Revolusi
Perancis terjadi saat yang kaya tidak mau bayar pajak dan yang miskin tidak
sanggup bayar pajak. Siapa menanggung siapa.
Para
bangsawan dan pemuka agama dapat fasilitas pembebasan pajak. Padahal Perancis
saat itu mendekati bangkrut dengan utang 2 Milyar Livre. Maka ditunjuklah
Jacques Necker menjadi Dirjen Keuangan Negara. Karena dia Protestan dan orang
Swiss - maka tidak bisa menjadi Menkeu.
Necker
menyadari bahwa pungutan pajak tidak bisa dinaikkan lagi sehingga ia
mengusulkan agar bangsawan dan pemuka agama mau bayar pajak. Orang-orang di
sekeliling Raja Louis XVI keberatan. Gereja pun tidak mau. Akhirnya Necker
dipecat dan diganti oleh de Callonne sebagai Menkeu.
de
Callonne sarankan pemotongan anggaran belanja dan pembebasan perdagangan.
Usulan ini juga ditolak. de Callone mengulang usul Necker. Senasib dengan
Necker. Dipecat. deCallonne juga diasingkan. Ia lari ke Inggris. Nama deCallone
dicemarkan. Disebut Monsieur Déficit.
Akibatnya,
beban utang Perancis yang raksasa ditanggung oleh kelas menengah. Semakin
berat, hingga kelas menengah pun berkurang dan habis. Yang tersisa cuma kelas
miskin, bangsawan dan pemuka agama. Gereja sebagai pemilik tanah terluas malah
ikut menambahi beban pajak tanah.
Ditambah
dengan kegagalan panen. Harga roti meroket tajam. Terjadi kekurangan makan dan
wabah kelaparan. Ini tidak dialami oleh bangsawan. Karena bangsawan dan gereja
memiliki tanah dan hasilnya. Yang tidak punya tanah harus membeli hasil bumi
dengan harga yang makin tinggi.
Orang
miskin yang lapar dan kurang gizi memicu penjarahan tempat tukang roti dan
gudang-gudang hasil bumi. Militer dikerahkan memadamkan hal ini. Tetapi prajurit
Perancis kebanyakan dari rakyat biasa. Para Jenderal dari kaum bangsawan. Garis
komando pun terputus, tentara jadi liar.
Dengan
bantuan pemberontakan prajurit pula, akhirnya Revolusi Perancis berkobar
ditandai dengan penyerbuan Penjara Bastille sebagai symbol. Dan gereja pun
tidak mampu menyelamatkan diri. Ikut dijarah. Kaum revolusioner mengambil alih
kepemimpinan dan memenjarakan Louis XVI. Setahun kemudian Louis XVI dihukum
pancung Guillotine, alat hukum mati yang didesain Dr. Joseph Guillotine.
Di
Bastille sebenarnya tidak ada siapa-siapa. Cuma ada 7 napi dan dijaga oleh 82
tentara. Tapi diserbu karena disebut-sebut sebagai tempat penimbunan senjata.
Tidak banyak senjata di Bastille dan tempat itu dijaga para invalides (tentara
yang tidak lagi berdinas aktif) - tetapi Bastille menjadi symbol. Dari
penyerbuan Bastille muncul peralihan kekuasaan di Perancis dengan berdirinya
Majelis Nasional di tahun 1789. Ada tradisi baru muncul.
Saat
sidang elemen-elemen progresif duduk di sebelah kiri. Elemen-elemen konservatif
duduk di sebelah kanan. Ini awal politik kiri vs. kanan. Unsur Revolusioner ini
pula yang membuat Perancis jadi sekular. Puncaknya: Penyerbuan Katedral Notre
Dame dan penghancuran simbol agama. Nama Notre Dame ("Ibu Kita")
diganti menjadi Dewi Akal (Reason) di 1793. Gereja dikosongkan dan banyak
paderi lari karena terancam dibunuh.
Majelis
Nasional kemudian melahirkan Deklarasi Hak Manusia dan Warga (Déclaration des
droits de l'Homme et du Citoyen) ini hal unik. Karena Deklarasi ini intinya
diambil dari Deklarasi Kemerdekaan Amerika, yang berhasil berkat intervensi
Perancis 13 tahun sebelumnya. Padahal karena membantu Amerika ini pula (melawan
Inggris) - akhirnya Kerajaan Perancis dibebani utang besar yang mencetus
Revolusi.
Eh kenapa ceritanya jadi sampai sini ya? Padahal
tadinya cuma mau bicara soal Pajak dan ketidak adilan sebagai pencetus Revolusi
Perancis. Sekian dulu tulisan tentang Pajak dan Revolusi Perancis ini. Jadi,
pesan terakhir: "orang bijak taat pajak" (terutama yang
kaya-kaya) – agar tidak meletus revolusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar