Kamis, 24 Oktober 2013

Carut Marut Ujian Nasional (UN) Hastina.


Carut marut masalah pendidikan, khususnya penyelenggaraan ujian penghabisan atau UN, tidak saja di alami di Indonesia saja. Di dunia wayang juga pernah terjadi kekisruhan yang luar biasa di kerajaan Hastina. Saat pendadaran atau ujian murid Sokolimo.

Drestarastra, orang tua para Kurawa, ingin melihat standar intelektual para Kurawa dan Pandawa, setelah 3 tahun diajar Durno. Dengan sudah diglontorkan anggaran kepeng milyaran, wajar bila Drestaratra ingin melihat hasil pendidikan anak-anaknya bagus. Maka ditunjuklah sengkuni sebagai ketua pelaksana ujian pendadaran Sukolimo. Dan sekaligus sebagai penanggung jawab penddikan para Kurawa.

Materi ujian bagi para satria Kurawa dan Pandawa di bagi tahapan, uji ilmu udo negoro atau tata negara, olah senjata, tangan kosong. Kecerdasan, ketrampilan serta ketangguhan para satria Kurawa dan Pandawa akan diuji oleh pandito Durno.

Sebetulnya Sengkuni sudah tahu akan kualitas pendidikan keponakannya para satria Kurawa, yang berjumlah 100. Dibawah standar. Dibandingkan dengan para Pandawa yang berjumlah 5, kecerdasan dan kesaktiannya lebih bagus, kalau dibandingkan Kurawa.

Untuk mensiasati para Kurawa agar lebih unggul hasil ujiannya dibandingkan para Pandawa, Sengkuni menghalalkan segala cara. Diantaranya bahan ujian, dibocorkan kepada Kurawa. Sehingga para kurawa akan lebih bagus hasil ujiannya dibandingkan pandawa.

Sedangkan untuk mensiasati, uji kesaktian adu senjata panah, Sengkuni mengirim Joki anak kusir Adirata, yang bernama Karna. Tugas Karna, diminta sengkuni untuk mengaku sebagai member of Kurawa dan menandingi Harjuno dalam adu ujian panah dan pusaka lainnya.

Rupanya pamong Pandawa, Semar tahu kalau ujian pendadaran murid Sokolimo, Pandawa dan Kurawa, amburadul dan penuh kecurangan. Sengkuni, hanya cengar cengir menghadapi tudingan pamong semar, malah menawarkan ujian ulang untuk tahapan ujian tata negara,

Yamawidura, adik Drestarastra malah bicara keras lagi, Sengkuni harus lengser dari jabatan petinggi Hastina, sebagai tanggung jawab. Sebagai paman dari Kurawa dan Pandawa, Yamawidura mengusulkan, kalau ujian UN Hastina batal demi hukum , karena sudah bocor.

Karena kurang profesionalnya Sengkuni, sebagai penanggung jawab UN Hastina, dan bukan kesalahan murid peserta UN, maka diluluskan semua. Dan Yamawiduro minta Sengkuni, segera mengundurkan diri, dari jabatan patih Hastina dan penanggung jawab pendidikan Hastina. Dasar Sengkuni patih julig tidak tahu malu, bukannya menyesal dengan carut marut UN di Hastina, malah menyalahkan pandito Durno.

Durnopun tidak mau disalahkan. Menurutnya, profesi guru itu ibarat bapak among tani yang menyemai benih padi di sawah. Subur tidaknya tanaman padi, tergantung pada tanah sawah atau lingkungan. Maka kalau lingkungan Kurawa dekat Sengkuni akan rusak. Para kurawa rusak moralnya dan bejat kelakuannya, karena berada pada lingkungan Sengkuni.

Apakah amburadulnya proses UN kita saat ini, karena disebabkan lingkungan penanggung jawab pendidikan, sudah kena pengaruh Sengkuni. Demikian ocehan ki dalang, tentang carut marutnya ujian Nasional UN di Hastina, karena perilaku busuk Sengkuni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar