Zaman Kejayaan Islam (750 M -
1258 M) adalah masa ketika para filsuf, ilmuwan, dan insinyur di Dunia Islam
menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan,
baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan
dan inovasi mereka sendiri.
Peran peradaban Islam
dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada kesempatan kali ini saya
mau ceritain tentang sepotong kisah perjalanan sejarah yang seru banget tapi
sekaligus juga ironis dari peradaban yang telah luar biasa berkontribusi
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan modern. Peradaban ini adalah pemegang
obor estafet kedua dari perkembangan ilmu pengetahuan umat manusia, yang
pertama dimulai sejak era klasik Yunani, Romawi, Persia, India. Untuk
selanjutnya tongkat obor tersebut diestafetkan ke para ilmuwan-ilmuwan Eropa
yang mulai memasuki Zaman Renaissance.
Lalu peradaban apa yang
menjadi jembatan peralihan antara jaman klasik ke era renaissance dan
enlightenment? Seperti yang bisa ditebak dari judulnya saya akan cerita seru
tentang Zaman Keemasan peradaban Islam dimana seluruh ilmuwan dan cendekiawan
paling briliant di muka bumi ini pada saat itu berkumpul dalam satu
kekhalifahan Arab, Persia, dan Spanyol.
Kalau diperhatikan, banyak
sekali para ilmuwan dari era emas peradaban Islam ini sering disebut pada
berbagai topik dan didiskusikan dalam berbagai kesempatan. Hanya sayangnya,
biasanya mereka yang menyebut tentang era emas peradaban Islam ini tidak
benar-benar mengerti secara mendalam soal apa yang jadi produk dari Zaman
Keemasan Islam tersebut. Dari mulai latar belakangnya, kenapa peradaban itu
bisa menghasilkan begitu banyak perkembangan ilmu pengetahuan, tokoh siapa aja
yang berperan dibalik itu, faktor pendukung era itu terus berlanjut, sampai apa
yang menjadi penyebab zaman keemasan peradaban Islam itu pada akhirnya hancur.
Kali ini saya akan mencoba
mengupas secara singkat seluruh dinamika era peradaban emas Islam. Tentunya ada
banyak hal yang mungkin saya lewatkan karena tidak mungkin saya bisa merangkum
semua hal yang terjadi dalam kurun waktu kurang lebih 500 tahun hanya dengan
sebuah artikel. Tapi moga-moga artikel ini tetap bisa jadi pemicu buat kita
semua untuk mencari tau lebih lanjut tentang dahsyatnya peradaban ini.
Sebetulnya di mana sih era
keemasan Islam itu? Mengacu ke bagian waktu mana sih dalam sejarah?
Sebelum kita lanjut
bahasannya lebih dalam, ada baiknya kita harus tau dulu kapan sebetulnya
Islamic Golden Age itu? Oke jadi yang dimaksud sama Zaman Keemasan Islam itu
adalah sebuah periode ketika Dunia Arab secara politis bersatu di bawah
kekhalifahan. Pada era ini, khususnya di bawah pemerintahan Harun Al Rasyid dan
Al Ma’mun, dunia Islam mengalami kemajuan ilmu pengetahuan, sains, dan budaya
yang luar biasa pesat. Secara tradisional, periode ini punya rentang antara
abad 8 Masehi hingga abad 13 Masehi. Banyak ahli sejarah yang punya pendapat
bahwa periode ini juga ditandai dengan waktu berdirinya Bayt al Hikmah (750 -
1258) yang merupakan pusat studi, perpustakaan, sekaligus universitas terbesar
di dunia pada saat itu. Pada periode yang cukup panjang ini (sekitar 500
tahun), bisa dikatakan tidak ada peradaban lain di muka bumi yang bisa
menandingi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, dari mulai
Eropa, Cina, India, semuanya salut dengan kegigihan kekhalifahan yang
menjunjung tinggi ilmu pengetahuan melebihi peradaban manapun pada masa itu.
Tokoh-tokoh dalam Islamic
Golden Age dan ilmu pengetahuan/budaya yang berkembang pesat masa itu.
1. Abu Ali al Husayn Ibn
Abdallah Ibn Al Hasan Ibn Ali Ibn Sina (Avicenna)
Ini
dia nih yang kemungkinan besar semua sudah pada tau. Ibn Sina atau Avicenna
adalah seorang polymath jenius asal Uzbekistan yang benar-benar mendalami
hampir semua ilmu pengetahuan, dari mulai filsafat, kedokteran, astronomi,
sekaligus ilmuwan. Avicenna ini mengeluarkan mahakarya kedokteran yang judul
“Al Qanun fi al Tibb” atau “The Canon of Medicine” dan jadi buku pegangan utama
para mahasiswa kedokteran di penjuru Eropa sampe abad ke 18, atau kurang lebih
700 tahun ke depan! Gile ga tuh!?
Bisa
dibayangkan kalau pada jaman itu, dunia medis masih sangat miskin pengetahuan,
kebanyakan tabib hanya meraba-raba berdasarkan pengalaman tanpa didasari
eksperimen serta pengetahuan yang sahih tentang bagaimana sistem tubuh manusia
bekerja. Nah, pada jaman itu, Avicenna-lah mengumpulkan seluruh pengetahuan
ilmu faal, anatomi, intervensi medis dari jaman klasik Yunani/Romawi dan
Persia/India sejak jaman Hippokrates dan Galen, sekaligus digabung sama riset
medis yang dilakukan sendiri oleh Avicenna. Saking kerennya nih buku, Avicenna
sampai-sampai disebut sebagai “Bapak Pengobatan Modern”.
Pada
masanya, Avicenna ini dikenal sebagai orang yang berpikiran sangat logis dan
rasional, jauh melampaui manusia-manusia pada zamannya. Perkembangan
intelektual Avicenna sangat dipengaruhi dari ajaran Aristoteles dan Plato
sebagai perintis tonggak pertama konsep filsafat logika serta budaya untuk
selalu mempertanyakan segala sesuatu sampai sedalam-dalamnya. Berdasarkan itu,
Avicenna tidak cuma mengembangkan banyak ilmu pengetahuan, tapi juga mengkritik
banyak perkembangan ilmu yang keliru dan masih nyampur-nyampur sama hal-hal
mistis dan supranatural.
Metodologi
Penelitian: Selain buku the Canon of Medicine, Avicenna juga membuat “Kitab al
Shifa” atau lebih dikenal dengan The Book of Healing. Dalam buku itu, Avicenna
meletakkan dasar-dasar dan aturan dalam menjalankan metode eksperimen dalam
mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Sampai akhirnya metode saintifik
tersebut disempurnakan oleh Galileo yang menjadi Bapak Sains Modern.
Astronomi:
Avicenna membantah klaim klaim para astrolog yang menyatakan bahwa pergerakan
benda langit memiliki efek kepada nasib manusia itu adalah hal yang ngaco dan
gak masuk akal. (dalam kitab: Ar Risalah fi Ibtal Ahkam al Nujum)
Kimia:
Avicenna membantah klaim para alkimiawan (alchemist) yang menyatakan bahwa ada
zat yang bisa mengubah timbal menjadi emas yang waktu itu beken dengan istilah
“The Philosopher’s Stone" (ini gak ada hubungannya sama Harry Potter yah!)
Geologi:
Dalam buku “The Book of Healing”, Avicenna juga membuat hipotesa bahwa awal
terbentuknya gunung adalah proses pergerakan permukaan bumi seperti gempa bumi
dan pergerakan sungai.
Fisika:
Dalam bidang mekanika, Avicenna mengelaborasikan teori “motion” atau gerakan.
Sedangkan dalam bidang fisika optik, dia sempat menyatakan bahwa cahaya memiliki
kecepatan. Sampai akhirnya disempurnakan oleh Ole Rømer, Maxwell, dan Einstein.
Psikologi:
Dalam psikologi, Avicenna juga menyatakan bahwa "jiwa" itu sebetulnya
hanya merupakan bentuk persepsi fisiologis kesadaran manusia, dan bukan
merupakan hal yang supernatural. Filosofi mengenai kejiwaan ini mempengaruhi
banyak filsuf Barat jaman Renaissance, terutama René Descartes.
2.
Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq Al Sabbah Al Kindi
Walaupun
namanya tidaksetenar Avicenna atau Al Farabi, Al Kindi bisa disebut sebagai ilmuwan
muslim terbesar sepanjang masa. Awalnya, Al Kindi dipercaya oleh Khalifah Al
Ma’mun buat jadi ketua tim penerjemah naskah-naskah filsafat kuno dari Yunani
dan Romawi di Bayt al Hikmah.
Berarti
dia sambil nerjemahin itu juga sambil baca macam-macam ilmu pengetahuan dari
berbagai sumber paling awal peradaban filsafat klasik. Kalau tidak ada Al
Kindi, jangan harap deh kita bisa kenal yang namanya Avicenna, Al Farabi, dan
Al Ghazali, karena mereka-mereka ini berhutang besar terhadap buah karya terjemahan
dari naskah-naskah kuno hasil jerih payah Al Kindi.
Tapi
jangan disangka Al Kindi kerjaannya cuma nerjemahin doang yah, dengan
pengetahuan yang dia serap itu, dia juga mensintesa hasil pemikirannya sendiri
dengan membuat buku. Berapa banyak bukunya? Total jumlah buku yang dia tulis
tuh lebih dari 260 judul! What?? Orang sakti mana jaman sekarang yang bisa
sanggup nulis buku sebanyak itu?? Ckckkck..
Kalau
saya sebutkan karya-karya tenarnya, saya yakin semua udah ketiduran duluan
saking banyaknya. Buku-buku yang dia tulis itu tidak cuma dari satu disipilin
ilmu lho. Mulai dari filsafat, matematika, kedokteran, fisika, astronomi,
kimia, sampai teori tentang musik dia tekunin abis-abisan.
Berikut
saya sebut saja beberapa kontribusi dia dalam ilmu pengetahuan: dalam bidang
optik, dia menyebutkan bahwa agar mata bisa melihat benda, perlu perantara yang
bisa mengarahin benda itu ke mata kita, dalam hal ini udara. Dalam bidang
kimia, dia bisa dibilang salah satu orang yang pertama kali menyuling alkohol
dan memproduksi alkohol pabrikan dalam jumlah banyak. Selain itu, dia juga
menentang para ahli alkimia yang mengatakan unsur bisa berubah-ubah. Dalam
bidang matematika, Al Kindi merupakan salah satu orang pertama yang
mengadaptasi angka India jadi sistem bilangan Hindu-Arab (0-9) yang kita pakai
sampai saat ini. Keren abis kan?
3.
Abu al Fath ‘Umar Ibn Ibrahim Al Khayyam
Al-Khayyam
atau Omar Khayyam adalah seorang matematikawan, astronom, dan pujangga yang
hebat! Tuh kan, siapa bilang ilmuwan nggak romantis? ..LOL. Ilmuwan Persia ini
lahir di Nishapur-Iran, menimba ilmu matematika di Samarkand, lalu kerja
sebagai astronom di kota Bukhara, dua-duanya sekarang terletak di Uzbekistan.
Sumbangan
terbesar Khayyam di dunia matematika adalah Segi Empat Khayyam-Saccheri, yang
dia temukan pas lagi pusing mau menerangkan ke masyarakat matematika soal
postulat-postulatnya Euclid. Selain itu, dia juga dikenal sebagai orang yang
pertama kali secara lengkap ngejabarin konsep Segitiga Pascal. Sehingga saat
ini banyak ahli matematika yang sebenernya menyebut penjabaran binomial ini
sebagai “Segitiga Khayyam-Pascal”.
Dalam
dunia astronomi, ia bisa membuktikan bahwa Bumi berputar pada sumbunya. Selain
itu, dia juga salah satu anggota tim perumus kalender Iran yang dikenal sebagai
Jalali Calendar. Terakhir jangan lupa sama buku puisinya yang paling terkenal,
yaitu Rubaiyat of Omar Khayyam. Rubaiyat ini udah diterjemahin ke puluhan
bahasa di dunia lho!
4.
Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al Khwarizmi
Ini
dia tokoh yang juga paling mendunia namanya. Al Khwarizmi adalah Ilmuwan asal
Khwarezm, Uzbekistan, ini berasal dari keluarga dengan latar belakang penganut
agama Zoroastrianisme (Majusi).
Ilmuwan
ini sering banget namanya kita sebut tanpa sadar, Yes betul, kata Algoritma
berasal dari nama ilmuwan ini. Kontribusi terbesarnya ialah mengembangkan
pendekatan khusus untuk memecahkan persamaan linear dan kuadrat, yang kita
kenal dengan nama Aljabar. Konsep aljabar ini, dia tulis dalam Kitāb Al
Mukhtasar fi Hisāb al Jabr wa’l-Muqābalah atau “Buku Rangkuman untuk Kalkulasi
dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan”.
Selain
itu, beliau inilah yang berhasil memetakan pergerakan matahari, bulan, dan
kelima planet yang dia tulis dalam kitab Zīj al-Sindhind (Perhitungan Astronomi
Pakistan dan India). Al Khwarizmi juga ditugaskan oleh Khalifah Al Ma’mun untuk
membuat peta dunia, sekaligus mengukur keliling bumi melalui proyeksi terhadap
gerakan matahari dan pendekatan matematis. Proyek ini menghasilkan salah satu
kitab terbesarnya juga yaitu Kitāb surāt al-Ardh (Kitab Citra Permukaan Bumi),
yang lebih terkenal di Barat dengan judul “Geography”.
5.
Nasir al Din Tusi
Tunggu!
Siapa nih Al Tusi? Saya yakin pasti banyak dari kita yang bahkan belum pernah
mendengar nama tokoh ini. Ilmuwan Persia abad ke 13 ini merupakan ilmuwan yang
lumayan terakhir nongol di dunia Islam, setelah Baghdad diluluhlantakkan oleh
bangsa Mongol dibawah kepemimpinan Hulagu Khan.
Karena
terjadi pergeseran kekuasaan, Tusi mengabdikan dirinya kepada Khan. Apa sih
istimewanya Tusi? Sama seperti ilmuwan yang gua sebut sebelumnya, doi juga
seorang polymath yang nguasain banyak banget bidang ilmu kaya matematika,
astronomi, fisika, kimia, biologi, serta sastra. Tapi yang paling bikin ilmuwan
ini adalah teorinya tentang mekanisme Seleksi Alami yang membentuk
keanekaragaman hayati di dunia, yang dia kemukain 750 tahun sebelum Charles
Darwin dan Alfred Wallace, duet pengungkap rahasia Seleksi Alami.
Tusi
mengatakan bahwa organisme-organisme yang lebih cepat untuk bermutasi dan
berubah bentuk/memiliki perubahan fungsi organ akan lebih bervariasi
dibandingkan individu lainnya. Badan organisme tersebut berubah karena faktor
internal dan eksternal. Ini nih, yang merupakan titik awal pemikiran manusia
tentang asal mula spesies terbentuk.
"The
organisms that can gain the new features faster are more variable. As a result,
they gain advantages over other creatures. [...] The bodies are changing as a
result of the internal and external interactions."- Al Tusi, Kitab Akhlaq-i-Nasri
Selain
mencetuskan gagasan tentang seleksi alami, Tusi juga merupakan orang yang
berjasa dalam memberikan jalan untuk munculnya era Renaissance di Eropa, karena
dialah yang menyelamatkan 400,000 buku ketika Bayt al Hikmah dihancurkan oleh
Mongol. Ia membawa kabur naskah-naskah tersebut ke Observatorium Maragheh,
Azerbaijan. Di tempat itu ia melanjutkan risetnya tentang pergerakan Bumi yang
akhirnya menjadi inspirasi bagi Nicolaus Copernicus tiga abad kemudian sebagai
orang pertama yang membuktikan bahwa bumi mengelilingi matahari, bukan
sebaliknya.
6.
Abu al Walid Muhammad Ibn Rushd
AverroesIbn
Rushd atau lebih dikenal dengan nama Averroes adalah seorang polymath muslim
yang lahir di daerah Andalusia, Spanyol. Cakupan bidang yang dia pelajari sangat
luas dari mulai logika, filsafat, psikologi, geografi, matematika, sampai
kedokteran. Ibn Rushd dikenal sebagai ilmuwan muslim terakhir yang dengan gigih
memperjuangkan nilai-nilai logika dan metode sains dalam kebudayaan Islam
ditengah gerakan dari lawan pemikirannya yaitu Al Ghazali yang mengkritik bahwa
pencampuran ajaran filsafat Yunani dari jaman Aristoteles hingga, Avicenna dan
Al Farabi itu sesat dan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Gara-gara
pembelaannya terhadap filsafat Yunani dan metode sains, dirinya dikucilkan dari
komunitas Islam dan dianggap sesat oleh tiga agama sekaligus, Islam, Kristen,
dan Yahudi. Sampai akhirnya khayatnya, Ibn Rushd tetap setia sama pandangannya
bahwa ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama bisa berjalan beriringan. Ironisnya,
Ibn Rushd dikenang sebagai pejuang terakhir (sayangnya gagal) yang melakukan
perlawanan terakhir para ilmuwan Islam untuk mengedepankan logika dan
pendekatan metode saintifik.
Perkembangan ilmu
pengetahuan sebelum peradaban Islam
Sebelum masuk ke bahasan
utama, saya ingin singgung sedikit saja perkembangan ilmu pengetahuan sebelum
peradaban emas Islam yang nantinya bakal banyak jadi sumber inspirasi dari
perkembangan budaya dan filosofis Islamic Golden Age. Sebelum era Islamic
Golden Age, perkembangan ilmu pengetahuan bermula secara terpisah dari Yunani,
India, dan Persia.
Era filsafat klasik Yunani
dimulai abad 6 sebelum Masehi, yang menjadi titik fondasi filsafat dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Pada era inilah, konsep awal sebuah negara
dibuat, hukum-hukum logika, deduksi, induksi, silogisme digagas. Pada era
inilah juga klasifikasi ilmu yang kita ketahui sekarang dirangkai, dari mulai
biologi, matematika, astronomi, ekonomi, politik, hukum, dlsb.
Sementara itu di India dan
Persia, peradaban kuno di sana sudah bikin penghitungan sampai 1012 yang
ditulis pada Kitab Yajurveda (1200 SM). Pada 800 SM, seorang filsuf bernama
Baudhyana, telah memikirkan konsep dasar teorema Pythagoras. Dalam dunia
astronomi, kitab Vedanga Jyotisa (abad 6-4 SM) sudah membahas masalah
perhitungan kalender, pengukuran astronomis, dan penetapan aturan-aturan dasar
observasi benda langit. Kemudian angka yang kita pakai sekarang (0-9) awalnya
dikembangin oleh matematikawan India di jaman dinasti Maurya. Sementara itu,
konsep angka 0 (nol) sendiri juga pertama kali dikembangin oleh Aryabhata
(kira-kira 500 M) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Al Khwarizmi
(780-850 M) dan Al Kindi (801-873 M). Jadi banyak yang sekarang salah sangka
bahwa angka ini disebutnya “angka Arab”, harusnya yang benar itu “angka
Hindu-Arab”.
Nah, itulah tadi sebagian
dari pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dari Yunani, India, dan Persia yang
memberikan kontribusi yang besar kepada perkembangan ilmu pengetahuan
kekhalifahan zaman keemasan Islam. Sekarang kita langsung saja mulai tentang
awal terbentuknya peradaban keren ini.
Apa yang menjadi pemicu
lahirnya peradaban emas Islam ini?
Secara sederhana, era ini
dipicu oleh banyak hal yang saling mendukung satu sama lain. Hal pertama adalah
ketika khalifah pertama Dinasti Umayyah yaitu Mu’awiyah ibn Abu Sufyan (setelah
para khalifah Rashidun: Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali’) melakukan invasi ke
daerah Trans Jordania dan Syiria sampai dia menemukan banyak sekali
manuskrip-manuskrip kuno di Kota Damaskus yang diwariskan dari perkembangan
ilmu pengetahuan Yunani dan Romawi (Sokrates, Plato, Aristoteles, Galen,
Euclid, dsb). Berdasarkan penemuannya itu, Mu’awiyah terinspirasi buat bikin
pondasi peradaban Islam yang berdasarkan ilmu pengetahuan.
Pemicu yang kedua, adalah
karena pada saat yang bersamaan kekhalifahan Ummayyah sedang mengadopsi
teknologi penulisan naskah di atas kertas yang awalnya berkembang di Tiongkok.
Dengan perkembangan teknologi penulisan itu, Mu’awiyah juga menyewa tenaga
ilmuwan-ilmuwan dari Yunani dan Romawi untuk melakukan terjemahan terhadap
naskah-naskah kuno tersebut ke dalam bahasa Arab.
Pemicu ketiga adalah ketika
dinasti Ummayah beralih menjadi dinasti Abbasiyah yang ditandai perpindahan
pusat pemerintahan dari Damaskus ke Baghdad di Mesopotamia. Dengan perpindahan
pusat pemerintahan itu, yang dulunya (waktu di Damaskus) peradaban Islam
mendapat pengaruh kebudayaan dan ilmu pengetahuan dari Yunani dan Romawi, dan
di Baghdad dapat tambahan pengaruh lagi dari kebudayaan Persia dan India.
Komplit lah sudah! Seluruh sumber ilmu pengetahuan terlengkap yang dimiliki
umat manusia (Yunani, Romawi, Persia, India) pada saat itu akhirnya bisa kumpul
di satu titik lokasi.
Pemicu yang keempat adalah
pengaruh 2 orang khalifah besar, yaitu Harun Al Rasyid dan anaknya, Al Ma’mun
yang punya cita-cita mulia untuk membangun peradaban Islam yang menjunjung
tinggi perkembangan sains, logika, rasionalitas, serta menjaga kemajuan ilmu
pengetahuan serta meneruskan perkembangan ilmu yang telah diraih oleh Bangsa
India, Persia, dan Byzantium. Tanpa adanya peran mereka berdua yang menjunjung
tinggi ilmu pengetahuan, Zaman Keemasan Islam kemungkinan tidak bakal pernah
muncul pada masa itu.
Apa sih yang menjadi
penyebab redupnya masa peradaban emas Islam?
Oke, kalau di atas kita udah bahas
beberapa ilmuwan dari zaman keemasan Islam yang menjadikan kerajaan
kekhalifahan sebagai titik tonggak perkembangan ilmu pengetahuan yang bikin
seluruh dunia terkagum-kagum dan angkat topi dengan peradaban ini, nah sekarang
kita bahas tentang apa sih yang menjadi pemicu berakhirnya era emas ini. Sejauh
penelusuran saya, ada dua hal signifikan yang menjadikan pemicu berakhirnya era
emas ini.
Pertama adalah kritik dari Al
Ghazali yang menentang pengaruh dari filsafat Yunani yang mejunjung tinggi
logika dalam penalaran ilmu dalam peradaban dunia Islam. Kendati Ibn Rushd
bersikeras bahwa tidak ada kontradiksi antara filsafat Avicenna dan Al Farabi
dengan ajaran agama, Al Ghazali tetap menyatakan "perang" terhadap
pengaruh filsafat Yunani dan menginginkan pemurnian ajaran agama Islam. Sejak
perubahan filosofi pemurnian itulah, Zaman Keemasan Islam mengalami kemunduran
drastis, sehingga jarang sekali menghasilkan ilmuwan-ilmuwan besar seperti pada
abad 9-11 silam.
Kedua, faktor lain yang turut
mendorong runtuhnya era emas ini adalah serbuan dari bangsa Mongol yang
akhirnya meluluh-lantakkan Baghdad bersama dengan perpustakaan sekaligus pusat
ilmu pengetahuan paling lengkap saat itu, Bayt Al Hikmah. Penghancuran ini
sering dianggap sebagai titik balik penurunan dunia Islam di bidang
pengetahuan. Untungnya, ratusan ribu manuskrip dari Bayt Al Hikmah sempat
diselamatkan oleh Al-Tusi ke Observatorium Maragheh, Azerbaijan yang kemudian
menjadi sumber referensi dan inspirasi para ilmuwan Eropa pada zaman renaissance
dan enlightenment.
Apa sih hikmah yang bisa
kita ambil dengan menelusuri lebih dalam tentang Islamic Golden Age ini?
Sudah menjadi rahasia umum
bahwa sejak tragedi WTC 11 September 2001, peradaban Islam mendapat tantangan
yang besar, terutama perubahan paradigma sebagian masyarakat dunia yang
mengasosiasikan Islam dengan stigma negatif seperti terorisme, represi gender,
hukum syariat, dlsb. Peristiwa 9/11 dan banyak konflik perang di Timur Tengah
menjadi pemicu perang urat-syaraf antara dunia Islam dengan sebagian Barat
hingga saat ini.
Melihat fenomena sosial
seperti itu, banyak cendekiawan Islam yang mencoba untuk
"mengingatkan" kembali bahwa peradaban dunia modern saat ini
sebetulnya berhutang banyak terhadap era emas peradaban Islam di dalam setiap kesempatan,
entah itu di ruangan kelas, mesjid, madrasah, atau forum yang terbuka untuk
umum. Untuk hal yang satu itu saya sangat sepakat banget bahwa kita nggak boleh
melupakan kontribusi era emas peradaban Islam. Namun sayangnya, masih banyak
dari bentuk diskusi itu yang lupa akan esensi sesungguhnya yang bisa kita
dapatkan dari peradaban yang luar biasa ini. Esensi yang saya maksud ini adalah
apa sih yang menyebabkan dunia Islam sempat menjadi pemegang obor estafet ilmu
pengetahuan yang menerangi seluruh dunia? dan apa sebetulnya hal yang membuat
era emas ini berakhir? Karena dengan mengetahui pemicu jatuh-bangunnya sebuah
era emas, kita bisa banyak belajar untuk membangun kembali hal yang sama serta
belajar dari kesalahan masa lalu untuk tidak mengulanginya kembali.
Dari apa yang ceritakan di
atas, saya ingin kita semua paham betul bahwa peradaban Islam pernah begitu
maju karena peradaban Islam saat itu sangat menjunjung tinggi akses ilmu
pengetahuan yang terbuka dari berbagai macam sumber. Mereka bisa maju dengan
menghargai para ilmuwan sebelumnya kendati berasal dari kebudayaan berbeda
(Yunani, Romawi, Persia, India) sebagai pemegang tongkat estafet pertama yang
merapihkan cara pandangan kita mengenai klasifikasi ilmu dan logika. Peradaban
Islam dulu begitu maju karena menghargai perbedaan serta terbuka dengan
kelompok lain seperti Yahudi, Nasrani, Sabian, dan Zoroaster (Majusi) untuk
ikut bersama-sama membangun dunia ini dan berkontribusi mengembangkan ilmu
untuk menjadikan dunia ini lebih baik.
Peradaban inilah yang menjadi
jembatan peralihan dari ilmu filsafat yunani klasik yang abstrak menuju subjek
yang lebih konkrit dengan penalaran observasi dan pendekatan empiris. Peradaban
inilah yang mulai meraba-raba kaidah-kaidah metode penelitian ilmiah sampai
akhirnya disempurnakan oleh para ilmuwan Eropa yang memegang tongkat estafet
ketiga yang juga sempat jatuh-bangun karena pengaruh Gereja Katolik Roma yang
melarang perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Dark Age. Sampai akhirnya
lahirlah para "pahlawan baru" di Eropa yang kembali menggebrak dunia
dengan pemahaman yang baru seperti Galileo Gelilei, Copernicus, Darwin, Newton,
hingga Einstein.
Sekarang siapakah pemegang
obor estafet berikutnya? Mungkinkah Bangsa Indonesia bakal ikut juga
berkontribusi dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar