Selasa, 07 Oktober 2014

Kelompok Aliran Dalam Islam (9)


Islam with Smiling Face

Saya senang melihat masyarakat muslim dalam pendekatan komparatif. Kalau kita lihat dalam konteks perbandingan antara Islam di Indonesia dengan Islam ditempat-tempat lain, maka Islam Indonesia secara umum bisa dikatakan Islam yang sangat toleran, damai dan menekankan pada kerukunan diantara berbagai warga yang berbeda. Memang ada konflik disana-sini seperti ada kekerasan terhadap warga Ahmadiyah, Syiah, yang memang harus diwaspadai dan konflik-konflik seperti itu harus kita cermati atau cegah, tapi adanya konflik-konflik seperti itu tidak mengubah anggapan bahwa Islam Indonesia adalah Islam yang toleran. Islam yang beberapa tahun lalu oleh majalah newsweek sebagai Islam with smiling face, Islam yang dengan wajah penuh senyuman, yang tidak mudah ditemukan ditempat-tempat lain.

Kalau kita berkeliling ke berbagai tempat di Timur Tengah, wajah Islam itu disana penuh dengan kontestasi atau persaingan, bahkan juga mungkin dengan kesangaran. Untuk itu kita beruntung sekali yang lahir sebagai kaum muslimin Indonesia yang mewarisi Islam Indonesia yang toleran itu.

Apa sesungguhnya yang menjadi akar Islam yang toleran itu? Terkait dengan proses penyebaran dan Islamisasi Islam Indonesia yang mulai berlangsung sejak akhir abad 12 dan terus berlanjut pada abad-abad selanjutnya. Dalam penelitian/ kajian saya selama bertahun-tahun, Islam Indonesia yang toleran itu berkaitan erat dengan kenyataan bahwa Islam itu dibawa ke Indonesia terutama oleh para guru sufi pengembara. Kalau kita lihat sumber-sumber sejarah lokal, itu jelas sekali Islam itu dibawa oleh para guru pengembara. Jadi bukan oleh pedagang yang disebutkan datang dari Gujarat, karena teori ini tidak didukung oleh bukti-bukti yang memadai dan kuat. Sebaliknya teori yang saya sebut dengan Sufi Theory jelas sekali menunjukan bahwa para guru sufi pengembara inilah yang membawa Islam dari satu tempat ketempat yang lain, memperkenalkan Islam, mengajak penguasa lokal untuk mengucapkan dua kalimah syahadat, dst.

Islam yang diperkenalkan oleh para guru sufi pengembara ini contoh tipikalnya yang paling terkenal adalah Wali Songo yang menyebarkan Islam di pulau Jawa. Karakter yang paling penting dari Wali Songo ini adalah sikap akomodatif mereka. Bagi mereka, yang paling penting masuk Islam dulu, ucapkan dua kalimah syahadat dulu. Pada saat yang sama menerima praktek-praktek yang lama, praktek-praktek tradisional, bahkan juga mungkin kepercayaan-kepercayaan lokal. Semua itu di akomodasi, karena memang sesuai dengan karakter sufi/tasawuf, guru-guru sufi ini memang sangat inklusif dan akomodatif, dan oleh karena itu bagi mereka yang paling penting Islam dikenal. Nanti dalam prosesnya Islam itu akan diterima oleh masyarakat. Jadi inilah akar-akar kenapa Islam Indonesia itu inklusif, toleran, sehingga kemudian Islam itu lebih mudah diterima oleh masyarakat lokal pada waktu itu.

Inilah ciri khas karakter Islam Nusantara yang memang toleran yang sekali lagi harus kita lihat dalam skala perbandingan dengan di negeri-negeri yang lain, seperti yang kita lihat di Timur Tengah, dimana Islam itu sering tampil sangar dan kurang toleran. Oleh karena itu warisan Islam yang toleran ini harus kita pelihara, harus kita jaga, harus kita perkuat, sehingga dengan demikian Islam Indonesia ini tetap tampil sebagai Islam with smiling face, Islam yang penuh dengan senyuman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar