Sabtu, 27 Juli 2013
Menulis Buku
Bagi teman-teman yang berminat menulis buku, pengalaman Rhenald Khasali ini mungkin perlu dibaca.
Dulu sewaktu saya mulai menulis buku, 1988, belum banyak orang Indonesia yang berani menulis buku-buku manajemen versi sendiri. Tahu mengapa?
Bacaan kita saat itu hanya buku text berbahasa Inggris. Ada buku teori ekonomi dan accounting, tetapi sangat text book, banyak cuplikan.
Penerbit besar mengatakan orang Indonesia tak sanggup buat buku manajemen. Padahal saat itu muncul Manajemer satu miliar: Tantri Abeng.
Bondan Winarno melakukan breaktrough dengan buku "Kiat, berkat wartawan senior Gunawan Mohamad dari serialnya di Tempo.
Saya baru menulis tahun1987-1988 dengan buku-buku studi kasus, lalu Manajemen Periklanan, dilanjutkan Manajemen Public Relations. Keduanya diterbitkan Grafiti, yang dipimpin Rahman Yolleng dengan dukungan Matari dan almarhum Mahtoem yang saat itu bekerja di Tempo.
Beberapa tahun kemudian Gramedia bersedia menerbitkan buku saya. Dan saat itu proses dari naskah hingga terbit butuh waktu 1,5 tahun. Kini, saya hanya butuh 3 minggu, sejak naskah diserahkan hingga sampai ke tangan pembaca, makin hari makin cepat.
Mau tahu bagaimana caranya?
Soal menulis dan menerbitkan buku: Pertama, buku-buku itu harus sudah well editted, baik bahasa, struktur maupun rangkaian kata-katanya. Kedua: Buku yang ditulis bukan hanya bermanfaat/ membanggakan penulisnya, tapi penting bagi orang banyak. Artinya: marketable.
Jadi penerbit tak perlu lakukan lagi matket research atau minta pendapat sana-sini. Artinya si penulis bisa menjamin buku itu ada pasarnya, ikut memasarkan, bahkan bersedia membeli sekian ratus/ ribu buku. Ini berarti secara bertahap penulis harus bisa membangun personal brandingnya dengan karya-karya bermutu, bukan hanya dalam buku/ media saja.
Buku yang baik harus bermanfaat bagi orang lain, kaya contoh dan ilstrasi, bahasanya tak berbelit-belit. Hindarkan complexities. Harus pede bahwa anda tak perlu merasa dinilai "pintar" hanya dengan membuat orang lain mengernyitkan dahi untuk memahami logika yang anda tulis.
Maka gunakan the power of simplicity, simplify anything, make it undestandable. Buang anak-anak kalimat yang kepanjangan. Bila ada istilah yang tak dipahami, beri dalam kurung penjelasan singkat, kasih ilustrasi.
Bila mengutip, jaga kredibilitasmu. Berikan sumbernya. Jangan akui milik orang lain sebagai milikmu. Bila ada 20 hal yang bisa dipakai untuk menjelaskan, ambil saja 3 atau 4 yang penting. Buang yang membuat orang menjadi susah paham/ingat.
Mulailah dengan latihan-latihan ringan, menempa diri. Cari media yang mau menerbitkan karya anda. Jangan tanya uangnya.
Sebagai pemula, siapapun pasti mengalami hal ini: Punya banyak waktu tapi miskin pengalaman dan reputasi. Artinya, mutu tulisan belum kaya, masih encer, belum mudah disalurkan. Belum banyak yang lirik. Every beginning is difficult and it is normal.
Tapi jaga nafsumu, jangan plagiat, jangan ATM atau ATP. Jangn terlalu bernafsu ingn cepat sukses. Lebih baik gagal 1 kali daripada gagal selama-lamanya. Dilain pihak, para senior mengalami sebaliknya: Punya banyak pengalaman dan pengetahuan, tapi tak punya banyak waktu.
Setiap pembaca buku selalu bertanya, mengapa harus buku ini yang saya beli, bukan buku yang itu. Mereka ingin tahu siapa penulisnya. Maka ini harus dijembatani. Dan apa relevansinya. Artinya: apa sih relevansi isi buku dengan pengarangnya? Sebuah karya buku bukanlah kerajinan tangan semata.
Tahap awal, setiap pemula baiknya berlatih melancarkan urat tangan dan mengumpulkan pengetahuan. Banyak membaca dan mulai menulis.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar