Kamis, 13 November 2014

Agama Di Amerika & Eropa (2)


Perilaku Keagamaan Masyarakat Amerika dan Eropa

Sebelum ini saya telah sampaikan pembahasan tentang agama di Amerika. Saya ingin lanjutkan, namun lebih menyoroti perbedaan perilaku keagamaan masyarakat Amerika dan Eropa.

Seseorang dapat saja berkata bahwa agnotisme keagamaan dan atheisme adalah fenomena nyata dalam lingkungan masyarakat Amerika khususnya di kalangan akademis. Namun, secara umum, rasa hormat mereka terhadap agama adalah hal yang mendasar.

Berbeda dengan bangsa Eropa, bangsa Amerika menganggap aneh konsep 'Tuhan telah mati' yang dicetuskan di Eropa. Agnotisme dan Atheisme yang vokal dan negatif tidak mendapat tempat di budaya bangsa Amerika.

Perbedaan lain: di Eropa jika seseroang muak dengan gereja, ia tidak mencari alternatif/inisiatif lain. Adapun di Amerika, mereka yang muak dengan gereja akan mendirikan suatu organisasi etika-budaya lalu mengatur petemuan-pertemuan mingguan sebagai pengganti aktivitas di gereja.

Suasana keagamaan di Amerika memang berbeda dengan Eropa, dimana kerja sama yang baik antara Gereja dan Negara jarang ditemukan di Eropa. Reovulis Perancis (1789) misalnya sangat bernafaskan anti agama atau yang dikenal dengan klerikalisme. Tidak heran jika sejarah modern Perancis ditandai dengan semakin lebarnya jurang pemisah antara simbol-simbol agama Katolik dan simbol Negara.

Sejarah mencatat bahwa pada masa pra-revolusi, Perancis dikuasai oleh dua kekuatan, yakni Gereja Katolik yang bekerja sama dengan pemerintah. Aliansi Gereja dan Pemerintah ini berhasil membendung pluralisme agama. Kekuatan agama di luar Katolik Roma dihancurkan.

Praktik kekerasan pihak Gereja yang didukung negara (sakralisasi kehidupan politik) ternyata telah merugikan kedudukan agama dalam perkembangan tahap selanjutnya, bahkan sampai sekarang. Dari sini bibit sekulerisasi lahir dan berpengaruh bagi kehidupan warga Perancis.

Contoh: sikap kaku pemerintah Perancis dalam menanggapi isu-isu agama yang berkaitan dengan hak perempuan Muslim dalam mengenakan jilbab di sekolah. Sampai saat ini Perancis menunjukkan sikap oposisinya, dimana problem yang sama disikapi secara berbeda oleh Amerika yang memberikan kebebasan berpakaian pada siswa.

Lantas, bagaimana kita memaknai sekulerisasi? Sekulerisasi merujuk pada kondisi merosotnya pengaruh dan kredibilitas agama baik pada institusi sosial maupun pada kesadaran individual. Teori ini secara sederhana merujuk pada pola hubungan sebab akibat dari fenomena yang tidak terpisahkan yakni modernisasi.

Teori ini lahir dan berakar dari gagasan-gagasan pencerahan di Eropa abad 17-18 yang diidentikkan dengan kemajuan akal dan kemerosotan agama. Aliran ini berpendapat bahwa sekularitas-modernitas adalah pasangan yang bermanfaat sehingga sekulerisasi harus diberlakukan.

Lahirnya modrnitas di Eropa dibarengi dengan munculnya sikap antipati terhadap agama, baik dalam praktik kehidupan maupun dalam pemikiran sebagian besar masyarakat. Negara selanjutnya secara berangsur-angsur melepaskan diri dari gereja dan kemudian berpisah secara total dengan dicanangkannya doktrin dan koonstitusi demokrasi modern yang liberal.

Di samping itu, dengan berkembangnya sistem kapitalisme di bidang ekonomi dan diberlakukannya sistem pendidikan serta pola hubungan keluarga tanpa mengindahkan norma-norma agama , terciptalah kondisi yang mengarah pada apa yang diistilahkan sebagai institutional secularization.

Sebagai akibat yang kurang menguntungkan dari perubahan drastis ini adalah bahwa pada masa itu tidak sedikit orang yang meninggalkan agama atau juga menjadi sangat skeptis terhadap ajaran agama agama.

Namun, di luar Eropa Barat, teori sekulerisasi yang melekatkan modernitas dan sekulerisasi itu mulai dipertanyakan. Teori tersebut tidak berlaku di Amerika karena meskipun Amerika negara Barat modern, tapi dalam pola keagamannya sangat berbeda dengan Eropa. Masyarakat Amerika selalu dinilai dan menilai dirinya sendiri sebagai masyarakat beragama.

Permusuhan yang tajam antara negara dan agama di dunia modern Eropa tidak dikenal di Amerika. Peter Berger mengatakan bahwa keberagaman di Amerika terus menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari masa ke masa yang menjadikan teroi sekulerisasi runtuh dan tidak mendapat tempat di Amerika.

Sekian dulu, nanti dilanjutkan. Semoga bermanfaat. Salam.

Alwi Shihab
Intellectual Muslim Scholar in religious tolerance and pluralism, Temple Univ PhD & Ainshams Univ PhD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar