Senin, 01 Desember 2014

GURU


Jaman dulu guru adalah profesi yang kurang diminati karena secara finansial kurang menjanjikan. Namun kondisi berbalik 180 derajat sekarang. Anggaran pendidikan yang tinggi turut mengangkat kesejahteraan guru. Itulah sebabnya mengapa profesi guru menjadi primadona sekarang. Artinya mereka ingin menjadi guru karena 'uangnya', bukan panggilan jiwa.

Namun jangan salah. Yang bisa menikmati masih sebatas guru-guru yang sudah diangkat saja. Guru tidak tetap masih saja nelangsa hidupnya. Tulisan kali ini saya tidak akan membahas mengenai kesejahteraan guru. Toh, kesejahteraan tidak berdampak signifikan pada kualitas mengajar. Kali ini saya ingin membahas tentang profesi yang seharusnya mulia ini. Masihkah mereka layak disebut GURU?.

Masih ingat jaman kecil saya dulu. Guru adalah sosok yang sangat dihormati. Dan nyatanya memang pantas dihormati. Dengan tidak bermaksud men-generalisasi tentu masih banyak guru-guru yang idealis, bekerja karena panggilan hati. Namun tidak bisa dipungkiri berita media banyak diisi oleh berita-berita kurang sedap mengenai profesi guru ini. Ada guru yang berbuat mesum dengan muridnya, ada guru yang kena kasus narkoba, ada guru yang menjual soal pada muridnya, dll.

Anggaplah mereka sebagai oknum, sayangnya berita miring tentang oknum ini banyak terjadi. Maka pertanyaannya, oknum-oknum ini menganggap profesinya sebagai apa? Sebagai 'pekerjaan' biasa atau panggilan jiwa untuk mendidik anak bangsa?.

Terlepas dari ulah para oknum yang tidak sadar dengan profesinya itu. Perkembangan pendidikan juga mengancam otoritas para guru. Jaman kita kecil dulu, dijewer guru sampai kuping merah adalah hal biasa. Tapi sekarang guru bisa dipolisikan gara-gara menjewer muridnya. Kondisi ini seringkali menimbulkan kegamangan bagi para guru dalam menjalankan profesinya. Bagaimana guru bisa mendidik murid-muridnya jika wewenangnya hanya 'mengajar’? Bagaimana bisa mendidik tanpa otoritas?

Dalam banyak kasus guru sering disudutkan bahkan oleh anak didiknya sendiri yang mengadu yang tidak-tidak pada orang tuanya. Sikap orang tua yang meremehkan profesi guru juga menular pada anak-anaknya. Akibatnya peran guru semakin menjadi 'pengajar' saja.

Metode pendidikan modern juga punya andil mereduksi peran guru yang seharusnya pendidik hanya menjadi pengajar saja. Contohnya banyak sekolah-sekolah dengan metoda 'fun learning' yang salah kaprah membuat murid menjadi seperti raja.

Percaya atau tidak, ada sekolah-sekolah yang dimana murid-muridnya punya hak mengevaluasi guru mereka. Penilaian murid-murid atas gurunya itu dijadikan salah satu masukan pihak sekolah untuk mengevaluasi kinerja guru-guru mereka.

Bayangkan, bagaimana mungkin seorang guru mampu mendidik murid-murid yang bisa menentukan periuk nasinya? Akhirnya manusia yang bernama 'guru' itu tak lebih hanya menjadi baby sitter bagi anak-anak orang kaya itu. Murid-murid yang menyadari mereka bisa menentukan nasib gurunya itupun akhirnya tingkah polahnya menjadi seperti setan-setan kecil.

Kondisi ini terjadi karena dunia pendidikan sudah berubah menjadi bisnis yang sangat menggiurkan. Persaingan pun menjadi sengit. Mereka berlomba-lomba menawarkan fasilitas dan layanan terbaik bagi anak-anak didiknya. Mirip hotel yang sedang promo. Mereka lupa bahwa mendidik itu berbeda dengan memanjakan. Dan tidak ada cara yang lebih efektif menghancurkan masa depan anak selain memanjakannya. Kira-kira masih layakkah para guru yang dikebiri hak mendidiknya itu disebut sebagai guru? Guru kok takut pada muridnya?.

Diluar kondisi yang mengebiri otoritas guru itu ada juga guru-gurunya sendiri yang memang memposisikan diri hanya sebagai pengajar. Yang terakhir ini adalah tipe guru-guru malas. Mereka lebih suka mengejar target-target administasi untuk kepentingan sertifikasi atau kenaikan pangkat.

Namun begitu guru adalah profesi yang harus tetap mulia. Para guru harus menjaga kemuliaan profesinya. Dan masyarakat khususnya para orang tua wajib mendidik anak-anaknya untuk menghormati guru-guru mereka. Karena masa depan bangsa ini bergantung pada bagaimana anak-anak ini dididik dengan baik oleh guru-guru mereka.

Sekali lagi mendidik dengan baik tidak sama dengan memanjakan. Janganlah terjebak metode modern yang belum tentu baik untuk anak-anak kita. Karena dibalik janji-janji manis metode pendidikan modern itu ada uang besar dibelakangnya. Dan tentu saja keruntuhan otoritas guru. Marilah kita bersama mengembalikan peran guru sebagaimana seharusnya. Jangan lemahkan para pendidik kita. SELAMAT HARI GURU.

Bagaimana Islam Memandang Musik?

Jalaludin Rumi berkata: terdapat aneka ragam jalan menuju Tuhan, pilihanku adalah musik dan tari. Pendapat ini ditimpali Ibn Arabi yang menyebutkan bahwa mendengarkan musik dapat mengantar kepada suatu pengalaman spiritual. Sedang Imam Ghazali berpendapat: hati, lubuk pemikiran, nyanyian dan ekstase (tenggelam dalam ketaksadaran) karena mengingat Allah adalah rahasia-rahasia bernilai tinggi, bagaikan benda-benda yang terpendam. Serupa air yang tersembunyi di bawah tanah atau api di dalam batu. Tiada cara menggalinya kecuali melalui musik dan nyanyian. Dan tiada jalan menembus hati kecuali melalui telinga.

Plato mengatakan ritme musik dan keserasian suara yang merasuk menyelami jiwa mengantar kepada pendakian spiritual menuju Tuhan. Musik merupakan sarana penyucian jiwa dan pengenalan unsur ruhani dari seseorang. Untuk itu ia mendapat penekanan khusus oleh kalangan sufi. Menurut Ikhwan al- Safa, jiwa manusia akan terangkat tinggi menjulang ke alam ruhani ketika ia mendengar melodi yang indah. Bagi kaum sufi, musik yang bernilai agung diberi nama sama' (bahasa Arab, berarti mendengar) agar tidak mengaburkan dengan musik biasa.

Musik berasal dari kata Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi musiqa. Perdebatan dalam masalah musik di kalangan Islam berkisar pada definisi serta penggunaan kata. Pembacaan kitab suci dengan lagu yang merdu azan, takbir hari raya, talbiah haji, serta pujian kepada Nabi yang diiringi alunan suara indah dan syahdu, tidak masuk dalam kategori musiqa. Kesemua itu masuk kategori qiraah, takbir, atau madih yang mendandung elemen suci.

Lalu bagaimana dengan lagu-lagu yang tidak mengandung elemen suci yang tergolong dalam kategori musiqa?. Ulama membaginya kepada beberapa kategori yang mencakup spektrum luas. Dimulai dengan larangan (haram) sampai dengan anjuran (sunnah).

Larangan terhadap musik hanya tertuju pada kategori musik yang diangap menimbulkan kegirahan sensual jasmani yang sering ditautkan dengan hambatan mengingat Tuhan. Mengenai jenis musik ini, ulama menempuh cara preventif sehingga cenderung keras dalam melarangnya. Adapula yang longgar dengan menekankan kepada anjuran menahan diri.

Adapun contoh yang dianjurkan (sunnah) adalah lagu-lagu mars militer untuk membangitkan semangat juang di jalan yang benar (melawan penjajah dll). Musik dalam upacara keluarga (pernikahan, khitan dll) tidak ada keraguan atas kewajarannya (halal). Bahkan ada yang berpendapat bahwa Nabi membenarkan dengan anjuran tersirat untuk menghargai adat serta kebudayaan bangsa-bangsa dunia.

Sayyed Hosein Nasr berkata: Jika datang padamu seseorang yang berucap 'Saya seorang Muslim yang patuh, saya tahu bahwa musik terlarang (haram)', kata Nasr 'This person does not really know what he/she is talking about'.

"Musik mengantar kepada pengalaman spiritual" (Ibn 'Arabi).

"Banyak jalan menuju Tuhan, pilihanku musik dan tari" (Rumi).


Alwi Shihab - Intellectual Muslim Scholar in religious tolerance and pluralism, at Temple Univ PhD & Ainshams Univ PhD.

Kota-Kota Terkaya (2)


Di dunia, ada juga beberapa kota yang output ekonominya mencapai skala negara. Semisal Kota New York dan Tokyo. Apa keistimewaan keduanya? New York City dan Tokyo adalah dua kota yang output ekonominya lebih besar daripada PDB negara Indonesia. Bayangkan: kota melebihi negara. Output ekonomi kota New York adalah sekitar USD 1,5 Triliun. Kalau dijadikan negara, maka akan menjadi negara terkaya urutan 12 di dunia. Dan satu-satunya kota yang lebih kaya daripada New York City adalah Tokyo. Output ekonomi kota Tokyo adalah sekitar USD 1,9 Triliun. Bagaimana bisa Tokyo lebih kaya daripada New York City? Karena Metropolitan Tokyo juga punya penduduk lebih banyak. Hampir 37 Juta orang. Di tempat ketiga kota terkaya di dunia adalah Los Angeles. Output ekonominya sekitar USD 760 Miliar. Masih lebih besar PDB-nya Indonesia.

Di masa depan, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi akan lebih banyak didorong dari kota. Bertumpu pada sekitar 600 kota utama di dunia. 600 Kota terbesar di dunia di tahun 2007 menghasilkan output ekonomi senilai USD 29,7 Triliun, atau lebih dari setengah output dunia.

Dari studi DBS Asian Insight, output 600 kota ini akan bertumbuh rata-rata 4,3% per tahun, hingga mencapai nilai USD 63,5 Triliun di 2025. Dan berdasarkan perkiraan, ke 600 kota utama dunia ini akan menjadi tempat tinggal bagi sekitar 2 Miliar penduduk bumi di tahun 2025. Ini berarti 600 kota tadi akan memperoleh tambahan penduduk 500 Juta jiwa antara tahun 2007 hingga 2025. Dua kali lipat penduduk Indonesia. Dari ke-600 kota tersebut, akan terdapat beberapa Megacities, yaitu kota dengan jumlah penduduk di atas 10 Juta jiwa. Umumnya di Asia.

Yang tentu menjadi potensi masalah adalah bagaimana kota-kota besar dapat menciptakan ruang hidup dan ruang kerja bagi para penghuninya. Karena nantinya 60% ekonomi dunia akan ditentukan oleh 600 kota di dunia - maka perencanaan kota adalah juga berarti perencanaan negara.

Kota-Kota Terkaya (1)


Kalau ditanya kota/kabupaten mana yang terkaya di Indonesia - di luar DKI Jakarta, umumnya kita bisa menjawabnya, yaitu Surabaya. Tetapi kalau ditanya: Kota/Kabupaten mana yang terkaya sesudah Surabaya? Rata-rata kita susah menjawabnya. Ada yang tahu? Kota/Kabupaten terkaya di Indonesia setelah Surabaya adalah Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur. PDRB-nya mencapai di atas Rp. 100 Triliun. Dengan penduduk 675 ribu jiwa. Pemerintah daerahnya memberikan jaminan sekolah gratis hingga SMA. PAD dari tambang batubara, hutan kayu dan kilang gas. Sebagai Kabupaten terkaya di Kalimantan ada jaminan sosial, tapi juga betul infrastruktur di sana buruk, jalan-jalannya rusak, alamnya rusak, sekolahan banyak yang hampir ambruk, bikin jembatan aja rubuh. Sekalipun Kutai Kartanegara punya output ekonomi tahunan sekitar Rp. 100 Triliun, tapi hanya sekitar 76% wilayahnya beroleh aliran listrik.

Bila Kutai Kartanegara menjadi kaya oleh batu bara dan minyak, maka Kabupaten Bengkalis di Riau menjadi kaya oleh minyak. Kabupaten Bengkalis di Riau itu kabupaten/kota terkaya di tempat ke tiga. Kabupaten Mimika di Papua, juga termasuk terkaya - dengan PDRB per kapita sekitar Rp. 295 Juta - tetapi kesenjangannya ekstrim. Kota dan Kabupaten tadi adalah contoh kekayaan yang diperoleh dari ekstraksi kekayaan alam. Masalahnya, akan tetap kaya sampai kapan?

Pengajaran dan Perdebatan Dalam Tradisi Keilmuan Islam

Berikut adalah pembahasan tentang "Debat dan Pengajaran Dalam Tradisi Keilmuan Islam." Persembahan untuk Hari Guru.

Saya tergelitik membahas debat/jadal/munadzarah dalam Islam, karena ada anggapan debat tentang agama itu dilarang Islam. Yang melarang debat agama berdalil, antara lain, hadist: Allah menyiapkan surga untuk mu'min yang menghindari debat, meski ia benar.

Dalil larangan debat agama, kalaupun ada, sangat janggal dan absur, karena sejarah Islam buktikan yang sebaliknya. Dalam sejarah keilmuan Islam, debat bukan hanya tak dilarang, tapi justru jadi sarana pengembangan ilmu teologi dan hukum Islam. Teologi Islam = Kalam, artinya dialektik. Ada pengaruh filsafat Yunani di situ, tapi juga hasil pergulatan internal Islam sendiri.

Salah satu soal dalam Islam yang memicu debat saat itu adalah soal bagaimana "mendamaikan" KemahaKuasaan dan KemahaAdilan Tuhan. Tuhan Maha Kuasa, semua peristiwa sudah tercatat dalam Lauh Mahfudz. Lantas bagaimana dengan orang kafir? Kenapa mereka mesti masuk neraka? Kalau semua sudah digariskan Tuhan, dan kalau tindakan manusia pun ciptaan Tuhan, lantas bagaimana dengan mereka yang ditakdirkan kafir?

Menanggapi soal itu, Ulama sufi awal, Hasan Bashri (wafat 110 H) merespon, Allah terlalu pengasih dan mulia untuk berbuat zalim. Menurut Hasan Bashri, Allah terlalu adil untuk tega membutakan orang buta, terus Dia bilang, "Lihatlah, atau Saya hukum kamu." Atau membikin tuli orang tuli, terus Allah sendiri bilang, "mendengarlah, atau Kuhukum kamu.”Atau membikin bisu orang bisu, terus Allah sendiri bilang, "Meihatlah, atau Kuhukum kamu." Begitu sanggahan Hasan Bashri.

Hasan Bashri bukan Mu'tazilah. Tapi pandangannya sejalan dengan doktrin Mu'tazilah bahwa manusia berkuasa penuh atas tindakannya. Bagi Ulama-ulama Mu'tazilah, adil kalau Tuhan menghukum orang kafir, karena manusia berkuasa atas tindakannya sendiri. Tapi kalau manusia berkuasa terhadap tindakannya, bagaimana dengan keMahaKuasaan Tuhan? Terdapat "ketegangan" antara Maha Kuasa dan Maha Adil.

Kaum Jabbariyah yang menekankan KeMahakuasaan Tuhan tak ingin menggambarkan Tuhan yang lemah. Tapi bisa dianggap sebagai sewenang-wenang. Sedang Kaum Mu'tazilah menekankan KeMahaAdilan Tuhan karena tak mau gambarkan Tuhan sebagai sewenang-wenang. Tapi bisa digugat sebagai lemah. Menariknya, kedua kubu tersebut sama-sama berdalil Al-Qur'an-Sunnah. Karena itulah dalam teologi, debat mendapat tempat terhormat.

Aliran teologi Islam yang berikutnya pun (Asy'ariyah, Maturidliyah) merumuskan pemikirannya via perdebatan/ jadal. Tak heran kalau pada masa Islam awal banyak ulama mengarang buku tentang debat, tentang tata cara dan kiat-kiat memenangi debat.

Bagaimana peran debat dalam tradisi ilmu fiqh? Di sini menarik untuk menengok sejarah pertumbuhan metodologi fiqh (Ushul al-Fiqh). Dalam metodologi hkm Islam (ushu fiqh), ada beberapa hal yang jadi sumber debat, misal, kabsahan qiyas (analogi) sebagai dasar hukum. Bahkan di kalangan yang setuju dgn qiyas pun muncul debat tentang bagaimana menentukan 'illah (ratio legis) dalam qiyas. Karena itu dalam sistem pengajaran hukum Islam periode klasik, pengajaran debat tentang Ushul fiqh jadi sangat penting.

George Makdisi dalam The Rise of Colleges bercerita tentang madrasah era Islam klasik, kurikulumnya, metode pengajarannya. Di buku itu Makdisi bercerita, para pelajar tentang hukum Islam era klasik dididik tidak hanya untuk menghafal, tapi juga berdebat.

Pada masa Harun Al-Rashid, misalnya, sering ada debat antar ahli fiqh di istana khalifah, masing-masing unjuk kebolehan metode-metodenya. Karena itu, dalam kurikulum fiqh era itu, tahap awal bagi pelajar adalah dengan menggembleng diri dengan cara"nempel" ke satu/ beberapa ulama. Kalau si pelajar sudah dianggap mumpuni, lalu dites secara lisan. Kalau lulus dapet pengesahan/ ijazah untuk beri fatwa (legal opinion). Pelajar yang dapet ijazah untuk memberi fatwa tersebut harus pandai berdebat tentang penguasaannya terhadap metode-metode fiqh.

Dalam Islam, fatwa adalah legal opinion yang tak mengikat. Bila yang minta fatwa tidak cocok, ia bisa pindah minta fatwa ke ulama lain. Karena statusnya sebagai legal opinion itulah maka pemberi fatwa dituntut untuk mampu menjelaskan metode yang mendasari fatwanya.

Gambaran Makdisi tentang peran sentral munadzarah/debat dalam fikih mengingatkan saya pada tradisi bahtsul masa'il di pesantren. Bahtsul masa'il adlh forum pembahaan persoalan-persoalan aktual dengan merujuk kitab-kitab kuning. Isinya debat thok, kadang dengan ngotot. Dalam bahtsul masa'il, peserta harus mampu menunjukkan teks kitab kuning sebagai landasan argumennya, dan siap membantah rujukan lawan. Kitab kuning itu tanpa harakat/syakal. Kalau orang salah baca, ketahuan tidak mengerti grammar bahasa arab. Langsung jatuh pamornya.

Masing-masing peserta bisa saja mengacu pada teks kitab kuning yang berbeda, dan putusan hukumnya bisa beda, malah bertentangan. Dan di situlah letak serunya debat di bahstul masa'il. Adu teks berjam-jam. Kadang berakhir dengan tak ada jawaban final (mauquf). Bahtusl masa'il yang dinamis ini memberi gambaran yang beda tentang metode pengajaran di pesantren. Tak melulu taat kiai, tapi juga kitis.

Bahtsul masa'il membekali para santri untuk tak bersikap hitam putih dalam putusan fiqh, tapi hrs peka terhadap kompleksitas masalahnya. Debat dan sikap kritis dalam menyikapi fiqh inilah saya kira layak dikembangkan di masyarakat di luar pesantren.

Sebagai penutup, saya sitirkan potongan syair tentang kiat mencari ilmu dalam tradisi keilmuan Islam yang masyhur di pesantren. Syiir dari kitab Ta'limul Muta'allim: Ala la tanalul 'ilma illa bi sittatin/ Sa'unbika 'an majmu'iha bi bayanin. Dzaka'in wa hirshin wa isthibain wa bulghatin, wa irsyadi ustadzin wa thui zamanin. Ingat, kamu tak akan dapat ilmu kecuali dengan 6 ini: kecerdasan, antusiasme, daya tahan, dana, bimbingan guru, dan waktu yang lama.

Mana Lebih Dulu Ayam atau Telur?


Pertanyaan tentang “mana lebih dulu ayam dan telur” sering dilontarkan dalam banyak bidang ilmu, terutama ilmu yang menuntut nalar dan logika. Dalam kelas-kelas filsafat pertanyaan seperti itu menjadi menu wajib, disamping pertanyaan-pertanyaan lain dalam langgam sejenis. Tentu semua pertanyaan itu untuk menguji alur pikir dan bangunan logika, agar runut dan sesuai tata pikir yang benar.

Ilmu pengetahuan sendiri tak habis-habisnya mengupas dan berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Logika dasar yang sering dibangun adalah, ayam bertelur dan telur keluar dari ayam. Jika ayam duluan, bagaimana dengan telur dan jika telur lebih awal, bagaimana dengan ayam, begitu seterusnya.

Dalam politik praktis, soal telur dan ayam pernah disinggung, bahkan membuat gerah sejumlah pihak. Pada waktu itu Gus Dur mengungkap bahwa yang keluar dari pantat ayam, selain telur, juga kotoran. Jawaban diplomatis tersebut diungkap untuk menjawab adanya partai politik lain, yang berbasis NU selain partai yang diarsiteki Gus Dur.

Namun pertanyaan bolak-balik ayam dan telur mulai menemukan titik terang. Seorang teman di media sosial, dokter Ryu Hasan menggambarkan penjelasan sederhana atas pertanyaan, “mana lebih dulu ayam atau telur?”.

“Ayam identik secara genetik dengan telur sebelum dia menetas, sementara telur selalu berbeda secara genetik dengan induknya. Jadi telur lebih dulu”, kata Ryu Hasan.

PORNO


Apa yang disebut dengan "porno"? Porno adalah istilah atau kata tidak resmi dari pornografi. Istilah porno, berhubungan dengan cerita atau gambar seseorang yang menampilkan tubuh, kadang kegiatan intim secara terbuka, untuk mendapat reaksi khalayak.

Kegiatan porno sama tuanya dengan sejarah manusia dan sudah menjadi bagian dari banyak kebudayaan. Budaya elit partai, misalnya. Orang Romawi kuno membuat gambar-gambar porno. Beberapa cetakan balok kayu orang-orang Jepang abad 19 juga bisa masuk kategori pornografi.

Dalam sejarah Inggris, pornografi bahkan pernah dianggap sebagai kejahatan dijaman Victoria, melalui Obsence Publication Act, tahun 1857. Tapi sekarang di Inggris, pornografi dianggap sebagai bentuk kebebasan menyampaikan atau mengekspresikan pendapat/keinginan. Dibatasi umur tentunya.

Bagi banyak orang, sekarang pornografi sudah dianggap sebagai bagian dari seni, sekedar telanjang bukan porno namanya. Di sekolah-sekolah seni lukis di negara barat, melukis model telanjang adalah bagian dari pelajaran. Saudara-saudara kita di Papua yang memakai baju yang nyaris telanjang, juga tidak bisa dibilang porno bukan? Begitu pula perempuan Bali tempo dulu yang sehari-hari telanjang dada. Seringkali batasan pronoggrafi ada di dalam imajinasi masing-masing individu. Di Lhokseumawe perempuan dilarang duduk ngangkang naik sepeda motor karena dalam imajinasi walikota setempat masuk kategori porno. Sementara di daerah lain hampir semua perempuan duduk ngangkang di sepeda motor tanpa ada yang ‘piktor’. Lain lubuk lain ikannya.

Bumi Kita


Galaksi Milky Way di mana bumi kita berumah, punya lebih dari 100 milyar sistem matahari. Bumi kita hanya debu kecil yg sangat sepele. Di dalam debu kecil bernama bumi itu, kadang lucu sekali melihat manusia bertengkar satu sama lain atau gemar berdebat.

Teleskop ruang-angkasa Kepler milik NASA sudah menemukan sekitar 54 biji planet mirip bumi yang potensial dihuni. Semuanya di galaksi kita ini. Ada satu eksoplanet (planet di luar matahari kita) mirip bumi kita yang sudah dikonfirmasi oleh teleskop Kepler. Dinamai Kepler-22b. Jarak planet Kepler-22b dari bumi kita sekitar 600 tahun cahaya. Dalam skala alam raya, ini jarak yang sangat dekat.

Apakah manusia, suatu saat, bisa relokasi ke planet-planet yang mirip bumi itu dan membangun peradaban baru? Wallahu a'lam. Yang jelas, usaha sains modern untuk mengungkap misteri alam raya ini, dan mencari planet-planet baru yang mirip bumi, tak pernah berhenti. Andai semua penduduk Bumi migrasi massal ke planet lain, lantas bagaimana dengan nasib ibadah haji?.

Membaca temuan-temuan baru dalam astronomi modern tak kalah menakjubkan dan lezatnya dari kisah-kisah yang ditulis oleh Borges. Yang mengagumkan adalah bahwa manusia mampu menyingkap, pelan-pelan, misteri alam raya yang luasnya tak tepermanai itu. Kuncinya: sains.