Selasa, 07 Oktober 2014

Kelompok Aliran Dalam Islam (5)

Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir di dirikan oleh Taqiyuddin an Nabhani yang pada awalnya adalah murid Hasan Al Banna. Hasan Al Banna adalah pendiri Ikhwanul Muslimin. Untuk mengenal Ikhwanul Muslimin bisa di baca di tulisan sebelumnya.

Dalam struktur Ikhwanul Muslimin ada lembaga bernama Tandhimul Jihad. Yaitu institusi jihad yang sangat rahasia. Tandhimul Jihad ini ikut perang melawan israel. Ketika perang Arab Israel 1948. Arab kalah dan negara Israel berdiri. Tandhimul Jihad pun kembali ke Mesir. Nah, Taqiyuddin an Nabhani adalah anggota Tandhimul Jihad. Ketika Hasan Al-Banna meninggal karena ditembak Pada 1949. Taqiyuddin terus berkampanye pada kelompoknya di Syria, Libanon dan Yordania. Tandhimul Jihad diambil alih Sayyid Quthub,

Sayid Quthub lalu mendatangi Taqiyuddin an Nabhani agar secara ideologi tetap di Ikhwanul Muslimin. Tapi Taqiyuddin menolak karena ia beranggapan bahwa Ikhwanul Muslimin sudah masuk lingkaran jahiliyah. Karena perbedaan arah dan perjuangan itulah, maka Taqiyuddin An Nabhani keluar dari Ikhwanul Muslimin dan mendirikan Hizbut Tahrir. Perbedaannya adalah penolakannya terhadap konsep Demokrasi serta tekanannya terhadap paham kekhalifahan.

Hizbut Tahrir mengusung ide Pan-Islamisme yang bertujuan mengembalikan supremasi Islam pada abad pertengahan. Dalam bentuk mendirikan pemerintah Islam secara internasional, sistem kekhalifahan. Jaringan Hizbut Tahrir bersifat internasional. Setiap negara mempunyai wakil representasinya. Wilayah pengembangan utama Hizbut Tahrir adalah negara-negara Asia tengah seperti Uzbekistan, Tajikistan, Kazakhstan. Di samping itu Hizbut Tahrir juga kuat di Asia Selatan, terutama Bangladesh dan Pakistan.

Bagaimana Hizbut Tahrir bisa masuk ke Indonesia? Di sinyalir ide-ide Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia sejak 1972 dan berkembang secara lamban dari halaqah-halaqah. Dan menjadi intensif ketika Abdurahman Albagdadi, seorang aktivis Hizbut Tahrir dari Australia menetap di Bogor pada sekitar 1982-1983.

Tujuan Albaghdadi awalnya semata untuk membantu mengajar di pesantren Al Ghazali Bogor. Saat itulah, Abdurahman Albagdadi mulai berinteraksi dengan para aktivis masjid kampus dari Mesjid Al-Ghifari, IPB Bogor. Dari sini para aktivis kampus inilah yang mulai menyebarkan gagasan HT. Melalui jaringan LDK sampai menyebar ke kampus-kampus di luar Bogor. Hasil didikan Albaghdadi diantaranya adalah Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia.

Di Indonesia Hizbut Tahrir kini berkembang cukup pesat. Bahkan Indonesia telah menjadi simpul gerakan Hizbut Tahrir di Asia Tenggara. Perlu di ketahui, metode perjuangan yang di pakai Hizbut Tahrir melalui 3 tahap kaderisasi, sosialisasi dan merebut kekuasaan. Saat ini Hizbut Tahrir Indonesia sedang berada dalam tahap konsolidasi (marhalah tafa'ul ma'a al ummah). Namun Thalabun Nusrah (mencari dukungan, pertolongan) sebagai salah satu ciri perjuangan HTI tahap kedua, sedang di praktekkan di Indonesia. Mendekati politisi, pemegang kekuasaan, militer, tokoh agama dalam rangka melancarkan coup de etat damai (revolusi damai).

Di gelarnya konferensi khilafah di berbagai daerah termasuk di Jakarta beberapa waktu lalu, sebagai aksi show of force di Indonesia. Organisasi ini memproklamirkan diri sebagai partai politik yang berideologi Islam namun menolak bergabung dengan sistem yang ada. Penolakan ini merupakan bentuk baku dari HT internasional. Bagi Hizbut Tahrir ideologi yang benar adalah yang di kontruksi dari Islam. Dan bentuk negara yang senapas dengan Islam, menurut Hizbut Tahrir hanyalah Daulah Khilafah Islamiyah.

Meski dalam jangka panjang HTI bercita-cita mewujudkan imperium Islam dalam kerangka Daulah Khilafah Islamiyah. Sejauh ini HTI menggunakan ideologi itu sebatas sebagai paradigma kritik. Meskipun demikian perkembangannya harus di waspadai karena HTI memiliki agresivitas dalam rekruitmen dan propaganda. Apalagi dalam sejarahnya Hizbut Tahrir juga pernah terlibat KUDETA di negara-negara Timur Tengah.

Hizbut Tahrir pernah melakukan penyusupan ketubuh Militer Yordania pada tahun 1969 dalam upaya menggulingkan kekuasaan (kudeta) Raja Husen. Sehingga sebagian anggota Hizbut Tahrir diajukan ke pengadilan dan dihukum mati. Sampai sekarang Hizbut Tahrir masih menjadi organisasi terlarang di Yordania. Hal yang sama dilakukan pada tahun 1971. Penyusupan ke tubuh militer oleh Hizbut Tahrir juga dilakukan di Irak pada tahun 1972. Usaha kudeta ini mengalami kegagalan.

Sejumlah upaya kudeta dan pembunuhan politik di Mesir, Jordania, Tunisia, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya pada dekade 1970-an ditengarai melibatkan aktivis Hizbut Tahrir. Kudeta di Mesir tahun 1974 yang melibatkan Salih Sirriyah dan pembunuhan Anwar Saddat 1984, diduga melibatkan aktivis Hizbut Tahrir. Kegagalan berturut-turut dalam sejumlah perebutan kekuasaan tersebut menyebabkan perkembangan gerakan HT semakin menurun di Timur Tengah. Namun, Hizbut Tahrir tampaknya bersikukuh dengan garis politiknya untuk bergerak. Metode perjuangan tidak boleh dikompromikan.

Situasi Hizbut Tahrir di Timur Tengah yang bergerak secara underground berbeda dengan Hizbut Tahrir di Indonesia yang bergerak secara leluasa. Saat ini, sasaran 'dakwah' HTI adalah masjid-masjid di sekolah, rumah sakit, kampus, bahkan masjid jami' kabupaten. Hizbut Tahrir memang tidak merubah tatacara ibadah di masjid tersebut, tapi menginfiltrasi dengan ide-ide 'makar' terhadap NKRI.

Anehnya, beberapa kali aktivis Hizbut Tahrir seperti Felixsiauw bisa mengisi progam acara di TVRI. HTI yang nyata-nyata menolak nasionalisme menyelenggarakan konferensi khilafah di Gelora Bung Karno bahkan di tayangkan TVRI.

Ini sebenarnya juga terjadi di daerah-daerah, Tema-nya mencari format kepemimpinan umat. isinya mengajak menolak demokrasi. Bahkan HTI pernah mengadakan acara di gedung-gedung milik Pemerintah. Modusnya peringatan hari besar Islam tapi isinya mengajak Khilafah. Sekian dulu, nanti saya juga ingin membahas kembali tentang Salafi Sejati menurut Muhammad Abduh, dan juga 2 ormas islam terbesar di Indonesia: Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar