Senin, 13 April 2015

Genom Monogami/ Poligami


Laki-laki menunjukkan kecenderungan perilaku yang bervariasi, spektrunnya ada di antara poligamis total sampai monogamis total. Variasinya banyak. Keragaman perilaku laki-laki tersebut dipengaruhi gen dan hormon. Ada satu gen yang menentukan jenis reseptor vasopresin di otak: gen monogami.

Tikus padang rumput yang punya gen monogami ternyata memiliki lebih banyak reseptor vasopresin ini dibandingkan dengan tikus gunung. Alhasil, tikus padang rumput lebih peka terhadap efek membentuk ikatan dengan pasangan tetap, yang ditimbulkan oleh vasopresin di otaknya. Dan ketika periset menyuntikkan gen monogami ke dalam otak tikus-tikus gunung, terjadi perubahan perilaku tikus-tikus doyan cewek itu dalam berpasangan. Setelah disuntik gen monogami, para tikus gunung jantan yang biasanya suka ganti-ganti pasangan berubah jadi “bapak rumahan” yang setia kepada pasangan.

Tikus-tikus jantan yang mempunyai gen reseptor vasopresin lebih panjang, memperlihatkan sifat lebih monogamis. Tikus-tikus jantan yang memiliki gen monogami ini menghabiskan lebih banyak waktu untuk merawat dan menjilati anak-anaknya. Tikus dengan gen monogami juga menunjukkan kesetiaan yang lebih tinggi terhadap pasangan, meskipun diberi kesempatan untuk lari dengan betina muda yang lebih genit. Pejantan dengan gen vasopresin terpanjang merupakan pasangan, juga bapak yang paling bisa diandalkan dan dipercaya.

Dalam genom manusia, gen vasopresin sedikitnya ada 17 variasi ukuran panjang. Lebih panjang gen ini kecenderungan untuk monogami makin tinggi. Jadi, seharusnya, perempuan lebih memperhatikan panjang gen vasopresin ini ketimbang panjang apa pun yang lain dalam hal cari pasangan…LOL.

Bisa jadi satu saat nanti akan dijual bebas suatu alat uji untuk mengetahui berapa panjang gen monogami seorang laki-laki. Layaknya tes kehamilan. Dengan demikian, seorang perempuan bisa yakin mendapatkan laki-laki cenderung monogamis, kalau memang perempuan tersebut menghendaki kehidupan monogami.

Jadi, kecenderungan monogami laki-laki pada batas tertentu sudah ditentukan sebelumnya dan bakat ini diturunkan secara genetis kepada generasi berikutnya. Sangat mungkin, para bapak yang penuh pengabdian dan para kekasih yang setia sudah terlahir begitu, bukan dibentuk oleh teladan dari orang tuanya.

Pada dua jenis spesies primata, simpanze dan bonobo, panjang gen monogami juga didapatkan berbeda. Sebanding dengan perilaku sosial mereka. Simpanze merupakan primata yang memiliki gen monogami lebih pendek. Mereka hidup dalam masyarakat patriakal yang suka menyerang kelompok tetangganya. Sebaliknya bonobo diatur oleh hirarki betina dan mengukuhkan setiap interaksi sosial dengan sedikit sentuhan seksual. Bonobo cinta damai. Sifat bonobo sangat sosial dan memiliki gen monogami yg panjang. Jenis gen monogami manusia lebih mirip dg gen bonobo ketimbang simpanze.

Jadi mayoritas spesies manusia membawa sifat genetik lebih cenderung untuk memilih monogami dan bersosial tinggi. Ya kecuali orang-orang tertentu. Orang-orang yang punya gen vasopresin lebih panjang, secara sosial akan lebih perduli ketimbang yang gen nya ini pendek. Pada manusia gen monogami ini didapati lebih pendek pada penyandang suatu kondisi cacat sosial yang berat, misalnya pada seorang psikopat.

Perbedaan perilaku berkomitmen kepada pasangan, sangat erat hubungannya dengan perbedaan dalam hormonal dan ukuran gen monogami kita masing-masing. Pada perempuan ada keadaan mendasar yang sangat berbeda. Para perempuan, pada umumnya hanya bisa mempunyai satu anak setiap sembilan bulan. Karena itu, perempuan cenderung ingin membentuk persekutuan yang setia dengan laki-laki yang akan membantu membesarkan anaknya tersebut.

Tapi pertentangan antar gen dan pertentangan antar hormon, membuat kehidupan nyata menjadi sangat rumit dan bervariasi. Jadi, walaupun bukan menjadi kecenderungan umum, kita sekarang juga mendapati bahwa perempuan juga bisa menghianati pasangannya. Contoh: saintis menemukan bahwa ada burung-burung betina dari spesies yang monogamis ‘berselingkuh’ untuk mendapatkan gen-gen terbaik bagi anak-anak mereka. Ahli-ahli evolusi sudah sejak lama menduga bahwa ‘selingkuh’ yang terjadi pada burung gereja dan ayam jantan seperti yang terjadi pada manusia.

Jadi, apakah manusia cenderung monogami atau poligami? Jawabannya tergantung seberapa panjang gen vasoprein masing-masing individu tersebut. Secara genetik, seperti bonobo, pada umumnya manusia cenderung monogami dan sosial, kalau ada yang poligamis dan asosial, itu perkecualian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar