidsm, 5) liver disease, 6) kidney disease.

Sebab-sebab lain dari hiperkolesterolemia sekunder adalah obat-obatan misal: roaccutan (obat jerawat), diuretik jenis tiazid, beta blocker, dll.

Resiko terjadinya penyakit jantung koroner pada penderita hiperkolesterolemia keturunan (primer) jelas lebih tinggi dari orang normal. Sekitar 50% penderita hiperkolesterolemia primer ini mati sebelum usia 60 tahun! Kecuali bila kadar kolesterol darahnya bisa terkontrol. Untuk mengontrol/ menurunkan kadar kolesterol darah yang tinggi digunakan obat-obatan, mengatur gaya hidup dan pola makan yang lebih sehat.

Kadar kolesterol darah rata-rata orang Indonesia sekitar 200mg/dl, angka ini mungkin saja salah. Tergantung lembaga surveynya.. LOL. Paling tidak ada 20% orang Indonesia yang mempunyai kadar kolesterol darah diatas 200mg/dl. Hal ini punya konsekwensi yang tidak ringan.

Semakin tinggi kadar kolesterol seseorang di atas rata-rata, semakin tinggi juga resiko CHD (coronary heart disease) alias penyakit jantung coroner. Resiko terkena CHD meningkat 2x lipat ketika kadar kolesterol darah meningkat dari 200 ke 250mg/dl, dan jadi 3x lipat kalau naik ke 300. Dengan demikian, resiko kematian akibat serangan jantung relatif meningkat 2x lipat bila kadar kolesterol seseorang naik jadi 250 dari 200mg/dl.

Mengingat resiko tersebut, maka akan sangat baik kalau kadar kolesterol darah berada dibawah 200mg/dl. Lha dari pada gampang mati. Tapi hal yang juga perlu diingat adalah kadar kolesterol yang tinggi bukanlah satu-satunya faktor yang meningkatkan resiko CHD (jantung koroner). Diabetes melitus, hipertensi, obesitas (kegemukan), kebiasaan merokok, pola makan yang buruk juga meningkatkan resiko penyakit jantung koroner.

Meskipun demikian, penurunan kadar kolesterol darah dapat mencegah penyakit jantung dan meningkatkan harapan hidup. Prinsip-prinsip umum untuk menurunkan kadar kolesterol: 1) turunkan berat badan yang berlebihan, 2) diet rendah kalori.

Obat yang bisa dipakai untuk menurunkan hiperkolesterolemia antara lain golongan: statin, fibrat, resin, asam nikotinat dan penghambat penyerapan kolesterol. Kemampuan fibrat dalam menurunkan kolesterol lebih kecil jika dibandingkan dengan statin. Tapi fibrat lebih efektif menurunkan trigliserida.

Obat-obat golongan fibrat bekerja dengan cara mengurangi kecepatan produksi partikel yang kaya lipoprotein sekaligus meningkatkan kecepatan pembuangannya. Fibrat juga berefek meningkatkan kadar kolesterol HDL dalam darah.

Biasanya tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul. Fibrat dapat menurunkan kadar kolesterol LDL hingga 18%. Untuk kadar kolesterol yang terlalu tinggi, dapat dikombinasi dengan pemberian golongan statin.

Efek samping obat-obat gol. fibrat yang bisa timbul: rasa mual dan kembung, timbul ruam merah di kulit, impotensi (tapi sangat jarang). Efek Samping obat-obat golongan statin yang bisa muncul adalah radang otot, dan radang otot ini bisa lebih parah jika statin dikombinasi dengan fibrat. HRT (hormon replacement therapy), dari penelitian: tidak ada manfaat yang signifikan untuk perlindungan terhadap resiko CHD. Beda dengan dugaan semula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar